Pages



Beberapa tahun setelah dunia ninja telah damai kembali.
Sakura duduk termenung dipinggir sungai siang itu, ia sedang beristirahat setelah berlatih tadi. Tiba-tiba ia mendengar suara ranting yang patah, sekejap dia bersiap siaga. “Siapa disana?” tanyanya lantang.
“Eh, hai Sakura.. maaf aku telah membuatmu kaget, aku kesini hanya ingin memberikan undangan yang dititipkan Hinata untukmu..” ujar Naruto sambil berjalan mendekati Sakura.
“Undangan? Undangan apa?” tanya Sakura sambil mengambil paksa undangan yang di bawa Naruto.
“Errrrr, baca aja lah kalo pengen tau.. tapi, aku pergi duluan ya Sakura.. bye~.. eh, kalo bisa bawa Sasuke bersamamu” sahut Naruto cepat sambil berlari menjauh.
“Hm? Kenapa wajah Naruto memerah?” gumam Sakura heran. Dengan santai ia pun mengalihkan perhatiannya kearah undangan yang ada di tangannya. Di bukanya undangan itu, dan terkaget-kagetlah ia saat membaca isi undangan itu. Ternyata Naruto akan menikah dengan Hinata! What The Hell?!?.
“Apa? Si Naruto akan menikah dengan Hinata?? Apa nggak salah tuh pilihannya Hinata??” gumam Sakura kaget. “Tapi nggak apa-apalah.. mereka kalo dilihat-lihat cocok juga” tambahnya.
Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu, “tadi Naruto memintaku datang bersama Sasuke ya? Apa Sasuke bisa datang ya?” batinnya sambil berpikir. “Semoga saja ia bisa datang, ini kan pernikahanny sahabatnya sendiri..” ujarnya santai.
Sakura memandang langit di atasnya, “Wah, sudah hampir sore.. aku harus bergegas” ujarnya buru-buru sambil mengambili senjata-senjatanya yang berserakan.
-000-
Hinata sedang duduk memandangi bayangan dirinya di cermin, “Kyaaaa.. dua minggu lagi aku akan menikah dengan Naruto.. aku tak percaya akhirnya impianku akan terwujud sebentar lagi” gumamnya sambil memegangi pipinya yang mulai memerah.
Tiba-tiba pintu kamar Hinata di ketuk seseorang, dengan sedikit gugup Hinata membuka pintu kamarnya. Terlihat sosok Neji Hyuuga yang sedang cool seperti biasanya. “A, ada apa Kak Neji?” tanyanya gugup.
“Hinata, bisakah kau menyembunyikanku dari Tenten?” tanyanya cepat.
“Kak Tenten? Memangnya kenapa?” tanya Hinata heran.
“Itu, bukan hal yang serius kok” ujar Neji mengelak menjawab.
“Em, baiklah.. bagaimana kalo kak Neji sembunyi saja di atap dekat hutan tempat aku biasa latihan? Kak Tenten pasti tak akan ke sana” ujar Hinata sambil celingak celinguk.
“Di pinggir hutan? Hm, baiklah.. jangan bilang-bilang ke Tenten ya” kata Neji sambil berlari keluar.
“Memangnya ada apa sih?” gumam Hinata penasaran. Hinata yang sudah bosan berada di dalam kamarnya pun memutuskan pergi toko bunga milik keluarganya Ino. Di halaman depan ia bertemu dengan seorang cewek hyuuga yang lebih muda darinya.
“Kak Hinata, jangan lupa nanti malam kakak harus pergi mengepas baju pengantinmu” ujarnya mengingatkan.
“Hapir saja aku lupa, makasih udah diingatkan Hanabi” kata Hinata sambil tersenyum.
“Hm? Kakak mau pergi ke mana?” tanyanya.
“Ke toko bunga keluarga Yamanaka” jawab Hinata sambil berjalan menjauh.
“Oh, jangan lupa ya dengan nanti malam” ujar Hanabi mengingatkan.
“Iya iya, aku ingat kok!” sahutnya sambil berlari menjauh.
