Pages

Nilai.ku di sekolah kok perasaan makin hari makin menurun aja ya??
Pelajaran juga, makin hari aku semakin nggak ngerti dengan materi yang diajarkan
Aaah, apa karena ke maniak.an.ku terhadang dunia maya ini??
Apa aku harus hiatus/rehat/pensi dari dunia maya dan kembali rajin belajar seperti 3-4 tahun yang lalu??
Ah! Aku tak bisa berhenti bergelut dengan dunia maya walau hanya sehari saja
Oh tuhan, apa yang harus aku lakukan??
Aku ingin nilai.ku kembali seperti sediakala
Dan aku juga ingin tak perlu hiatus/rehat/pensi dari dunia maya ini
oh, Kami-sama, god, Allah! help me!!

Tadi di beritahu kalau nanti Study Tour ke Bali itu akan di laksanakan tanggal 21 January 2011
Yey! Aku tak sabar menunggu hari itu!!
:D

Aku baru menyadari, ternyata negara.ku ini sedang porak poranda
Pray for Indonesia :(

Aku ingin rehat dari segala.nya 2-3 hari saja
Aku ingin sekali
Oh, bisakah sekolah.ku diliburkan 1-2 hari saja?!
Give Me Vacation, Mr/Mrs!! :((
Tadi, waktu aku ke sekolah SD.ku aku ketemu sama sohib.ku waktu SD
Aku dan dia pun bernostalgia di masa-masa SD
Yaampun, gara-gara dia aku jadi teringat akan seorang cowok!
Cowok yang waktu kelas 6 SD menjadi teman sekelasku
Cowok yang menjadi musuh bebuyutanku, dulu
Cowok yang selalu menjadi teman cekcok.ku
Cowok yang selalu aku pikirkan, dulu
Cowok yang aaaah, begitu lah
Tau nggak, kenapa dia bisa aku sebut musuh bebuyutanku? Ah, lebih tepat bukan hanya aku tapi kami menganggap satu sama lain merupakan musuh bebuyutan
Karena, nama kami yang pelafalannya sama!
Hanya beda 2 huruf, tetapi dilafalkannya sama!
Oh, nama panggilanku di rumah dan saat di sekolah SD dengan nama panggilan dia saat di rumah itu sama!
Hanya karena alasan itu kami sering berseteru
Dulu pernah ada kejadian kami mendapat nilai yang sama di suatu pelajaran
Dan tau apa yang terjadi?
Kami langsung saling tuduh kalau dia/aku yang meniru nilai aku/dia
Kami juga sering tuduh kalau dia/aku itu meniru nama yang lafalnya sama itu
Tapi aku yang selalu merasa kalah setiap menyangkut nama, kenapa? karena dia lebih tua hampir 1 tahun dari aku, jadi pasti terlihat dong siapa yang meniru nama itu? Tapi tetap saja, aku tak meniru namanya
Hahaha, aku sendiri heran kenapa dulu aku setiap hari selalu adaaa aja yang di ributkan dengannya
Tapi, saat aku sudah lulus dari SD.ku aku menjadi kangen oleh suasana itu
Huuuft, tadi saat aku dan temanku membicarakan dia aku terpikir 'sekarang, dia seperti apa ya? dia gimana ya? apa dia tetap sama seperti dulu? AKU INGIN BERTEMU DENGANNYA!'
Ah, tapi tidak hanya dengannya aku ingin bertemu
Tapi dengan semua teman-teman SD.ku yang selama 2 tahun itu mengisi hari-hariku (karena dulu aku anak pindahan di sekolah SD itu)
Huuuft, hey apa kau tau kalau aku merindukanmu Ren? Aku kangen dengan perseteruan kita dulu. Aku ingin melanjutkan perseteruan kita lagi! Kalau bisa, setiap hari! Hahaha, semoga tahun depan kita akan masuk ke sekolah yang sama
SMANDA! SMA Negri 2 Sda! Ku tunggu kau di sana, Ren.
:)
Yaampun, memilih memikirkan + mengerjakan fic Mikan Sakura Destiny atau Dia, atau cerita karanganku, atau mengerjakan tugas sekolah yang menumpuk tiada akhirnya

Ckckckck, terlalu banyak yang harus di pikirkan + di kerjakan

Aaah, aku butuh lebih banyak waktu!!

Sigh, sepertinya aku tak jadi ikut IFA deh hiksu T^T

Rp 1 juta, sepertinya cukup untuk biaya hidup 1 bulan

Yaaaah, begitulah~ 
Tadi, pagi menjelang siang
Pertama kali aku melihatnya
Melihat ekspresi yang sangaaat jarang dan pertama kali aku lihat
Ekspresi yang kau tampilkan
Baru aku rasakan
Ternyata dirimu yang asli seperti itu
Penilaianku padamu selama ini tak selalu benar
Selama ini kau memakai sebuah 'topeng'
'Topeng' yang membuatku jengah akan dirimu
Dan saat aku melihat ekspresi yang tadi
Aku baru benar-benar sadar
Ternyata aku memang menyukaimu
hari ini
di pagi ini
kau membuatku menangis
benar-benar menangis
hal yang sangat jarang dapat aku lakukan\
ma, aku membencimu
ma, aku mencintaimu
kenapa kau meninggalkan kami??
ma, aku butuh penjelasanmu
Karena di bulan november ada event di FFn, dan Tsu ingin ikut.in fic Tsu yang ini
Jadi Tsu akan mengerahkan segenap tenaga untuk mengupdate fic ini yaaah, minimal 5 chapter lah sebelum tanggal 1 nove 2010 nanti
Do'ain biar Tsu sanggup ya!
Ok, ini chapter 3/2 .nya!

Chapter 2 update~!
Hehe, maaf menunggu lama ya~ xD
Sebelumnya Tsu ucapkan terima kasih buat para readers yang sudi membaca fic Tsu ini, apalagi buat yang review
Oya, buat temen Tsu si gila Al #plak nikmatin nih chapter ini, biar makin penasaran! haha *tertawa nista*
Cukup basa-basinya, langsung saja
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* Tsu yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* mungkin Romance? Hurt/Comfort? Ada yang mau kasih tau Tsu genre ini fic? #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC, etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?
Mikan Sakura Destiny


Normal pov
Dua hari kemudian
Jarum jam sudah menunjuk ke angka 6 dan 3. Lantai 2 di rumah itu masih terlihat sepi dan lenggang. Tiba-tiba pintu kamar Natsume terbuka, dan terlihat sosok Natsume yang tengah tersenyum kecil. Natsume membawa selembar kertas putih yang berisi tulisan-tulisan. Natsume berjalan ke arah kamar Mii dengan bersiul-siul. Tanpa permisi dan tanpa aba-aba, di bukanya pintu kamar Mii. Tapi apa yang ia dapatkan? Hanya kamar kosong tanpa terlihat sosok Mii.
"Kemana dia? Ini kan masih pagi, masa dia udah ngilang sih?" gumam Natsume sambil celingak-celinguk mencari sosok Mii.
Beberapa detik kemudian pintu kamar mandi di kamar Mii terbuka, dan muncullah sosok Mii yang tubuhnya terlilit handuk. Natsume yang melihat Mii kaget akan sosok Mii yang, yah kalian bisa bayangkan sendiri. Reaksi pertama Mii yang baru menyadari kalau ada Natsume di kamarnya adalah cengo. Kenapa Natsume ada di sini? pikirnya. Reaksi kedua dapat di tebak, Mii langsung teriak kencang dan melemparkan segala benda yang ada di sekitanya ke arah Natsume.
"KELUAR!" jerit Mii sambil melempar buku ke arah muka Natsume.
Yak! Bingo! Buku itu berhasil menimpuk keras muka Natsume yang langsung tersadar dari kekagetannya, dan langsung berusaha melindungi diri dengan dua tangannya. Dengan terburu-buru ia menutup pintu kamar Mii, dan duduk di sofa yang ada di depan kamar Mii dan kamarnya. Natsume mengacak-acak rambutnya.
"Bagus juga tubuhnya," gumamnya sembari tersenyum miring.

"Hah! Dasar maniak!" seru Mii sambil melipat tangannya di dada.
Natsume memberikan deathglare ke Mii. Yaampun, baru kali ini Natsume di bilang maniak. Padahal Natsume itu kesannya sangat sangat jauh dari kata maniak. Tubuh Natsume tegap, walau ototnya tak terlalu besar tapi cukup membuat kaum perempuan untuk terbelalak menatapnya. Wajahnya cakep, ah bukan tapi luar biasa ganteng. Matanya yang berwarna merah menyala itu seakan-akan menghisap siapa saja yang menatapnya. Waktu kelas 1 saja, senior-seniornya terjebak akan pesona fisiknya itu. Dan tahun lalu juga, ia di nobatkan menjadi cowok terganteng di sekolahnya, padahal dia dari kelas junior! Eh? Kok melenceng dari naskah? Kita balik ke cerita.
Memang sih tadi Natsume melihat tubuh Mii yang tanpa buasana, ah salah hanya memakai selembar handuk saja. Tapi kan itu nggak sengaja. Perlu di ulangi? NGGAK SENGAJA. So, hanya karena itu Natsume nggak harus di bilang MANIAK dong? Ya kan?
Ah, walaupun begitu tadi Natsume sempat tergoda juga oleh tubuh Mii. Tapi, itu bukan salahnya kan? Natsume kan seorang cowok normal, seorang cowok normal apalagi yang masih masa puber, pasti ada kalanya tergoda oleh tubuh lawan jenisnya. So, Natsume nggak 100% salah kan?
Yaaah, tapi Natsume salah juga sih. Dia masuk ke kamar cewek tanpa ketuk pintu dan langsung menerobos masuk. Udah gitu, dia pakai acara melihat Mii tanpa busana lagi, ah salah tapi hanya memakai selembar handuk. Cewek mana sih yang nggak ngamuk-ngamuk kalau di gituin? Hanya cewek bego yang nggak marah kalau di gituin.
"Aku bukan maniak!" seru Natsume balik.
"Huh, kalau bukan maniak ngapain kamu pake kaget gitu ngeliat aku tadi? Kaget ngeliat tubuhku yang bagus itu?" tanya Mii sedikit narsis.
Natsume melongo karena ucapan Mii yang buatnya cukup narsis untuk ukuran seorang Mii. Anak ini, aneh banget sih! pikirnya.
"Huuuh, untung tadi aku pakai handuk! Coba kalau nggak, iiih nggak banget deh!" lanjut Mii.
"Heh! Badan kaya triplek gitu! Nggak minat aku sama badan kaya gitu!" balas Natsume.
"Aaah! Udah! Sekarang kamu to the point aja deh, tadi mau ngapain kamu ke kamarku?"
"Nih,"
Natsume menyerahkan lembaran kertas yang sedari tadi ada di tangannya. Mii memandang kertas itu dengan satu alis terangkat, di ambil dan di bacanya. Kertas itu berisikan tulisan seperti di bawah.

1. Pura-pura nggak kenal di sekolah
2. Nggak akan bilang anak sekolah tentang hubungan saudara tiri
3. Nggak pergi-pulang sekolah bareng
4. Nggak bertanya hal-hal privasi
5. Nggak main masuk kamar orang seenaknya

"Buat apa ini, KuroNeko?" tanya Mii di balik selembar kertas itu.
"Jangan panggil aku KuroNeko!" seru Natsume sengit.
"Kupikir, nama itu cukup cocok untukmu."
"Aku tetap tak mau di panggil seperti itu!"
"Ah, sudahlah. Kau belum menjawab pertanyaanku, Natsume."
"Ah, ya. Kemarin, sebelum ayah pergi dia bilang kan kalau kita akan satu sekolah? Nah, karena kita akan satu sekolah dan kemungkinan kita akan satu kelas, jadi aku membuat itu. Kamu harus menyetujui yang tertulis di sana." Jelas Natsume panjang lebar dengan mood yang sudah kembali normal.
Mii mengangkat wajahnya, menatap Natsume yang tengah bersiul-siul tak jelas. Kembali satu alis Mii terangkat. Mii melempar kertas itu, dan berjalan pergi meninggalkan Natsume. Natsume yang sadar akan reaksi Mii, lansung beranjak dari posisi duduknya.
"Hey! Kamu belum menyetujuinya!" seru Natsume.
Mii berhenti di dekat tangga, ia menoleh ke arah Natsume.
"Aku tak akan menyetujuinya," ujar Mii dingin.
"Hah!" Natsume cengo dengan tak elitnya.
"Aku tak akan menyetujuinya jika kau tak memperpolehkan aku memanggilmu KuroNeko," tambah Mii sambil tersenyum licik.
Natsume terdiam sesaat, memikirkan apa yang harus ia lakukan. Dengan sedikit tak rela, dan dengan menggigit bawah bibirnya dengan keras, Ia menganggukkan kepala sembari berkata "Baiklah."
"Bagus, lagi pula tak ada keuntungan bagiku dari persetujuan itu selain memanggil namamu seperti itu," ujar Mii sedikit tak acuh.
"Hah? Maksudmu?" Natsume meminta penjelasan.
"Pertama," Mii mengangkat tangan kanannya yang jari telunjuknya berdiri, sedangkan tangan kirinya berkacang pinggang. "Aku tak perlu pura-pura mengenalmu.. Lagipula, kita juga memang tak saling mengenal."
"Ke dua," jari tengah Mii ikut berdiri. "Buat apa aku menggembar-gemborkan hubungan kita? Tak ada gunanya denganku."
"Ke tiga," jari manis Mii ikut berdiri sekarang. "Aku tak butuh tumpanganmu.. Kau pikir aku akan merengek-rengek padamu untuk sekedar pergi ke sekolah? Huh, lagipula aku akan di antar jemput oleh temanku dengan mobil. Kau pikir motor dengan mobil lebih nyaman mana? Ya tentu mobil lah!"
Sebagai catatan, Natsume pergi kemana-mana (keluar rumah) dengan mengendarai motor. Kenapa tidak memakai mobil? Dia kan kaya, pasti dia bisa beli mobil kan? Kata Natsume sih, motor lebih berseni. Entah dari mana seninya.
"Ke empat," jari kelingking Mii ikut terangkat. "Buat apa aku bertanya hal privasi padamu? Itu tak akan berguna untukku."
"Dan yang terakhir." jari terakhir Mii, ibu jari ikut terbangun dari tidurnya. "Bukannya kamu yang main masuk kamarku tadi?"
Setelah menyelesaikan ucapannya, Mii berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah meninggalkan Natsume sendirian. Natsume memandang tubuh Mii yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya. Natsume cengo kuadrat, ah mungkin pangkat tiganya? Entahlah, yang jelas ia lebih cengo dari yang tadi.
Natsume menggerundel dalam hati. Sialan, cewek itu benar-benar sialan! teriak batin Natsume kesal. Natsume seakan mati kutu akan ucapan yang telah di lontarkan Mii. Ini pertama kalinya dalam hidup Natsume, ia di permainkan oleh seorang cewek dan cewek itu tak bertekuk lutut pada pesona seorang Natsume! Sabar lah, Natsume.

Mii duduk terdiam sambil menompang dagu di dapur. Pikirannya melayang entah kemana, meninggalkan tubuhnya yang ada di dapur yang sangat lengkap ini. Tiba-tiba sebuah suara sedikit cempreng menyadarkan Mii.
"Non Mii, kenapa ngelamun gitu?" tanya seorang pria atau wanita? Ah, lebih tepatnya pria yang berpenampilan seperti perempuan ABG.
Rui nama pria itu. Rui adalah koki atau juru masak di rumah itu. Dia bisa memasak apa saja yang rasanya, ah jangan di tanya lagi. Sangat lezat! Rui masih berumur awal 20 tahunan. Wajahnya terlihat sedikit baby face dan terlihat lebih manis dari perempuan ABG sendiri, dan hal itu membuat perempuan ABG yang menemuinya menjadi iri.
"Em? Tidak apa-apa kok Rui," jawab Mii sekenanya.
"Oh, kalau gitu cobain masakan Rui ya? Enak lho~" tawarnya sembari mengeluarkan sebuah loyang dari oven. Hmmm, wanginya menggoda perut Mii. Kue kah? tebak Mii.
"Boleh!" sahut Mii sambil menganggukkan kepalanya.
Rui tersenyum melihat gelagat Nona mudanya itu. Dengan cekatan, di pindahkan sesuatu dari loyang ke sebuah piring pipih yang lebar. Di berinya berbagai macam bahan yang ada di meja untuk melapisi sesuatu itu dan di irisnya kecil-kecil. Lalu di pindahkan piring pipih itu ke hadapan Mii.
"Waaaaah, apa ini?" tanya Mii takjub.
Ternyata yang di buat oleh Rui tadi adalah sebuah roti yang terlihat sangat menggoda perut untuk berbunyi. Roti itu terlapisi krim putih yang di atasnya di tumpahi coklat dan di taburi berbagai macam irisan kecil-kecil buah-buahan.
Mii mencomot sepotong dan langsung memakannya dengan lahab. Aaaah~ lembut sekali! batin Mii yang tengah menikmati roti potong pertamanya.
"Itu, Rui namai Rainbow Fruits. Di dalam roti itu ada banyak potongan tipis berbagai buah, seperti buah Kiwi, Straberry, Blueberry, dan lainnya. Dan di atasnya seperti Non Mii lihat-" penjelasan Rui di potong oleh Mii. "-Panggil Mii saja!"
"Baiklah, Mii. Seperti Mii lihat, di atasnya juga bertaburan berbagai macam potongan kecil buah-buahan. Karena mungkin buah itu sedikit masam, jadi aku tambahkan coklat manis yang dapat menyeimbangkan kemasaman buah-buah tadi." Lanjut Rui sambil tersenyum bangga.
"Aaah~ terlalu enak! Masakanmu selalu enak Rui!" sahut Mii yang matanya sudah berbinar-binar.
"Terima kasih, No- ah, Mii~" ujar Rui sambil tersenyum semakin bangga.
"Tapi jus bikinanmu tidak bernasib seperti itu," tambah Mii lirih.
"Apa?"
"Tidak, lupakan saja."
"Oh ya, Natsume dimana?" tanya Rui.
Sebagai catatan, Rui memanggil Natsume tanpa embel-embel 'Tuan' karena Rui adalah 'teman' dari sepupu Natsume, Tsubasa Andou. Rui dulu juga salah satu kakak kelasnya di kursus bahasa dulu.
"KuroNeko? Ada di atas dia," jawab Mii sambil mulai mengambil potongan keduanya.
"Ohh. Oya Mii, apa boleh Rui bertanya sesuatu?"
"Boleh, saja. Apa?" tanya Mii sambil mengunyah potongan keduanya.
"Kenapa Mii di panggil Mii sih? Kenapa bukan Mikan saja? Nama Mii kan jelek, lebih bagus Mikan~" ujar Rui to the point.
"Ukh!" Mii tersedak rotinya ketika mendengar pertanyaan dan pernyataan Rui. Rui yang tanggap langsung memberikan segelas air putih pada Mii yang langsung di tegaknya.
Nafas Mii tersenggal-senggal ketika berhasil menelan rotinya yang tersangkut di kerongkongannya tadi. Tiba-tiba sorot mata Mii berubah drastis. Di bola matanya hanya terlihat sebuah kehampaan.
"Karena..."
Rui menunggu dengan sabar lanjutan perkataan Mii. Entah mengapa dadanya berdengup kencang, seakan-akan itu merupakan detik-detik yang berharga.
"Karena... itu karena..."
-To Be Continue-

Hahaha, *tertawa nista*
Akhir chapter ini ngegantung ya?
Hehe, sengaja Tsu buat gitu~
Biar pada penasaran xD
Perasaan, chapter ini kok lebih pendek dari chapter sebelumnya ya? =="
Ah sudahlah xD
Tunggu kelanjutannya di chapter-chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?
hore!
tadi aku mendapatkan sebuah ide untuk novelku
hehehe
karena 'perintah' Lexie, aku akan mencoba membuat sebuah cerita yang original buatanku sendiri
tapi yaaaah, aku nggak tau lagi sih kalau mandek tengah jalan lagi seperti dulu
hehehe
yaaah, semoga cerita itu dapat aku selesaikan dengan selamat
xD
Haaaaah~
dari hari senen kemarin sampai hari ini, mamaku belum pulang-pulang juga ke rumah
pasti ada di tempat sodara-sodaraku itu
gara-gara itu, akhirnya aku di rumah hanya berdua dengan papa
membosankan!
aaaaah!!
hari ini buah manga yang berbuah dari pohon manga milik keluargaku (mamaku) yang ada di depan rumah diambil orang!!!
padahal yang matang cuma 1!!
tapi yang di ambil banyak banget!!
sial!
padahal manga salah satu buah favorit.ku T^T
uuuuh, gara-gara kemarin lusa hujan sampai pagi (mejelang siang) jalan-jalan + daerah di berbagai kotaku banjir!!
uuugh!
gara-gara itu kemarin aku sampai sekolah jam 8.30!!
padahal masuknya jam 6.45!
good!
terus kemaren waktu naek motor, di jalan nggak sengaja nyipratin air hujan ke celana + baju + tas milik cowok sma (mungkin) yang waktu itu ada di samping motorku
uuugh
untung dia nggak ngamuk-ngamuk =="
maafkan aku ya mas~!! (_ _")
huaaaaaah, hari ini tetep nggak ada review dari fanfic-fanfic.ku di FFn
hiks, nasib anak baru nih T^T
tadi sepulang sekolah aku ngacir ke warnet game online
main game ayodance audition!
ooh, niat pengen maen buat nambah exp
eh, 3 jam aku maen aku malah maen yang buat nambah den!
mana hampir 3/4 nya kalah terus lagi!
sial again!
huuuum, mau coba bikin cerita baru lagi
tapi yang temanya apa ya??
yang kaya' dulu aaah~
xixixixi
hari ini aku akan mencoba untuk begadang!!!
yeah!!