-000-
‘Klinting klinting’ bel di atas pintu toko bunga Yamanaka berbunyi, Ino yang sedang berada di toko langsung berjalan mendekat kearah orang yang baru datang itu.
“Hinata? Tumben kau ke sini? Mau beli bunga?” tanya Ino.
“Ah, iya.. aku ingin beli bunga” ujar Hinata sambil meliha bunga yang ada di sana.
“Bunga ya? Hm.. mungkin bunga Dandelion itu cocok untukmu” ujar Ino sambil menunjuk serumpun tanaman bunga Dandelion yang berada di dekatnya.
“Dandelion?” tanya Hinata heran.
“Yaps! Hinata kan cewek yang rapuh, seperti Dandelion yang di tiup sedikit langsung beterbangan” kata Ino menjelaskan.
“Benar juga sih” gumam Hinata sambil menganggukkan kepalanya.
“Tapi, kalo cuma Dandelion aja nggak menarik.. aku tambahin mawar kebiruan ini, yang terlihat indah tapi berduri.. Hinata yang terlihat polos dan cantik, tapi menyeramkan saat marah dan mabuk.. hehehe” tambahnya sambil cengengesan.
“Aku kan nggak menyeramkan” ujar Hinata manyun.
“Menyeramkan kok, dulu saat kau melihat Naruto yang jalan dengan cewek lain yang tak kenal saja kau langsung memukul pohon-pohon di pinggir hutan hingga hancur lebur” jelas Ino sambil mengambil serumpun Dandelion dan serumpun mawar.
“Eh? Kau masih ingat saja Ino..” ujar Hinata malu. “Tapi, aku kan tidak pernah mabuk!” elak Hinata.
“Wah, ternyata kau mabuk berat ya Hinata saat itu?” tanya Ino sambil fokus pada rangkaian bunga yang akan sedang ia buat.
“Aku nggak pernah mabuk!” ujar Hinata bersikukuh.
“Hm, empat bulan yang lalu.. kau ingat saat kita dan yang lainnya makan-makan?” tanya Ino santai.
“Ingat kok, memangnya kenapa?” tanya Hinata nggak ngerti.
“Setelah makan-makan itulah kau mabuk” ujar Ino sambil menoleh sekilah ke arah Hinata.
“Masa’?” tanya Hinata terperanjat.
“Yaelah, waktu itu kau tak sengaja meminum minuman yang ada di gelasnya Sasuke.. terus, kau yang tak kuat mabuk langsung pingsan..” kata Ino menjelaskan. “Dan saat kau tertidur apa kau tau apa yang kau lakukan Hinata?” tanyanya.
“Memang apa yang aku lakukan?” tanya Hinata was was.
“Kau mencium Naruto” jawab Ino santai.
“Hee?!?” jerit Hinata kaget.
“Waktu itu Naruto mencemaskanmu, dan tiba-tiba kau mengigau dan mencium Naruto yang sedang ada di sampingmu saat itu” jelas Ino, “Kalo kau tak percaya, tanyakan saja ke Naruto” tambahnya.
“Pantas saja sikap anak-anak yang lain agak aneh setalh acara makan-makan itu” gumam Hinata yang masih shock.
“Nah selesai, ini untukmu Hinata” ujar Ino sambil memberikan sebuah rangkaian bunga dandelion dan mawar ke Hinata.
“Eh? Hm, berapa No?” tanya Hinata.
“Gratis, itu aku berikan gratis sebagai kado untuk pernikahanmu 2 minggu lagi” kata Ino sambil tersenyum.
“Terima kasih Ino, aku pergi dulu ya.. sampai jumpa” ujar Hinata tersenyum seraya berjalan pergi.
-000-
Dijalan Hinata masih saja memikirkan perkataan Ino, ‘kau mencium Naruto’ . Wajah Hinata memerah saat memikirkannya, tiba-tiba ia ingin pergi ke suatu tempat yang ia rasa ada Naruto di sana. Dengan bersemangat ia berlari pergi.
-000-
Naruto duduk melamun sambil memandangi desa tercintanya, ia tak sabar menunggu dua minggu lagi. “Ayah, ibu.. andai kau masih hidup.. pasti kau akan gembira saat tahu bahwa anakmu ini akan segera menikah” gumamnya sambil tersenyum, air matanya meleleh.
Naruto jatuh terisak mengingat akan kedua orang tuanya, “Ah, cowok tak boleh menangis kan ayah, ibu?” gumamnya senduh sambil mengusap air matanya.
Tiba-tiba Naruto melihat sekelebat tubuh yang sangat ia kenal sedang berlari di dekat jalan tempat team7 berkumpul, “Hinata? Kenapa ia berlari-lari?” pikir Naruto bingung.
“Mau ke mana dia?” gumam Naruto heran sambil mengamati Hinata, “apa hanya perasaanku saja? Sepertinya ia sedang berlari ke sini” gumamnya.
“Kau lihat ayah, ibu.. ternyata calon menantumu saat pengertian” ujarnya tersenyum.
-000-
Hinata melihatnya, cowok berambut kuning itu ternyata memang ada di sana. Perkiraan Hinata tak salah dengan wajah puas ia pun menghampiri Naruto yang sepertinya sudah tau kedatangannya.
“H, Hai Na.. Naruto” sapa Hinata gugup seraya mendekati Naruto.
“Hai Hinata, kau membawa apa itu? Bunga?” tanya Naruto sambil menyuruh Hinata duduk di sampingnya.
“I, iya.. tadi aku dari toko bunga Yamanaka” jawabnya tersipu-sipu, ia pu duduk di samping Naruto.
“Oh, Ino..” gumam Naruto.
“Em, aku boleh tanya sesuatu Naruto?” tanya Hinata ragu.
“Boleh kok, memangnya kau mau bertanya tentang apa?” tanya Naruto balik seraya merangkul pundak Hinata.
“Em, apa kau ingat apa yang aku lakukan saat kita makan-makan dengan yang lainnya empat bulan yang lalu?” tanya Hinata takut.
“Err, kau tak melakukan apa-apa kok” ujar Naruto sambil melepas rangkulannya.
“Jujur Naruto, apa benar kalau aku menciummu?” tanya Hinata sambil menatap kedua mata Naruto.
“Em, ya.. seperti yang kau bilang barusan” ujar Naruto sambil menghindari tatapan Hinata.
“Kyaaaaa... ternyata benar, aduh bagaimana ini?!?” batin Hinata panik. “Ah, aku baru ingat sebentar lagi aku ada janji.. sampai jumpa Naruto” ujar Hinata sambil bangkit.
“Tunggu” kata Naruto sambil menarik tangan Hinata. Tapi, tarikan Naruto terlalu kuat sehingga membuat tubuh Hinata kehilangan keseimbangan. Hinata terjatuh menimpa tubuh Naruto, serempak muka keduanya langsung memerah. Hinata langsung bangkit dan berlari pergi.
Tiba-tiba Naruto melihat sekelebat rambut pink diantara pepohonan di belakangnya. “Sakura?” ujarnya pelan.
“Ups, ketahuan deh..” ujar Sakura cengengesan sambil berjalan mendekati Naruto.
-000-
Sakura sedang berjalan-jalan ketika ada sesuatu yang menarik perhatiannya, ternyata di balik pepohonan di dekatnya itu ada Naruto dan Hinata. Sifat isengnya mulai kumat lagi, ia pun menguping pembicaraan mereka. Tiba-tiba ia teringat akan kamera yang ia bawa, dengan sedikit jahil ia pun memfoto-foto Hinata dan Naruto.
Hinata yang akan pergi di tarik oleh Naruto hingga terjatuh, momen itu pun tak di sia-siakan oleh Sakura dengan tangkas ia pun mengabadikan momen itu.
Saat Hinata pergi, Sakura mendengar namanya di panggil.
“Sakura?” ujar Naruto pelan.
“Ups, ketahuan deh..” ujar Sakura cengengesan sambil berjalan mendekati Naruto.
“Ngapain kau tadi di sana Sakura?” tanya Naruto.