Haaaaii!! *di lempar sandal*
Nih, Tsu ada update.an fic Mikan Sakura Destiny yang chapter 2 atau 1 yang judulnya Keluarga Baru
Tsu sih niatnya update chapter ini hari sabtu ntar aja deh
Tapi karena pengen update hari ini juga, jadi Tsu update hari ini di blog aja
Hhehe
Ah, sudahlah enjoy it!

Chapter 1 update~!
Eh? bingung ya? Karena chapter 1 buat prolog jadi chapter 2 yang merupakan isi cerita terhitung jadi chapter 1!
Di fic ini Tsu belajar bikin normal pov
Harap maklum ya kalau masih agak aneh, soalnya biasanya Tsu bikin tokoh pov sih jarang bikin normal pov T^T
Oya, Tsu pikir-pikir nama 'Mii' buat Mikan aneh juga ya? #plak
Hiks, tapi Mikan udah terlanjut Tsu nama 'Mii' T^T
Ah sudahlah, baca aja fic ini!
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* Tsu yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi dan yang punya novelnya Evline Kartika! :D
Refrensi : Novel Separuh Bintang karya Evline Kartika
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* mungkin Romance? Hurt/Comfort? Ada yang mau kasih tau Tsu genre ini fic? #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC, etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?
Mikan Sakura Destiny

Normal pov
Mii duduk di kasur barunya. Ia memandang berkeliling kamar barunya itu. Kamar itu 3 kali lebih besar daripada kamarnya sebelumnya. Di kamar itu ada meja belajar berbentuk 'L' di di pojokan dan almari besar di sebelahnya. Di tengah-tengah kamar terdapat kasur berukuran Queen-size dan di kanan kirinya ada meja kecil. Di seberang kasur itu ada seperangkat televisi beserta audio dan DVD yang lengkap! Di samping kanannya ada sebuah pintu kaca buram yang merupakan kamar mandi pribadi. Di sebelah kanan kasur atau seberang pintu kamar ada sebuah pintu geser yang terbuat dari kaca yang menuju balkon kamar itu. Di lantai sekitar kasur miliknya terlapisi permadani bulu yang tebal!
Tiba-tiba pintu kamar Mii di ketuk oleh seseorang. Mii dengan segera beranjak menuju pintu itu, di bukannya pintu itu. Terlihat seorang lelaki setengah baya berdiri di hadapannya. Mii mempersilakannya masuk ke kamar itu. Lelaki itu segera memasuki kamar Mii dan langsung duduk di tepi kasur Mii, Mii pun ikut duduk di sampingnya. Di tatapnya Mii. Terukir sebuah senyum kecil di wajahnya.
"Apa kau suka dengan kamar ini?" tanyanya.
Mii memandang sekeliling kamar barunya sekali lagi. Dia tersenyum kecil.
"Ya, sangat suka! Terima kasih," jawab Mii sambil mengangguk kecil.
"Oom, sangat senang mendengarnya." Lelaki itu kembali tersenyum dambil menatap Mii.
Mii hanya tersenyum kecut, pikirannya melayang menuju beberapa bulan yang lalu.
FlashBack
Saat itu Mii berjalan gontai menuju rumahnya yang ada di ujung gang. Ia baru saja di seret pulang oleh Ruka, sahabatnya sekaligus sahabat Kyo dan juga tetangganya yang rumahnya ada di pojok lain gang. Mii memandang ke arah langit, ia teringat akan kedua orang tuanya dan Kyo. Mii tersenyum kecut dan kembali memfokuskan pandanganya kearah jalanan di depannya.
Tiba-tiba matanya menangkap sebuah mobil hitam yang terparkir tepat di depan rumahnya. Mii segera berlari mendekati mobil itu. Saat sudah ada di samping mobil itu, tiba-tiba pintu di sebelah kemudi terbuka. Dari dalam mobil itu keluar seorang lelaki separuh baya yang tak dikenalnya. Lelaki itu berjalan mendekatinya. Ia tersenyum sambil memandang Mii dari atas hingga bawah.
"Kamu Mikan Yukihira?" tanyanya saat ada di hadapan Mii.
Mii tersenyum kecut mendengar namanya di ucapkan lelaki asing itu. Mikan, nama itu mengingatkan Mii akan Kyo dan orang tuanya yang hampir setiap saat memanggilnya. Ah, jelas saja ia di panggil seperti itu, nama kecilnya kan memang Mikan. Mii sekarang berusaha menyimpan kenangan-kenangannya dengan kedua orang tuanya dan Kyo di sebuah kotak yang ia sembunyikan di suatu tempat, dan kunci kotak itu sendiri ia patahkan agar ia sendiri tak dapat membuka kotak itu. Mii ingin menjadi dirinya yang baru.
"Iya. Tapi maaf, panggil saja saya dengan panggilan, Mii."
Sedetik raut wajah lelaki itu seakan kaget, tapi dalam detik berikutnya di wajahnya kembali terukir senyuman. Terlihat sorot kelegaan di bola matanya yang redup.
"Baiklah, Mii. Saya bernama Ioran Hyuga. Kita langsung saja ya? Maukah kau, aku angkat menjadi anak angkatku?" ujar lelaki -Ioran Hyuga langsung.
Mii seketika berwajah pucat. Dalam benaknya berseliweran dugaan-dugaan jahat. Jangan-jangan Ioran-san sebenarnya ingin menjadikan aku istri ke sekiannya? Pikir Mii pendek. Seakan-akan dapat membaca pikiran Mii, Ioran lagi-lagi tersenyum.
"Tidak, aku hanya ingin mengangkatmu menjadi anakku saja."
Mii masih ragu-ragu. Tiba-tiba dia berlari menuju rumahnya. Di bukanya gerbang rumahnya dengan kasar dan segera ia memasuki rumahnya dan mengunci pintu rumahnya ketika dia sudah berada di dalam rumah. Di intipnya dari sela-sela jendela, terlihat sosok Ioran yang menghampiri pintu rumahnya. Beberapa detik kemudian terdengar gedoran di pintu rumahnya. Mii segera masuk lebih dalam ke rumahnya, berusaha tak mendengarkan gedoran yang memekakan telinganya itu.
Ternyata tidak sampai di situ saja. Seminggu kemudian Ioran datang ke rumah Mii lagi. Tapi Mii tak memperdulikannya, ia hanya berpikir untuk menganggap Ioran itu hanya angin. Tapi ternyata dasar bebal, Ioran tetap saja datang seminggu sekali ke rumah Mii. Hingga akhirnya terhitung sudah 2 bulan sejak kedatangan awal Ioran ke rumahnya. Akhirnya Mii luluh juga.
"Aku akan menjadi anak angkat oom, tapi ada syaratnya!" jawab Mii suatu hari.
"Baik, akan aku kabulkan!" sahut Ioran dengan wajah berseri-seri.
"Jangan memaksaku memanggil oom dengan sebutan Ayah atau Papa, aku hanya akan memanggil oom dengan panggilan Oom saja! Dan aku tak mau memakai marga 'Hyuga'."
"Baiklah, itu tidak akan menjadi masalah!"
Mii mengangguk puas. Beberapa hari kemudian Mii dan Ioran mengurus surat adopsi dan segala macamnya. Lalu setengah bulan kemudian Mii resmi menjadi anak angkatnya Ioran. Di bawanya Mii ke rumahnya.
Ternyata Ioran Hyuga merupakan orang yang sangat kaya! Bayangkan saja! Rumahnya berada di sebuah perumahan elite! Dan luas rumahnya juga tak tanggung-tanggung! Lebar rumahnya mungkin 200 meter dan panjangnya sepertinya 300 meter! Luas sekali kan?
Saat Mii menginjakkan kakinya di rumah Ioran, ia segera di sambut dengan tatapan sedikit galak oleh Ibu angkatnya -Kaoru dan kakak angkatnya, Natsume. Mii sih cuek-cuek saja dengan pandangan kedua orang itu.
Mata Mii berbinar-binar saat melihat seisi rumah Ioran. Tiba-tiba Ioran memberi tahukan kamarnya yang berada di lantai dua, di sebelah kamar kakak angkatnya. Dalam sekejap, Mii segera berlari menuju kamar barunya. Waw, keren! pikirnya takjub.
End FlashBack
"Oya, besok Oom akan ke Korea untuk kembali kerja berbarengan dengan Tante," ujar Ioran yang membuyarkan pikiran Mii yang melayang-layang.
"Oh, ce-cepat sekali?" ujar Mii tergagap.
"Ya, kerjaan Oom memang sangat banyak sehingga Oom harus segera menyelesaikannya."
"Oom terlalu sibuk," desis Mii.
"Apa?"
"Tidak, bukan apa-apa." sahut Mii cepat.
"Ya sudah, Oom keluar ya. Sepertinya Oom tadi telah mengganggu kegiatanmu, maaf ya!"
Ioran beranjak keluar dari kamar Mii. Mii segera menutup rapat pintu kamarnya. Dimatikannya lampu kamarnya. Kemudian Mii menyusup kedalam selimut. Di pandanginya sebuah foto keluarga, lebih tepatnya keluarganya. Seketika dimatanya hanya terlihat kehampaan, kosong. Sebuah kristal bening bergulir di pipinya, segera ia hapus dengan tangan kirinya. Lalu ia matikan lampu kecil di atas kasurnya. Tak lama, ia terbuai ke dalam alam mimpi.