“Oh, aku tadi sedang berjalan-jalan.. memangnya kenapa?” tanya Sakura balik.
“Tak apa-apa..” desis Naruto.
“Oya, sepertinya aku punya kado yang menarik untukmu dan Hinata” ujar Sakura ceria.
“Hadiah?” tanya Naruto.
“Yup! Hadiah pernikahan kalian.. jadi tunggu aja ya~.. bye!” sahut Sakura sambil berlari menjauh.
-000-
Seminggu pun telah berlalu...
Sasuke berjalan menuju rumahnya, ia capek sekali setelah menjalankan sebuah misi yang berat. Saat sampai rumah ia di sambut oleh istrinya Sakura.
“Sasuke! Kau baru sampai? Ayo beristirahatlah, sebentar akan aku sediakan air panas untuk kau mandi” ujar Sakura sambil berjalan pergi.
Sasuke langsung jatuh ambruk di sofa yang ada diruang tamunya, tak berapa lama ia pun jatuh ke alam mimpi. Sasuke bermimpi mempunyai anak cewek berambut biru gelap sepertinya dan cantik seperti Sakura. Tapi mimpinya tidak berlangsung lama, ia di bangunkan oleh seseorang.
“Sasuke! Cepat mandi, air panasnya sudah siap” ujar Sakura sambil menggoyang-goyangkan tubuh Sasuke.
“Iya, ini juga baru bangun” ujar Sasuke malas.
“Oya, aku ada kabar baik untukmu.. tapi kau mandi sajalah dulu Sasuke” kata Sakura sambil mendorong Sasuke ke arah kamar mandi.
“Hm, baiklah..” Sasuke pun masuk kamar mandi, ia penasaran dengan kabar baik yang di maksud Sakura.
-000-
Selesai Sasuke mandi, ia langsung duduk di meja makan menunggu Sakura bercerita.
“Nah, kabar baik yang aku maksud tadi Sasuke.. Naruto akan menikah dengan Hinata!” ujar Sakura ceria.
“Oh, kalo itu sih aku juga sudah tau” ujar Sasuke cuek, “Kapan?” tanyanya.
“Minggu besok” ujar Sakura sedikit kecewa.
“Minggu besok?!? Cepat sekali?!?!!?” ujar Sasuke kaget.
“Lho? Katanya tadi kau sudah tau?” tanya Sakura heran.
“Ya aku sudah tau kalo mereka akan menikah.. tapi aku baru tau kalo mereka seminggu lagi akan menikah!” ujar Sasuke.
“Oh, gitu ya..” gumam Sakura.
“Spertinya minggu ini aku tak ada misi, jadi aku bisa datang” ujar Sasuke.
“Bagus! Aku sudah menyiapkan kadonya!” ujar Sakura ceria.
“Baguslah..” gumam Sasuke.
-000-
Hari H
Semua tamu berkumpul di sebuah tempat latihan milik klan Hyuuga, terlihat teman-teman seangkatan Hinata sudah datang. Hinata yang melihat dari balik jendela kamarnya pun gugup. “Semoga hari ini lancar” gumam Hinata.
“Kak, ayo.. acaranya mau di mulai tuh” teriak Hanabi di pintu kamar Hinata.
“Iyaa!” sahut Hinata sambil pergi ke tempat acara berlangsung.
Hinata berdiri di samping Naruto, mereka sling pandang. Dengan ringan mereka mengucapkan janji seumur hidup mereka di depan para hadirin. Dan tibalah saat Hinata dan Naruto untuk kiss sebagai tanda sumpahnya.
Naruto dan Hinata gugup, mereka akhirnya cuma saling pandang-pandangan. Tiba-tiba Sakura memberi sebuah tanda ke arah Naruto, dan dalam hitungan detik lampu yang ada di tempat itu mati. Naruto pun segera memanfaatkan keadaan itu, dengan kilat ia mengecup bibir Hinata. Hinata yang kaget cuma bisa diam mematung. Akhirnya lampu kembali menyala dan mereka berdua resmi menjadi suami istri!.