Natsume keluar dari kamarnya. Di lihatnya lampu kamar Mii telah padam (catatan : pintu kamar Mii dan Natsume terbuat dari kaca dengan gambar-gambar yang buram, sehingga memungkinkan untuk mengintip kedalam kamar tersebut). Natsume segera berjalan lurus melewati kamar Mii, ia berjalan menuruni tangga. Tiba-tiba dia melihat sesosok yang sangat di kenalnya tengah duduk di sofa dekat tangga.
"Ayah," desah Natsume.
Sepertinya Ioran mendengar desahan Natsume, karena seketika Ioran menoleh ke arah Natsume. Ioran tersenyum melihat anak lelakinya itu.
"Apa kau masih marah pada Ayah, Natsume? Seperti Ibumu itu?" tanya Ioran sembari tersenyum.
Natsume memutar bola matanya. Memang dia kesal pada Ioran karena tak meminta pendapatnya untuk mengangkat Mii menjadi adik angkatnya, Natsume merasa dia memang pantas untuk kesal pada ayahnya itu. Ioran menghela nafas berat.
"Ya. Kenapa sih, Ayah mengangkat si Mii tanpa meminta pendapatku dan Ibu? Kita kan harusnya membahasnya dulu baru memutuskannya!" seru Natsume membabi buta.
Ioran menghela nafas berat. Seperti dugaanku, pikirnya begitu.
"Ayah, mempunyai alasan yang kuat untuk mengangkat Mii sebagai anak angkat Ayah Natsume. Tapi, Ayah tak bisa memberitahumu sekarang."
Natsume mendengus sebal karena ulah Ayahnya itu yang semakin hari semakin aneh saja menurutnya.
"Jadi? Ayah sekarang main rahasia-rahasiaan gitu denganku?" dengus Natsume frustasi.
Jujur saja, Natsume memang iri pada Mii. Natsume selama 16 tahun merupakan anak tunggal. Dan tanpa sepengetahuannya, Ayahnya sendiri mengangkat seorang perempuan untuk menjadi anaknya atau bisa di bilang adik angkat Natsume! Selama ini Ayahnya jarang memberikan perhatian yang lebih padanya. Tapi, pada si Mii beliau rela mengambil cuti dari perusahaan yang di kelolanya selama hampir 3 bulan! Padahal perusahaannya merupakan perusahaan yang telah go international dan sangat terkenal di beberapa negara.
Apalagi sifat Mii yang Natsume anggap sangat kekanak-kanakan. Bagaimana tidak? Coba kita lihat FlashBack yang tengah di pikirkan Natsume
FlashBack
Natsume sangat tersentuh saat mendengarkan cerita Mii yang mengenaskan dalam 2 tahun ia harus merelakan semua anggota keluarganya meninggalkannya. Natsume kira Mii pastilah anak perempuan yang bertampang sedikit lusuh dengan kantong mata sebesar kantong semar karena banyak menangis. Tapi ternyata apa? Penampilan Mii sangat di luar bayangannya! Mii yang ia lihat di rumahnya memakai baju berupa tank top putih yang dilapisi oleh jaket berwarna pink tipis dan di padukannya dengan rok lipit putih yang manis. Penampilannya sangat mirip remaja perempuan di kotanya! Dan saat sampai di rumah Mii malah terkagum-kagum oleh rumah ini, dan di matanya tak terlihat kantung mata!
"Waaah, ini guci keramik yang antik! Motifnya sangat indah! Apa ini dari India?" celoteh Mii riang sambil memandang sebuah guci yang berada di dekat pintu utama.
Oh, Natsume yang sudah tinggal 16 tahun di rumah itu saja baru tahu kalau itu guci dari India! Ugh, dia seakan-akan telah di permalukan oleh Mii. Natsume heran, apa Mii benar-benar telah kehilangan anggota keluarganya itu dalam waktu 2 tahun dengan kematian yang menyayat hati? Natsume tidak percaya!
End FlashBack

Sejak itulah Natsume menaruh rasa dendam kesumat pada adik angkatnya itu. Natsume mendecakkan lidah sebal.
"Natsume, rukun dan akrab lah dengan Mii. Oya, besok Ayah dan Ibu akan pergi ke Korea untuk melanjutkan kerjaan yang tertunda," ujar Ioran.
Natsume melipat tangannya di dada. Mulutnya mengerucut.
"Yah sudah!"
"Natsume, jangan seperti anak kecil begitu."
"Aku sudah besar, Ayah!"
"Ya, Ayah tau itu. Tapi sifatmu itu masih kekanak-kanakan sekali,"
"Sudah lah, terserah Ayah saja!"
"Yah sudah, Ayah tidur dulu ya. Kau lekas tidur sana Natsume. Jangan ganggu Mii ya?"
"Iya!"
Natsume dengan sebal beranjak menuju ke lantai dua. Kembali menuju kamarnya. Saat melewati pintu kamar Mii, Natsume membisikkan sesuatu.
"Baka! Lenyap saja sana!"
Kemudian Natsume berjalan masuk ke kamarnya dan mengunci rapat pintu kamarnya. Di bawah, Ioran tengah mengelus dadanya mencoba sabar dengan sifat anaknya itu.
-To Be Continue-

Woeeeeeee, chapter 1 selesai!
Pendek ya? Haha, Tsu sengaja bikin pendek aja dulu sih xD
Bagaimana pendapat kalian? Memuaskan kah? Atau masih kurang?
Hahaha, Natsume OOC banget! Masa' Natsume bisa cemburu sih dengan Mikan yang mendapat limpahan perhatian dari ayahnya sendiri (natsume)? xD
Yaampun! Masa Natsume yang paling pinter jadi kalah pinter dengan Mikan? Ckckck
Tapi, tetep saja sifat lebay dan ceroboh Mikan masih ada kok! Eh? Lebaynya udah ada ya? Cerobohnya belum? Ah, ntar liat deh di chapter yang akan datang apa Mikan masih ceroboh atau nggak *author nggak kepikiran sih! xD *jitaked*
Ok, lupakan author nista di atas hahaha
Oya, di sini Natsume adalah anak tunggal sebelum Mikan di angkat anak oleh Ioran jadi di fic ini nggak ada T^T
Uhm, di sini nggak ada Alice ya! Tapi Gakuen masih ada kok! xD
Sudahlah, tunggu chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?
Naaaah, di bawah ini fic baru Tsu/Muphtie yang awal dan inti ceritanya Tsu ambil dari novel Separuh Bintang yang kemarin lusa Tsu baca XD #plak
Di novel itu Tsu suka dengan kata-kata yang dibuat oleh sang penulis, apalagi sinopsisnya (yang di sini Tsu jadiin sebagai Summary) Tsu suka banget dengan kata-kata itu!
Hhehe, maaf Tsu nggak bisa nulis cerita tanpa ilhaman dari cerita orang laen sih (alesan!)
Ah sudahlah XP

Hai semua! *di lempar sandal*
(readers : mana chapter 7 fic Dia? *nagih*)
Maaf, maaf *bungkuk-bungkuk* Tsu lagi nggak ada ide buat fic itu T^T
(readers : alesan!)
Hiksu T^T udahlah, baca aja fic ini!
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* saya yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D
Refrensi : Novel Separuh Bintang karya Evline Kartika
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* mungkin Romance? Hurt/Comfort? Ada yang mau kasih tau Tsu genre ini fic? #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC, etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?

Prolog
Normal pov
Terlihat seorang cewek bertudung di tengah taman makam. Cewek itu diam mematung memandang sebuah nisan yang bertuliskan nama Kyosetsu Yukihira, cinta ke-duanya sekaligus kakak angkatnya. Cewek itu melepas tudung sweater yang ia pakai, terlihat rambut brunette sedikit ikal yang indah. Cewek itu bernama Mikan Yukihira. Hampir tiap hari sejak hari kematian Kyosetsu -Kyo, Mikan datang mengunjungi makam itu. Hanya diam mematung memandang batu nisan itu. Terkadang dalam bola matanya terlihat sorot kesedihan mendalam, tapi yang lebih terlihat dalam bola matanya hanya kehampaan.
Mikan, cewek berumur 16 tahun yang sebatang kara. Orang tuanya sudah pergi ke surga. 2 tahun yang lalu Ayahnya meninggal karena kecelakaan. Lalu tahun lalu Ibunya meninggal karena penyakit Jantungnya. Dan satu-satunya yang tersisa, Kyo juga telah pergi meninggalkannya bulan lalu karena tertabrak bis. Mikan tahu, dia harus tabah menghadapi ini semua. Tapi, dia hanyalah gadis yang masih rapuh. Ia butuh seseorang yang dapat membantunya. Sekarang, Mikan sendirian. Ia sudah tak memiliki siapa-siapa lagi.
Sedikit jauh dari tempatnya berdiri, terlihat seorang cowok berambut pirang yang memperhatikannya sedari tadi. Cowok itu menatap tubuh mungil Mikan dengan tatapan prihatin. Ia turut sedih akan apa yang terjadi pada Mikan, lagipula Kyo adalah sahabatnya juga.
Cowok itu menghembuskan nafas berat. Ia menegakkan tubuhnya. Tak lama kemudian ia berjalan menuju kearah Mikan yang masih diam mematung. Di tepuknya bahu Mikan yang mungil.
"Ayo pulang, Mikan..."
Sebuah tangan mungil memukul kasar tangan cowok itu hingga terlepas dari bahu Mikan. Mikan membalikkan badannya menghadap cowok itu. Mikan menatap tajam ke arahnya, alisnya bertaut. Hazel bertemu biru jernih.
"Jangan panggil aku dengan nama itu lagi!" jerit Mikan dengan intonasi yang mengancam.
Cowok itu membelalakan matanya. Ia kaget akan perubahan sikap Mikan. Mikan yang ia kenal selalu lemah lembut, baik, tak pernah marah walaupun ia di jahatin. Tapi, siapa yang sedang ada di hadapannya saat ini? Mana Mikan-nya yang dulu?
Mikan kembali menatap batu nisan Kyo. Ia kembali terdiam. Tak lama kemudian langit menjadi gelap, sepertinya akan turun hujan. Cowok itu ingin membawa Mikan ke tempat yang teduh, tapi bagaimana caranya? Ia tak mau mendapat jeritan yang memekakkan telinga seperti tadi.
"Mi... Mii, bagaimana kalau aku panggil Mii? Boleh?"
Mikan menganggukan kepalanya. Cowok itu menghela nafas lega.
"Mii, bagaimana kalau kalau kita pulang dulu? Langit sudah bertambah gelap daripada tadi,"
Mikan diam tak memberi respon. Cowok pirang itu semakin bingung akan sikap Mikan. Tiba-tiba gerimis mulai menerjang mereka. Si pirang mulai tak sabar. Dengan sedikit kasar ia menyeret Mikan pulang menuju ke rumahnya.
"Kyo..." desah Mikan pelan sambil memejamkan matanya.
Sebutir kristal bening jatuh bergulir di pipinya. Raut wajahnya menjadi sedih. Ah, langit saja menangis melihat dirinya takdir yang menimpah dirinya, apalagi dirinya. Mikan Yukihira (Sakura), kau harus bertahan dari takdir yang mempermainkanmu.
-To Be Continue-

Cukup segini untuk , maaf kalau dikit *bungkuk-bungkuk*
Di chapter depan cerita akan di mulai!
So, tunggu chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?
Hai!
Buat anak-anak AKB, aku pinjam nama-nama dan sifat kalian!
Hahaha, xD *ketawa nista*
*di keroyok anak-anak AKB karena nggak minta izin pemakaian nama sebelumnya*
Ah, sudahlah~ nikmatin aja karyaku di bawah ini xD
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Anak-anak AKB yang aku kenal~ xD
Disclaimer : Tsu DeiNatsuMi HikaQWERTY / Hyuuga D. Muphtie xD
Genre : Silakan cari tau sendiri!#plak yang jelas nggak berbeda dengan kenyataan (AU)#plak xD
Sumarry : Namaku Kazuki Mufti, yang biasa di panggil Muphtie...

Aku duduk di beranda lantai 2 di rumahku, menatap bulir-bulir air hujan di luar sana. Tatapanku kosong. Aku menghela nafas berat. Aku menatap kosong hujan yang masih turun sedari tadi.
Tiba-tiba bahuku di tepuk oleh seseorang. Aku terlonjak dari posisiku. Nafasku memburu karena kaget. Aku menoleh ke belakang dan menatap orang itu kesal.
"Gie! Jangan ngagetin aku lagi dong!" seruku sambil mengerucutkan bibirku.
Seorang cewek berdiri menatapku sambil memberikan cengiran khasnya. Dia mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya dan menunjukkannya padaku.
"Peace~ hehehe," ujarnya sambil duduk di kursi yang kosong di sampingku.
Aku kembali duduk di kursiku. Aku menatap tajam Anggie, atau yang lebih akrab di sapa Gie.
"Cengengesan aja dari tadi," celetukku sebal.
"Aduh 'Ibu Kos'! Gitu aja sebel, biasa aja.. Biasa~ haha," ujarnya sembari ketawa.
Aku kembali mengerucutkan bibirku sebal. Oya, aku belum memperkenalkan diri ya? Namaku Kazuki Mufti, yang biasa di panggil Muphtie. Apa namaku terdengar aneh atau asing di telingamu? Itu pasti, karena aku bukan orang Indonesia asli. Papaku memang orang Indonesia, tapi Mamaku asli orang Jepang. Tapi, Papaku juga keturunan orang Jepang karena itulah nama keluargaku Kazuki. Marga (nama keluarga) yang khas dengan nama orang dari Negri Sakura.
Oya, pasti kalian berpikir kenapa Gie memanggilku dengan sebutan 'Ibu Kos'? Karena rumah ini adalah salah satu rumah keluargaku yang ada di Indonesia. Dan rumah ini di jadikan kos-kosan oleh keluargaku, mungkin karena Papa dan Mamaku ingin mencarikan orang-orang yang dapat meramaikan rumah ini? Who knows? Ngomong-ngomong, Papa, Mama, Kakak, dan Adikku tinggal di Jepang. Kenapa aku tinggal di Indonesia? Pertanyaan bagus! Karena aku ingin, mencoba mandiri kukira?
Tahun ini aku berumur 16 tahun, kelas 2 SMA. Dan sudah hampir setengah tahun aku tinggal di sini tanpa anggota keluargaku yang lain. Dan sudah setengah tahun juga rumah ini resmi jadi kos-kosan. Aku bersekolah di SMA Mutia I. Sekolah yang cukup bagus menurutku. Gie adalah anak kos-kosan di rumahku, sekaligus seniorku yang kelas 2 di sekolah. Ah, cukup untuk perkenalannya. Aku kembali menatap bulir-bulir air hujan yang sudah agak reda.
"Ada apa, kok kamu ke sini Gie?" tanyaku masih dengan nada kekesalan.
"Ehehe, biasa cuma mau ngasih jatahmu aja Muph."
Aku menoleh ke arahnya. Aku mengangkat sebelah alisku.
"Mana?" sahutku sambil menodongkan tanganku padanya.
"Ckckck, kalau urusan begini aja kamu langsung respon. Dasar," desahnya sembari mengambil sesuatu di saku jaketnya. "Nih, sama jatah bulan besok ya?" tambahnya sambil menyerahkan sebuah amplop coklat padaku.
Aku menerima amplop coklat itu dan segera memasukannya ke saku celana pendekku. Tumben sekali Gie membayar 2 bulan sekaligus? Ah, sudahlah. Aku berdiri dari posisi dudukku. Aku berjalan menuju ke dalam rumah.
"Mau kemana?" tanya Gie yang tiba-tiba sudah berada di sampingku.
"Ke dapur, kenapa?"
"Nggak apa-apa, aku ikut kalau gitu,"
"Terserah," jawabku pendek.
Kami berjalan dalam diam. Sepertinya Gie tenggelam dalam pikirannya sendiri. Aku memandang lorong lantai 2 rumahku ini. Sepi. Kemana anak-anak? Apa mereka semua pada pergi?
Aku dan Gie menuruni tangga yang menghubungkan lantai 1 dengan lantai 2. Gie masih diam memikirkan sesuatu. Saat sampai di lantai 1 aku menoleh ke arah ruang keluarga, biasanya anak-anak kumpul di ruangan itu. Em? Kenapa ruangan itu pintunya tertutup? Ah, sudahlah. Aku beranjak meninggalkan tempat itu.
Saat sampai di dapur, aku duduk di kursi di dekat meja. Di dapur itu ada seorang wanita paruh baya yang tengah membereskan peralatan dapur.
"Bi, buatin jus dong," pintaku padanya.
Wanita tua itu, Bi Sumi menoleh ke arahku. Sepertinya beliau kaget akan keberadaanku. Aneh. Tapi, sedetik kemudian Bi Sumi menghampiri kulkas dan mengambil bahan untuk memenuhi keinginanku. Aku meletakkan kepalaku di atas meja, aku menutup kelopak mataku.
Hm, hari ini kok aneh sekali ya? Gie yang tiba-tiba pendiam, padahal biasanya dia banyak omong. Bi Sumi yang terlihat kaget akan diriku. Rumah yang sepi. Anak-anak yang hilang entah kemana. Huh, sudahlah. Ngomong-ngomong, Gie kok masih diam aja ya?
Aku membuka kelopak mataku, mencari sosok Gie. Lho? Kok Gie nggak ada? Aku duduk tegap, memperhatikan sekelilingku. Aku menoleh ke arah kulkas. Bi Sumi juga hilang. Aduh, kenapa seisi rumah tiba-tiba hilang sih? Sebentar lagi kan gelap, malam. Aku takut sendirian.
Aku beranjak meninggalkan dapur. Aku berjalan menuju arah ruang keluarga. Samar-samar terdengar suara yang bersaut-sautan dari sana. Ah, pasti mereka semua berada di sana! Aku berjalan cepat menghampiri pintu yang tertutup itu. Semakin dekat. Beberapa langkah lagi. Aku segera memegang dengan erat ganggang pintu itu.
Aku akan membuka pintu ini dalam hitungan ke tiga. Satu. Aku menggertakan gigiku. Dua. Genggamanku semakin erat. TIGA! Aku membuka pintu itu dengan kasar. Dan yang aku dapati adalah...
つづく


Nah, nah, nah~!!
Cukup untuk permulaannya~ xD
Aku akuin alurnya terlalu cepat -__-"
Ah, sudahlah udah terlanjur xd #plak
Bagaimana pendapat kalian?? O.o
Tsu akan mencoba membuat ulang cerita novel yang pernah Tsu buat tapi berhenti di tengah jalan dulu!
Watashi wa Ganbare!! (tau' ah kalo tulisan.nya salah xD)
HOREEEEE
akhirnya aku punya tabungan di bank mandiri!! XD

27 okt 10

Nilai.ku di sekolah kok perasaan makin hari makin menurun aja ya??
Pelajaran juga, makin hari aku semakin nggak ngerti dengan materi yang diajarkan
Aaah, apa karena ke maniak.an.ku terhadang dunia maya ini??
Apa aku harus hiatus/rehat/pensi dari dunia maya dan kembali rajin belajar seperti 3-4 tahun yang lalu??
Ah! Aku tak bisa berhenti bergelut dengan dunia maya walau hanya sehari saja
Oh tuhan, apa yang harus aku lakukan??
Aku ingin nilai.ku kembali seperti sediakala
Dan aku juga ingin tak perlu hiatus/rehat/pensi dari dunia maya ini
oh, Kami-sama, god, Allah! help me!!

Tadi di beritahu kalau nanti Study Tour ke Bali itu akan di laksanakan tanggal 21 January 2011
Yey! Aku tak sabar menunggu hari itu!!
:D

Aku baru menyadari, ternyata negara.ku ini sedang porak poranda
Pray for Indonesia :(

Aku ingin rehat dari segala.nya 2-3 hari saja
Aku ingin sekali
Oh, bisakah sekolah.ku diliburkan 1-2 hari saja?!
Give Me Vacation, Mr/Mrs!! :((

26 okt 10

Tadi, waktu aku ke sekolah SD.ku aku ketemu sama sohib.ku waktu SD
Aku dan dia pun bernostalgia di masa-masa SD
Yaampun, gara-gara dia aku jadi teringat akan seorang cowok!
Cowok yang waktu kelas 6 SD menjadi teman sekelasku
Cowok yang menjadi musuh bebuyutanku, dulu
Cowok yang selalu menjadi teman cekcok.ku
Cowok yang selalu aku pikirkan, dulu
Cowok yang aaaah, begitu lah
Tau nggak, kenapa dia bisa aku sebut musuh bebuyutanku? Ah, lebih tepat bukan hanya aku tapi kami menganggap satu sama lain merupakan musuh bebuyutan
Karena, nama kami yang pelafalannya sama!
Hanya beda 2 huruf, tetapi dilafalkannya sama!
Oh, nama panggilanku di rumah dan saat di sekolah SD dengan nama panggilan dia saat di rumah itu sama!
Hanya karena alasan itu kami sering berseteru
Dulu pernah ada kejadian kami mendapat nilai yang sama di suatu pelajaran
Dan tau apa yang terjadi?
Kami langsung saling tuduh kalau dia/aku yang meniru nilai aku/dia
Kami juga sering tuduh kalau dia/aku itu meniru nama yang lafalnya sama itu
Tapi aku yang selalu merasa kalah setiap menyangkut nama, kenapa? karena dia lebih tua hampir 1 tahun dari aku, jadi pasti terlihat dong siapa yang meniru nama itu? Tapi tetap saja, aku tak meniru namanya
Hahaha, aku sendiri heran kenapa dulu aku setiap hari selalu adaaa aja yang di ributkan dengannya
Tapi, saat aku sudah lulus dari SD.ku aku menjadi kangen oleh suasana itu
Huuuft, tadi saat aku dan temanku membicarakan dia aku terpikir 'sekarang, dia seperti apa ya? dia gimana ya? apa dia tetap sama seperti dulu? AKU INGIN BERTEMU DENGANNYA!'
Ah, tapi tidak hanya dengannya aku ingin bertemu
Tapi dengan semua teman-teman SD.ku yang selama 2 tahun itu mengisi hari-hariku (karena dulu aku anak pindahan di sekolah SD itu)
Huuuft, hey apa kau tau kalau aku merindukanmu Ren? Aku kangen dengan perseteruan kita dulu. Aku ingin melanjutkan perseteruan kita lagi! Kalau bisa, setiap hari! Hahaha, semoga tahun depan kita akan masuk ke sekolah yang sama
SMANDA! SMA Negri 2 Sda! Ku tunggu kau di sana, Ren.
:)

24 okt 10

Yaampun, memilih memikirkan + mengerjakan fic Mikan Sakura Destiny atau Dia, atau cerita karanganku, atau mengerjakan tugas sekolah yang menumpuk tiada akhirnya

Ckckckck, terlalu banyak yang harus di pikirkan + di kerjakan

Aaah, aku butuh lebih banyak waktu!!