fanfic Naruto : Naruto dan Hinata menikah?!?



Beberapa tahun setelah dunia ninja telah damai kembali.
Sakura duduk termenung dipinggir sungai siang itu, ia sedang beristirahat setelah berlatih tadi. Tiba-tiba ia mendengar suara ranting yang patah, sekejap dia bersiap siaga. “Siapa disana?” tanyanya lantang.
“Eh, hai Sakura.. maaf aku telah membuatmu kaget, aku kesini hanya ingin memberikan undangan yang dititipkan Hinata untukmu..” ujar Naruto sambil berjalan mendekati Sakura.
“Undangan? Undangan apa?” tanya Sakura sambil mengambil paksa undangan yang di bawa Naruto.
“Errrrr, baca aja lah kalo pengen tau.. tapi, aku pergi duluan ya Sakura.. bye~.. eh, kalo bisa bawa Sasuke bersamamu” sahut Naruto cepat sambil berlari menjauh.
“Hm? Kenapa wajah Naruto memerah?” gumam Sakura heran. Dengan santai ia pun mengalihkan perhatiannya kearah undangan yang ada di tangannya. Di bukanya undangan itu, dan terkaget-kagetlah ia saat membaca isi undangan itu. Ternyata Naruto akan menikah dengan Hinata! What The Hell?!?.
“Apa? Si Naruto akan menikah dengan Hinata?? Apa nggak salah tuh pilihannya Hinata??” gumam Sakura kaget. “Tapi nggak apa-apalah.. mereka kalo dilihat-lihat cocok juga” tambahnya.
Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu, “tadi Naruto memintaku datang bersama Sasuke ya? Apa Sasuke bisa datang ya?” batinnya sambil berpikir. “Semoga saja ia bisa datang, ini kan pernikahanny sahabatnya sendiri..” ujarnya santai.
Sakura memandang langit di atasnya, “Wah, sudah hampir sore.. aku harus bergegas” ujarnya buru-buru sambil mengambili senjata-senjatanya yang berserakan.
-000-
Hinata sedang duduk memandangi bayangan dirinya di cermin, “Kyaaaa.. dua minggu lagi aku akan menikah dengan Naruto.. aku tak percaya akhirnya impianku akan terwujud sebentar lagi” gumamnya sambil memegangi pipinya yang mulai memerah.
Tiba-tiba pintu kamar Hinata di ketuk seseorang, dengan sedikit gugup Hinata membuka pintu kamarnya. Terlihat sosok Neji Hyuuga yang sedang cool seperti biasanya. “A, ada apa Kak Neji?” tanyanya gugup.
“Hinata, bisakah kau menyembunyikanku dari Tenten?” tanyanya cepat.
“Kak Tenten? Memangnya kenapa?” tanya Hinata heran.
“Itu, bukan hal yang serius kok” ujar Neji mengelak menjawab.
“Em, baiklah.. bagaimana kalo kak Neji sembunyi saja di atap dekat hutan tempat aku biasa latihan? Kak Tenten pasti tak akan ke sana” ujar Hinata sambil celingak celinguk.
“Di pinggir hutan? Hm, baiklah.. jangan bilang-bilang ke Tenten ya” kata Neji sambil berlari keluar.
“Memangnya ada apa sih?” gumam Hinata penasaran. Hinata yang sudah bosan berada di dalam kamarnya pun memutuskan pergi toko bunga milik keluarganya Ino. Di halaman depan ia bertemu dengan seorang cewek hyuuga yang lebih muda darinya.
“Kak Hinata, jangan lupa nanti malam kakak harus pergi mengepas baju pengantinmu” ujarnya mengingatkan.
“Hapir saja aku lupa, makasih udah diingatkan Hanabi” kata Hinata sambil tersenyum.
“Hm? Kakak mau pergi ke mana?” tanyanya.
“Ke toko bunga keluarga Yamanaka” jawab Hinata sambil berjalan menjauh.
“Oh, jangan lupa ya dengan nanti malam” ujar Hanabi mengingatkan.
“Iya iya, aku ingat kok!” sahutnya sambil berlari menjauh.
-000-
‘Klinting klinting’ bel di atas pintu toko bunga Yamanaka berbunyi, Ino yang sedang berada di toko langsung berjalan mendekat kearah orang yang baru datang itu.
“Hinata? Tumben kau ke sini? Mau beli bunga?” tanya Ino.
“Ah, iya.. aku ingin beli bunga” ujar Hinata sambil meliha bunga yang ada di sana.
“Bunga ya? Hm.. mungkin bunga Dandelion itu cocok untukmu” ujar Ino sambil menunjuk serumpun tanaman bunga Dandelion yang berada di dekatnya.
“Dandelion?” tanya Hinata heran.
“Yaps! Hinata kan cewek yang rapuh, seperti Dandelion yang di tiup sedikit langsung beterbangan” kata Ino menjelaskan.
“Benar juga sih” gumam Hinata sambil menganggukkan kepalanya.
“Tapi, kalo cuma Dandelion aja nggak menarik.. aku tambahin mawar kebiruan ini, yang terlihat indah tapi berduri.. Hinata yang terlihat polos dan cantik, tapi menyeramkan saat marah dan mabuk.. hehehe” tambahnya sambil cengengesan.
“Aku kan nggak menyeramkan” ujar Hinata manyun.
“Menyeramkan kok, dulu saat kau melihat Naruto yang jalan dengan cewek lain yang tak kenal saja kau langsung memukul pohon-pohon di pinggir hutan hingga hancur lebur” jelas Ino sambil mengambil serumpun Dandelion dan serumpun mawar.
“Eh? Kau masih ingat saja Ino..” ujar Hinata malu. “Tapi, aku kan tidak pernah mabuk!” elak Hinata.
“Wah, ternyata kau mabuk berat ya Hinata saat itu?” tanya Ino sambil fokus pada rangkaian bunga yang akan sedang ia buat.
“Aku nggak pernah mabuk!” ujar Hinata bersikukuh.
“Hm, empat bulan yang lalu.. kau ingat saat kita dan yang lainnya makan-makan?” tanya Ino santai.
“Ingat kok, memangnya kenapa?” tanya Hinata nggak ngerti.
“Setelah makan-makan itulah kau mabuk” ujar Ino sambil menoleh sekilah ke arah Hinata.
“Masa’?” tanya Hinata terperanjat.
“Yaelah, waktu itu kau tak sengaja meminum minuman yang ada di gelasnya Sasuke.. terus, kau yang tak kuat mabuk langsung pingsan..” kata Ino menjelaskan. “Dan saat kau tertidur apa kau tau apa yang kau lakukan Hinata?” tanyanya.
“Memang apa yang aku lakukan?” tanya Hinata was was.
“Kau mencium Naruto” jawab Ino santai.
“Hee?!?” jerit Hinata kaget.
“Waktu itu Naruto mencemaskanmu, dan tiba-tiba kau mengigau dan mencium Naruto yang sedang ada di sampingmu saat itu” jelas Ino, “Kalo kau tak percaya, tanyakan saja ke Naruto” tambahnya.
“Pantas saja sikap anak-anak yang lain agak aneh setalh acara makan-makan itu” gumam Hinata yang masih shock.
“Nah selesai, ini untukmu Hinata” ujar Ino sambil memberikan sebuah rangkaian bunga dandelion dan mawar ke Hinata.
“Eh? Hm, berapa No?” tanya Hinata.
“Gratis, itu aku berikan gratis sebagai kado untuk pernikahanmu 2 minggu lagi” kata Ino sambil tersenyum.
“Terima kasih Ino, aku pergi dulu ya.. sampai jumpa” ujar Hinata tersenyum seraya berjalan pergi.
-000-
Dijalan Hinata masih saja memikirkan perkataan Ino, ‘kau mencium Naruto’ . Wajah Hinata memerah saat memikirkannya, tiba-tiba ia ingin pergi ke suatu tempat yang ia rasa ada Naruto di sana. Dengan bersemangat ia berlari pergi.