Sigh, sepertinya aku tak jadi ikut IFA deh hiksu T^T

Rp 1 juta, sepertinya cukup untuk biaya hidup 1 bulan

Yaaaah, begitulah~ 

21 okt 2010

Tadi, pagi menjelang siang
Pertama kali aku melihatnya
Melihat ekspresi yang sangaaat jarang dan pertama kali aku lihat
Ekspresi yang kau tampilkan
Baru aku rasakan
Ternyata dirimu yang asli seperti itu
Penilaianku padamu selama ini tak selalu benar
Selama ini kau memakai sebuah 'topeng'
'Topeng' yang membuatku jengah akan dirimu
Dan saat aku melihat ekspresi yang tadi
Aku baru benar-benar sadar
Ternyata aku memang menyukaimu

20 okt 2010

hari ini
di pagi ini
kau membuatku menangis
benar-benar menangis
hal yang sangat jarang dapat aku lakukan\
ma, aku membencimu
ma, aku mencintaimu
kenapa kau meninggalkan kami??
ma, aku butuh penjelasanmu

fic GA - Mikan Sakura Destiny - Chapter : Sebuah Persetujuan

Karena di bulan november ada event di FFn, dan Tsu ingin ikut.in fic Tsu yang ini
Jadi Tsu akan mengerahkan segenap tenaga untuk mengupdate fic ini yaaah, minimal 5 chapter lah sebelum tanggal 1 nove 2010 nanti
Do'ain biar Tsu sanggup ya!
Ok, ini chapter 3/2 .nya!

Chapter 2 update~!
Hehe, maaf menunggu lama ya~ xD
Sebelumnya Tsu ucapkan terima kasih buat para readers yang sudi membaca fic Tsu ini, apalagi buat yang review
Oya, buat temen Tsu si gila Al #plak nikmatin nih chapter ini, biar makin penasaran! haha *tertawa nista*
Cukup basa-basinya, langsung saja
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* Tsu yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* mungkin Romance? Hurt/Comfort? Ada yang mau kasih tau Tsu genre ini fic? #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC, etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?
Mikan Sakura Destiny


Normal pov
Dua hari kemudian
Jarum jam sudah menunjuk ke angka 6 dan 3. Lantai 2 di rumah itu masih terlihat sepi dan lenggang. Tiba-tiba pintu kamar Natsume terbuka, dan terlihat sosok Natsume yang tengah tersenyum kecil. Natsume membawa selembar kertas putih yang berisi tulisan-tulisan. Natsume berjalan ke arah kamar Mii dengan bersiul-siul. Tanpa permisi dan tanpa aba-aba, di bukanya pintu kamar Mii. Tapi apa yang ia dapatkan? Hanya kamar kosong tanpa terlihat sosok Mii.
"Kemana dia? Ini kan masih pagi, masa dia udah ngilang sih?" gumam Natsume sambil celingak-celinguk mencari sosok Mii.
Beberapa detik kemudian pintu kamar mandi di kamar Mii terbuka, dan muncullah sosok Mii yang tubuhnya terlilit handuk. Natsume yang melihat Mii kaget akan sosok Mii yang, yah kalian bisa bayangkan sendiri. Reaksi pertama Mii yang baru menyadari kalau ada Natsume di kamarnya adalah cengo. Kenapa Natsume ada di sini? pikirnya. Reaksi kedua dapat di tebak, Mii langsung teriak kencang dan melemparkan segala benda yang ada di sekitanya ke arah Natsume.
"KELUAR!" jerit Mii sambil melempar buku ke arah muka Natsume.
Yak! Bingo! Buku itu berhasil menimpuk keras muka Natsume yang langsung tersadar dari kekagetannya, dan langsung berusaha melindungi diri dengan dua tangannya. Dengan terburu-buru ia menutup pintu kamar Mii, dan duduk di sofa yang ada di depan kamar Mii dan kamarnya. Natsume mengacak-acak rambutnya.
"Bagus juga tubuhnya," gumamnya sembari tersenyum miring.

"Hah! Dasar maniak!" seru Mii sambil melipat tangannya di dada.
Natsume memberikan deathglare ke Mii. Yaampun, baru kali ini Natsume di bilang maniak. Padahal Natsume itu kesannya sangat sangat jauh dari kata maniak. Tubuh Natsume tegap, walau ototnya tak terlalu besar tapi cukup membuat kaum perempuan untuk terbelalak menatapnya. Wajahnya cakep, ah bukan tapi luar biasa ganteng. Matanya yang berwarna merah menyala itu seakan-akan menghisap siapa saja yang menatapnya. Waktu kelas 1 saja, senior-seniornya terjebak akan pesona fisiknya itu. Dan tahun lalu juga, ia di nobatkan menjadi cowok terganteng di sekolahnya, padahal dia dari kelas junior! Eh? Kok melenceng dari naskah? Kita balik ke cerita.
Memang sih tadi Natsume melihat tubuh Mii yang tanpa buasana, ah salah hanya memakai selembar handuk saja. Tapi kan itu nggak sengaja. Perlu di ulangi? NGGAK SENGAJA. So, hanya karena itu Natsume nggak harus di bilang MANIAK dong? Ya kan?
Ah, walaupun begitu tadi Natsume sempat tergoda juga oleh tubuh Mii. Tapi, itu bukan salahnya kan? Natsume kan seorang cowok normal, seorang cowok normal apalagi yang masih masa puber, pasti ada kalanya tergoda oleh tubuh lawan jenisnya. So, Natsume nggak 100% salah kan?
Yaaah, tapi Natsume salah juga sih. Dia masuk ke kamar cewek tanpa ketuk pintu dan langsung menerobos masuk. Udah gitu, dia pakai acara melihat Mii tanpa busana lagi, ah salah tapi hanya memakai selembar handuk. Cewek mana sih yang nggak ngamuk-ngamuk kalau di gituin? Hanya cewek bego yang nggak marah kalau di gituin.
"Aku bukan maniak!" seru Natsume balik.
"Huh, kalau bukan maniak ngapain kamu pake kaget gitu ngeliat aku tadi? Kaget ngeliat tubuhku yang bagus itu?" tanya Mii sedikit narsis.
Natsume melongo karena ucapan Mii yang buatnya cukup narsis untuk ukuran seorang Mii. Anak ini, aneh banget sih! pikirnya.
"Huuuh, untung tadi aku pakai handuk! Coba kalau nggak, iiih nggak banget deh!" lanjut Mii.
"Heh! Badan kaya triplek gitu! Nggak minat aku sama badan kaya gitu!" balas Natsume.
"Aaah! Udah! Sekarang kamu to the point aja deh, tadi mau ngapain kamu ke kamarku?"
"Nih,"
Natsume menyerahkan lembaran kertas yang sedari tadi ada di tangannya. Mii memandang kertas itu dengan satu alis terangkat, di ambil dan di bacanya. Kertas itu berisikan tulisan seperti di bawah.

1. Pura-pura nggak kenal di sekolah
2. Nggak akan bilang anak sekolah tentang hubungan saudara tiri
3. Nggak pergi-pulang sekolah bareng
4. Nggak bertanya hal-hal privasi
5. Nggak main masuk kamar orang seenaknya

"Buat apa ini, KuroNeko?" tanya Mii di balik selembar kertas itu.
"Jangan panggil aku KuroNeko!" seru Natsume sengit.
"Kupikir, nama itu cukup cocok untukmu."
"Aku tetap tak mau di panggil seperti itu!"
"Ah, sudahlah. Kau belum menjawab pertanyaanku, Natsume."
"Ah, ya. Kemarin, sebelum ayah pergi dia bilang kan kalau kita akan satu sekolah? Nah, karena kita akan satu sekolah dan kemungkinan kita akan satu kelas, jadi aku membuat itu. Kamu harus menyetujui yang tertulis di sana." Jelas Natsume panjang lebar dengan mood yang sudah kembali normal.
Mii mengangkat wajahnya, menatap Natsume yang tengah bersiul-siul tak jelas. Kembali satu alis Mii terangkat. Mii melempar kertas itu, dan berjalan pergi meninggalkan Natsume. Natsume yang sadar akan reaksi Mii, lansung beranjak dari posisi duduknya.
"Hey! Kamu belum menyetujuinya!" seru Natsume.
Mii berhenti di dekat tangga, ia menoleh ke arah Natsume.
"Aku tak akan menyetujuinya," ujar Mii dingin.
"Hah!" Natsume cengo dengan tak elitnya.
"Aku tak akan menyetujuinya jika kau tak memperpolehkan aku memanggilmu KuroNeko," tambah Mii sambil tersenyum licik.
Natsume terdiam sesaat, memikirkan apa yang harus ia lakukan. Dengan sedikit tak rela, dan dengan menggigit bawah bibirnya dengan keras, Ia menganggukkan kepala sembari berkata "Baiklah."
"Bagus, lagi pula tak ada keuntungan bagiku dari persetujuan itu selain memanggil namamu seperti itu," ujar Mii sedikit tak acuh.
"Hah? Maksudmu?" Natsume meminta penjelasan.
"Pertama," Mii mengangkat tangan kanannya yang jari telunjuknya berdiri, sedangkan tangan kirinya berkacang pinggang. "Aku tak perlu pura-pura mengenalmu.. Lagipula, kita juga memang tak saling mengenal."
"Ke dua," jari tengah Mii ikut berdiri. "Buat apa aku menggembar-gemborkan hubungan kita? Tak ada gunanya denganku."
"Ke tiga," jari manis Mii ikut berdiri sekarang. "Aku tak butuh tumpanganmu.. Kau pikir aku akan merengek-rengek padamu untuk sekedar pergi ke sekolah? Huh, lagipula aku akan di antar jemput oleh temanku dengan mobil. Kau pikir motor dengan mobil lebih nyaman mana? Ya tentu mobil lah!"
Sebagai catatan, Natsume pergi kemana-mana (keluar rumah) dengan mengendarai motor. Kenapa tidak memakai mobil? Dia kan kaya, pasti dia bisa beli mobil kan? Kata Natsume sih, motor lebih berseni. Entah dari mana seninya.
"Ke empat," jari kelingking Mii ikut terangkat. "Buat apa aku bertanya hal privasi padamu? Itu tak akan berguna untukku."
"Dan yang terakhir." jari terakhir Mii, ibu jari ikut terbangun dari tidurnya. "Bukannya kamu yang main masuk kamarku tadi?"
Setelah menyelesaikan ucapannya, Mii berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah meninggalkan Natsume sendirian. Natsume memandang tubuh Mii yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya. Natsume cengo kuadrat, ah mungkin pangkat tiganya? Entahlah, yang jelas ia lebih cengo dari yang tadi.
Natsume menggerundel dalam hati. Sialan, cewek itu benar-benar sialan! teriak batin Natsume kesal. Natsume seakan mati kutu akan ucapan yang telah di lontarkan Mii. Ini pertama kalinya dalam hidup Natsume, ia di permainkan oleh seorang cewek dan cewek itu tak bertekuk lutut pada pesona seorang Natsume! Sabar lah, Natsume.