-000-
Naruto duduk melamun sambil memandangi desa tercintanya, ia tak sabar menunggu dua minggu lagi. “Ayah, ibu.. andai kau masih hidup.. pasti kau akan gembira saat tahu bahwa anakmu ini akan segera menikah” gumamnya sambil tersenyum, air matanya meleleh.
Naruto jatuh terisak mengingat akan kedua orang tuanya, “Ah, cowok tak boleh menangis kan ayah, ibu?” gumamnya senduh sambil mengusap air matanya.
Tiba-tiba Naruto melihat sekelebat tubuh yang sangat ia kenal sedang berlari di dekat jalan tempat team7 berkumpul, “Hinata? Kenapa ia berlari-lari?” pikir Naruto bingung.
“Mau ke mana dia?” gumam Naruto heran sambil mengamati Hinata, “apa hanya perasaanku saja? Sepertinya ia sedang berlari ke sini” gumamnya.
“Kau lihat ayah, ibu.. ternyata calon menantumu saat pengertian” ujarnya tersenyum.
-000-
Hinata melihatnya, cowok berambut kuning itu ternyata memang ada di sana. Perkiraan Hinata tak salah dengan wajah puas ia pun menghampiri Naruto yang sepertinya sudah tau kedatangannya.
“H, Hai Na.. Naruto” sapa Hinata gugup seraya mendekati Naruto.
“Hai Hinata, kau membawa apa itu? Bunga?” tanya Naruto sambil menyuruh Hinata duduk di sampingnya.
“I, iya.. tadi aku dari toko bunga Yamanaka” jawabnya tersipu-sipu, ia pu duduk di samping Naruto.
“Oh, Ino..” gumam Naruto.
“Em, aku boleh tanya sesuatu Naruto?” tanya Hinata ragu.
“Boleh kok, memangnya kau mau bertanya tentang apa?” tanya Naruto balik seraya merangkul pundak Hinata.
“Em, apa kau ingat apa yang aku lakukan saat kita makan-makan dengan yang lainnya empat bulan yang lalu?” tanya Hinata takut.
“Err, kau tak melakukan apa-apa kok” ujar Naruto sambil melepas rangkulannya.
“Jujur Naruto, apa benar kalau aku menciummu?” tanya Hinata sambil menatap kedua mata Naruto.
“Em, ya.. seperti yang kau bilang barusan” ujar Naruto sambil menghindari tatapan Hinata.
“Kyaaaaa... ternyata benar, aduh bagaimana ini?!?” batin Hinata panik. “Ah, aku baru ingat sebentar lagi aku ada janji.. sampai jumpa Naruto” ujar Hinata sambil bangkit.
“Tunggu” kata Naruto sambil menarik tangan Hinata. Tapi, tarikan Naruto terlalu kuat sehingga membuat tubuh Hinata kehilangan keseimbangan. Hinata terjatuh menimpa tubuh Naruto, serempak muka keduanya langsung memerah. Hinata langsung bangkit dan berlari pergi.
Tiba-tiba Naruto melihat sekelebat rambut pink diantara pepohonan di belakangnya. “Sakura?” ujarnya pelan.
“Ups, ketahuan deh..” ujar Sakura cengengesan sambil berjalan mendekati Naruto.
-000-
Sakura sedang berjalan-jalan ketika ada sesuatu yang menarik perhatiannya, ternyata di balik pepohonan di dekatnya itu ada Naruto dan Hinata. Sifat isengnya mulai kumat lagi, ia pun menguping pembicaraan mereka. Tiba-tiba ia teringat akan kamera yang ia bawa, dengan sedikit jahil ia pun memfoto-foto Hinata dan Naruto.
Hinata yang akan pergi di tarik oleh Naruto hingga terjatuh, momen itu pun tak di sia-siakan oleh Sakura dengan tangkas ia pun mengabadikan momen itu.
Saat Hinata pergi, Sakura mendengar namanya di panggil.
“Sakura?” ujar Naruto pelan.
“Ups, ketahuan deh..” ujar Sakura cengengesan sambil berjalan mendekati Naruto.
“Ngapain kau tadi di sana Sakura?” tanya Naruto.