Mii duduk terdiam sambil menompang dagu di dapur. Pikirannya melayang entah kemana, meninggalkan tubuhnya yang ada di dapur yang sangat lengkap ini. Tiba-tiba sebuah suara sedikit cempreng menyadarkan Mii.
"Non Mii, kenapa ngelamun gitu?" tanya seorang pria atau wanita? Ah, lebih tepatnya pria yang berpenampilan seperti perempuan ABG.
Rui nama pria itu. Rui adalah koki atau juru masak di rumah itu. Dia bisa memasak apa saja yang rasanya, ah jangan di tanya lagi. Sangat lezat! Rui masih berumur awal 20 tahunan. Wajahnya terlihat sedikit baby face dan terlihat lebih manis dari perempuan ABG sendiri, dan hal itu membuat perempuan ABG yang menemuinya menjadi iri.
"Em? Tidak apa-apa kok Rui," jawab Mii sekenanya.
"Oh, kalau gitu cobain masakan Rui ya? Enak lho~" tawarnya sembari mengeluarkan sebuah loyang dari oven. Hmmm, wanginya menggoda perut Mii. Kue kah? tebak Mii.
"Boleh!" sahut Mii sambil menganggukkan kepalanya.
Rui tersenyum melihat gelagat Nona mudanya itu. Dengan cekatan, di pindahkan sesuatu dari loyang ke sebuah piring pipih yang lebar. Di berinya berbagai macam bahan yang ada di meja untuk melapisi sesuatu itu dan di irisnya kecil-kecil. Lalu di pindahkan piring pipih itu ke hadapan Mii.
"Waaaaah, apa ini?" tanya Mii takjub.
Ternyata yang di buat oleh Rui tadi adalah sebuah roti yang terlihat sangat menggoda perut untuk berbunyi. Roti itu terlapisi krim putih yang di atasnya di tumpahi coklat dan di taburi berbagai macam irisan kecil-kecil buah-buahan.
Mii mencomot sepotong dan langsung memakannya dengan lahab. Aaaah~ lembut sekali! batin Mii yang tengah menikmati roti potong pertamanya.
"Itu, Rui namai Rainbow Fruits. Di dalam roti itu ada banyak potongan tipis berbagai buah, seperti buah Kiwi, Straberry, Blueberry, dan lainnya. Dan di atasnya seperti Non Mii lihat-" penjelasan Rui di potong oleh Mii. "-Panggil Mii saja!"
"Baiklah, Mii. Seperti Mii lihat, di atasnya juga bertaburan berbagai macam potongan kecil buah-buahan. Karena mungkin buah itu sedikit masam, jadi aku tambahkan coklat manis yang dapat menyeimbangkan kemasaman buah-buah tadi." Lanjut Rui sambil tersenyum bangga.
"Aaah~ terlalu enak! Masakanmu selalu enak Rui!" sahut Mii yang matanya sudah berbinar-binar.
"Terima kasih, No- ah, Mii~" ujar Rui sambil tersenyum semakin bangga.
"Tapi jus bikinanmu tidak bernasib seperti itu," tambah Mii lirih.
"Apa?"
"Tidak, lupakan saja."
"Oh ya, Natsume dimana?" tanya Rui.
Sebagai catatan, Rui memanggil Natsume tanpa embel-embel 'Tuan' karena Rui adalah 'teman' dari sepupu Natsume, Tsubasa Andou. Rui dulu juga salah satu kakak kelasnya di kursus bahasa dulu.
"KuroNeko? Ada di atas dia," jawab Mii sambil mulai mengambil potongan keduanya.
"Ohh. Oya Mii, apa boleh Rui bertanya sesuatu?"
"Boleh, saja. Apa?" tanya Mii sambil mengunyah potongan keduanya.
"Kenapa Mii di panggil Mii sih? Kenapa bukan Mikan saja? Nama Mii kan jelek, lebih bagus Mikan~" ujar Rui to the point.
"Ukh!" Mii tersedak rotinya ketika mendengar pertanyaan dan pernyataan Rui. Rui yang tanggap langsung memberikan segelas air putih pada Mii yang langsung di tegaknya.
Nafas Mii tersenggal-senggal ketika berhasil menelan rotinya yang tersangkut di kerongkongannya tadi. Tiba-tiba sorot mata Mii berubah drastis. Di bola matanya hanya terlihat sebuah kehampaan.
"Karena..."
Rui menunggu dengan sabar lanjutan perkataan Mii. Entah mengapa dadanya berdengup kencang, seakan-akan itu merupakan detik-detik yang berharga.
"Karena... itu karena..."
-To Be Continue-

Hahaha, *tertawa nista*
Akhir chapter ini ngegantung ya?
Hehe, sengaja Tsu buat gitu~
Biar pada penasaran xD
Perasaan, chapter ini kok lebih pendek dari chapter sebelumnya ya? =="
Ah sudahlah xD
Tunggu kelanjutannya di chapter-chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?

18 okt '10

hore!
tadi aku mendapatkan sebuah ide untuk novelku
hehehe
karena 'perintah' Lexie, aku akan mencoba membuat sebuah cerita yang original buatanku sendiri
tapi yaaaah, aku nggak tau lagi sih kalau mandek tengah jalan lagi seperti dulu
hehehe
yaaah, semoga cerita itu dapat aku selesaikan dengan selamat
xD

16 okt '10

Haaaaah~
dari hari senen kemarin sampai hari ini, mamaku belum pulang-pulang juga ke rumah
pasti ada di tempat sodara-sodaraku itu
gara-gara itu, akhirnya aku di rumah hanya berdua dengan papa
membosankan!
aaaaah!!
hari ini buah manga yang berbuah dari pohon manga milik keluargaku (mamaku) yang ada di depan rumah diambil orang!!!
padahal yang matang cuma 1!!
tapi yang di ambil banyak banget!!
sial!
padahal manga salah satu buah favorit.ku T^T
uuuuh, gara-gara kemarin lusa hujan sampai pagi (mejelang siang) jalan-jalan + daerah di berbagai kotaku banjir!!
uuugh!
gara-gara itu kemarin aku sampai sekolah jam 8.30!!
padahal masuknya jam 6.45!
good!
terus kemaren waktu naek motor, di jalan nggak sengaja nyipratin air hujan ke celana + baju + tas milik cowok sma (mungkin) yang waktu itu ada di samping motorku
uuugh
untung dia nggak ngamuk-ngamuk =="
maafkan aku ya mas~!! (_ _")
huaaaaaah, hari ini tetep nggak ada review dari fanfic-fanfic.ku di FFn
hiks, nasib anak baru nih T^T
tadi sepulang sekolah aku ngacir ke warnet game online
main game ayodance audition!
ooh, niat pengen maen buat nambah exp
eh, 3 jam aku maen aku malah maen yang buat nambah den!
mana hampir 3/4 nya kalah terus lagi!
sial again!
huuuum, mau coba bikin cerita baru lagi
tapi yang temanya apa ya??
yang kaya' dulu aaah~
xixixixi
hari ini aku akan mencoba untuk begadang!!!
yeah!!

fic GA - Mikan Sakura Destiny - Chapter : Keluarga Baru


Haaaaii!! *di lempar sandal*
Nih, Tsu ada update.an fic Mikan Sakura Destiny yang chapter 2 atau 1 yang judulnya Keluarga Baru
Tsu sih niatnya update chapter ini hari sabtu ntar aja deh
Tapi karena pengen update hari ini juga, jadi Tsu update hari ini di blog aja
Hhehe
Ah, sudahlah enjoy it!

Chapter 1 update~!
Eh? bingung ya? Karena chapter 1 buat prolog jadi chapter 2 yang merupakan isi cerita terhitung jadi chapter 1!
Di fic ini Tsu belajar bikin normal pov
Harap maklum ya kalau masih agak aneh, soalnya biasanya Tsu bikin tokoh pov sih jarang bikin normal pov T^T
Oya, Tsu pikir-pikir nama 'Mii' buat Mikan aneh juga ya? #plak
Hiks, tapi Mikan udah terlanjut Tsu nama 'Mii' T^T
Ah sudahlah, baca aja fic ini!
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* Tsu yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi dan yang punya novelnya Evline Kartika! :D
Refrensi : Novel Separuh Bintang karya Evline Kartika
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* mungkin Romance? Hurt/Comfort? Ada yang mau kasih tau Tsu genre ini fic? #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC, etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?
Mikan Sakura Destiny