“Oh, aku tadi sedang berjalan-jalan.. memangnya kenapa?” tanya Sakura balik.
“Tak apa-apa..” desis Naruto.
“Oya, sepertinya aku punya kado yang menarik untukmu dan Hinata” ujar Sakura ceria.
“Hadiah?” tanya Naruto.
“Yup! Hadiah pernikahan kalian.. jadi tunggu aja ya~.. bye!” sahut Sakura sambil berlari menjauh.
-000-
Seminggu pun telah berlalu...
Sasuke berjalan menuju rumahnya, ia capek sekali setelah menjalankan sebuah misi yang berat. Saat sampai rumah ia di sambut oleh istrinya Sakura.
“Sasuke! Kau baru sampai? Ayo beristirahatlah, sebentar akan aku sediakan air panas untuk kau mandi” ujar Sakura sambil berjalan pergi.
Sasuke langsung jatuh ambruk di sofa yang ada diruang tamunya, tak berapa lama ia pun jatuh ke alam mimpi. Sasuke bermimpi mempunyai anak cewek berambut biru gelap sepertinya dan cantik seperti Sakura. Tapi mimpinya tidak berlangsung lama, ia di bangunkan oleh seseorang.
“Sasuke! Cepat mandi, air panasnya sudah siap” ujar Sakura sambil menggoyang-goyangkan tubuh Sasuke.
“Iya, ini juga baru bangun” ujar Sasuke malas.
“Oya, aku ada kabar baik untukmu.. tapi kau mandi sajalah dulu Sasuke” kata Sakura sambil mendorong Sasuke ke arah kamar mandi.
“Hm, baiklah..” Sasuke pun masuk kamar mandi, ia penasaran dengan kabar baik yang di maksud Sakura.
-000-
Selesai Sasuke mandi, ia langsung duduk di meja makan menunggu Sakura bercerita.
“Nah, kabar baik yang aku maksud tadi Sasuke.. Naruto akan menikah dengan Hinata!” ujar Sakura ceria.
“Oh, kalo itu sih aku juga sudah tau” ujar Sasuke cuek, “Kapan?” tanyanya.
“Minggu besok” ujar Sakura sedikit kecewa.
“Minggu besok?!? Cepat sekali?!?!!?” ujar Sasuke kaget.
“Lho? Katanya tadi kau sudah tau?” tanya Sakura heran.
“Ya aku sudah tau kalo mereka akan menikah.. tapi aku baru tau kalo mereka seminggu lagi akan menikah!” ujar Sasuke.
“Oh, gitu ya..” gumam Sakura.
“Spertinya minggu ini aku tak ada misi, jadi aku bisa datang” ujar Sasuke.
“Bagus! Aku sudah menyiapkan kadonya!” ujar Sakura ceria.
“Baguslah..” gumam Sasuke.
-000-
Hari H
Semua tamu berkumpul di sebuah tempat latihan milik klan Hyuuga, terlihat teman-teman seangkatan Hinata sudah datang. Hinata yang melihat dari balik jendela kamarnya pun gugup. “Semoga hari ini lancar” gumam Hinata.
“Kak, ayo.. acaranya mau di mulai tuh” teriak Hanabi di pintu kamar Hinata.
“Iyaa!” sahut Hinata sambil pergi ke tempat acara berlangsung.
Hinata berdiri di samping Naruto, mereka sling pandang. Dengan ringan mereka mengucapkan janji seumur hidup mereka di depan para hadirin. Dan tibalah saat Hinata dan Naruto untuk kiss sebagai tanda sumpahnya.
Naruto dan Hinata gugup, mereka akhirnya cuma saling pandang-pandangan. Tiba-tiba Sakura memberi sebuah tanda ke arah Naruto, dan dalam hitungan detik lampu yang ada di tempat itu mati. Naruto pun segera memanfaatkan keadaan itu, dengan kilat ia mengecup bibir Hinata. Hinata yang kaget cuma bisa diam mematung. Akhirnya lampu kembali menyala dan mereka berdua resmi menjadi suami istri!.