Normal pov
Mii duduk di kasur barunya. Ia memandang berkeliling kamar barunya itu. Kamar itu 3 kali lebih besar daripada kamarnya sebelumnya. Di kamar itu ada meja belajar berbentuk 'L' di di pojokan dan almari besar di sebelahnya. Di tengah-tengah kamar terdapat kasur berukuran Queen-size dan di kanan kirinya ada meja kecil. Di seberang kasur itu ada seperangkat televisi beserta audio dan DVD yang lengkap! Di samping kanannya ada sebuah pintu kaca buram yang merupakan kamar mandi pribadi. Di sebelah kanan kasur atau seberang pintu kamar ada sebuah pintu geser yang terbuat dari kaca yang menuju balkon kamar itu. Di lantai sekitar kasur miliknya terlapisi permadani bulu yang tebal!
Tiba-tiba pintu kamar Mii di ketuk oleh seseorang. Mii dengan segera beranjak menuju pintu itu, di bukannya pintu itu. Terlihat seorang lelaki setengah baya berdiri di hadapannya. Mii mempersilakannya masuk ke kamar itu. Lelaki itu segera memasuki kamar Mii dan langsung duduk di tepi kasur Mii, Mii pun ikut duduk di sampingnya. Di tatapnya Mii. Terukir sebuah senyum kecil di wajahnya.
"Apa kau suka dengan kamar ini?" tanyanya.
Mii memandang sekeliling kamar barunya sekali lagi. Dia tersenyum kecil.
"Ya, sangat suka! Terima kasih," jawab Mii sambil mengangguk kecil.
"Oom, sangat senang mendengarnya." Lelaki itu kembali tersenyum dambil menatap Mii.
Mii hanya tersenyum kecut, pikirannya melayang menuju beberapa bulan yang lalu.
FlashBack
Saat itu Mii berjalan gontai menuju rumahnya yang ada di ujung gang. Ia baru saja di seret pulang oleh Ruka, sahabatnya sekaligus sahabat Kyo dan juga tetangganya yang rumahnya ada di pojok lain gang. Mii memandang ke arah langit, ia teringat akan kedua orang tuanya dan Kyo. Mii tersenyum kecut dan kembali memfokuskan pandanganya kearah jalanan di depannya.
Tiba-tiba matanya menangkap sebuah mobil hitam yang terparkir tepat di depan rumahnya. Mii segera berlari mendekati mobil itu. Saat sudah ada di samping mobil itu, tiba-tiba pintu di sebelah kemudi terbuka. Dari dalam mobil itu keluar seorang lelaki separuh baya yang tak dikenalnya. Lelaki itu berjalan mendekatinya. Ia tersenyum sambil memandang Mii dari atas hingga bawah.
"Kamu Mikan Yukihira?" tanyanya saat ada di hadapan Mii.
Mii tersenyum kecut mendengar namanya di ucapkan lelaki asing itu. Mikan, nama itu mengingatkan Mii akan Kyo dan orang tuanya yang hampir setiap saat memanggilnya. Ah, jelas saja ia di panggil seperti itu, nama kecilnya kan memang Mikan. Mii sekarang berusaha menyimpan kenangan-kenangannya dengan kedua orang tuanya dan Kyo di sebuah kotak yang ia sembunyikan di suatu tempat, dan kunci kotak itu sendiri ia patahkan agar ia sendiri tak dapat membuka kotak itu. Mii ingin menjadi dirinya yang baru.
"Iya. Tapi maaf, panggil saja saya dengan panggilan, Mii."
Sedetik raut wajah lelaki itu seakan kaget, tapi dalam detik berikutnya di wajahnya kembali terukir senyuman. Terlihat sorot kelegaan di bola matanya yang redup.
"Baiklah, Mii. Saya bernama Ioran Hyuga. Kita langsung saja ya? Maukah kau, aku angkat menjadi anak angkatku?" ujar lelaki -Ioran Hyuga langsung.
Mii seketika berwajah pucat. Dalam benaknya berseliweran dugaan-dugaan jahat. Jangan-jangan Ioran-san sebenarnya ingin menjadikan aku istri ke sekiannya? Pikir Mii pendek. Seakan-akan dapat membaca pikiran Mii, Ioran lagi-lagi tersenyum.
"Tidak, aku hanya ingin mengangkatmu menjadi anakku saja."
Mii masih ragu-ragu. Tiba-tiba dia berlari menuju rumahnya. Di bukanya gerbang rumahnya dengan kasar dan segera ia memasuki rumahnya dan mengunci pintu rumahnya ketika dia sudah berada di dalam rumah. Di intipnya dari sela-sela jendela, terlihat sosok Ioran yang menghampiri pintu rumahnya. Beberapa detik kemudian terdengar gedoran di pintu rumahnya. Mii segera masuk lebih dalam ke rumahnya, berusaha tak mendengarkan gedoran yang memekakan telinganya itu.
Ternyata tidak sampai di situ saja. Seminggu kemudian Ioran datang ke rumah Mii lagi. Tapi Mii tak memperdulikannya, ia hanya berpikir untuk menganggap Ioran itu hanya angin. Tapi ternyata dasar bebal, Ioran tetap saja datang seminggu sekali ke rumah Mii. Hingga akhirnya terhitung sudah 2 bulan sejak kedatangan awal Ioran ke rumahnya. Akhirnya Mii luluh juga.
"Aku akan menjadi anak angkat oom, tapi ada syaratnya!" jawab Mii suatu hari.
"Baik, akan aku kabulkan!" sahut Ioran dengan wajah berseri-seri.
"Jangan memaksaku memanggil oom dengan sebutan Ayah atau Papa, aku hanya akan memanggil oom dengan panggilan Oom saja! Dan aku tak mau memakai marga 'Hyuga'."
"Baiklah, itu tidak akan menjadi masalah!"
Mii mengangguk puas. Beberapa hari kemudian Mii dan Ioran mengurus surat adopsi dan segala macamnya. Lalu setengah bulan kemudian Mii resmi menjadi anak angkatnya Ioran. Di bawanya Mii ke rumahnya.
Ternyata Ioran Hyuga merupakan orang yang sangat kaya! Bayangkan saja! Rumahnya berada di sebuah perumahan elite! Dan luas rumahnya juga tak tanggung-tanggung! Lebar rumahnya mungkin 200 meter dan panjangnya sepertinya 300 meter! Luas sekali kan?
Saat Mii menginjakkan kakinya di rumah Ioran, ia segera di sambut dengan tatapan sedikit galak oleh Ibu angkatnya -Kaoru dan kakak angkatnya, Natsume. Mii sih cuek-cuek saja dengan pandangan kedua orang itu.
Mata Mii berbinar-binar saat melihat seisi rumah Ioran. Tiba-tiba Ioran memberi tahukan kamarnya yang berada di lantai dua, di sebelah kamar kakak angkatnya. Dalam sekejap, Mii segera berlari menuju kamar barunya. Waw, keren! pikirnya takjub.
End FlashBack
"Oya, besok Oom akan ke Korea untuk kembali kerja berbarengan dengan Tante," ujar Ioran yang membuyarkan pikiran Mii yang melayang-layang.
"Oh, ce-cepat sekali?" ujar Mii tergagap.
"Ya, kerjaan Oom memang sangat banyak sehingga Oom harus segera menyelesaikannya."
"Oom terlalu sibuk," desis Mii.
"Apa?"
"Tidak, bukan apa-apa." sahut Mii cepat.
"Ya sudah, Oom keluar ya. Sepertinya Oom tadi telah mengganggu kegiatanmu, maaf ya!"
Ioran beranjak keluar dari kamar Mii. Mii segera menutup rapat pintu kamarnya. Dimatikannya lampu kamarnya. Kemudian Mii menyusup kedalam selimut. Di pandanginya sebuah foto keluarga, lebih tepatnya keluarganya. Seketika dimatanya hanya terlihat kehampaan, kosong. Sebuah kristal bening bergulir di pipinya, segera ia hapus dengan tangan kirinya. Lalu ia matikan lampu kecil di atas kasurnya. Tak lama, ia terbuai ke dalam alam mimpi.

Natsume keluar dari kamarnya. Di lihatnya lampu kamar Mii telah padam (catatan : pintu kamar Mii dan Natsume terbuat dari kaca dengan gambar-gambar yang buram, sehingga memungkinkan untuk mengintip kedalam kamar tersebut). Natsume segera berjalan lurus melewati kamar Mii, ia berjalan menuruni tangga. Tiba-tiba dia melihat sesosok yang sangat di kenalnya tengah duduk di sofa dekat tangga.
"Ayah," desah Natsume.
Sepertinya Ioran mendengar desahan Natsume, karena seketika Ioran menoleh ke arah Natsume. Ioran tersenyum melihat anak lelakinya itu.
"Apa kau masih marah pada Ayah, Natsume? Seperti Ibumu itu?" tanya Ioran sembari tersenyum.
Natsume memutar bola matanya. Memang dia kesal pada Ioran karena tak meminta pendapatnya untuk mengangkat Mii menjadi adik angkatnya, Natsume merasa dia memang pantas untuk kesal pada ayahnya itu. Ioran menghela nafas berat.
"Ya. Kenapa sih, Ayah mengangkat si Mii tanpa meminta pendapatku dan Ibu? Kita kan harusnya membahasnya dulu baru memutuskannya!" seru Natsume membabi buta.
Ioran menghela nafas berat. Seperti dugaanku, pikirnya begitu.
"Ayah, mempunyai alasan yang kuat untuk mengangkat Mii sebagai anak angkat Ayah Natsume. Tapi, Ayah tak bisa memberitahumu sekarang."
Natsume mendengus sebal karena ulah Ayahnya itu yang semakin hari semakin aneh saja menurutnya.
"Jadi? Ayah sekarang main rahasia-rahasiaan gitu denganku?" dengus Natsume frustasi.
Jujur saja, Natsume memang iri pada Mii. Natsume selama 16 tahun merupakan anak tunggal. Dan tanpa sepengetahuannya, Ayahnya sendiri mengangkat seorang perempuan untuk menjadi anaknya atau bisa di bilang adik angkat Natsume! Selama ini Ayahnya jarang memberikan perhatian yang lebih padanya. Tapi, pada si Mii beliau rela mengambil cuti dari perusahaan yang di kelolanya selama hampir 3 bulan! Padahal perusahaannya merupakan perusahaan yang telah go international dan sangat terkenal di beberapa negara.
Apalagi sifat Mii yang Natsume anggap sangat kekanak-kanakan. Bagaimana tidak? Coba kita lihat FlashBack yang tengah di pikirkan Natsume
FlashBack
Natsume sangat tersentuh saat mendengarkan cerita Mii yang mengenaskan dalam 2 tahun ia harus merelakan semua anggota keluarganya meninggalkannya. Natsume kira Mii pastilah anak perempuan yang bertampang sedikit lusuh dengan kantong mata sebesar kantong semar karena banyak menangis. Tapi ternyata apa? Penampilan Mii sangat di luar bayangannya! Mii yang ia lihat di rumahnya memakai baju berupa tank top putih yang dilapisi oleh jaket berwarna pink tipis dan di padukannya dengan rok lipit putih yang manis. Penampilannya sangat mirip remaja perempuan di kotanya! Dan saat sampai di rumah Mii malah terkagum-kagum oleh rumah ini, dan di matanya tak terlihat kantung mata!
"Waaah, ini guci keramik yang antik! Motifnya sangat indah! Apa ini dari India?" celoteh Mii riang sambil memandang sebuah guci yang berada di dekat pintu utama.
Oh, Natsume yang sudah tinggal 16 tahun di rumah itu saja baru tahu kalau itu guci dari India! Ugh, dia seakan-akan telah di permalukan oleh Mii. Natsume heran, apa Mii benar-benar telah kehilangan anggota keluarganya itu dalam waktu 2 tahun dengan kematian yang menyayat hati? Natsume tidak percaya!
End FlashBack

Sejak itulah Natsume menaruh rasa dendam kesumat pada adik angkatnya itu. Natsume mendecakkan lidah sebal.
"Natsume, rukun dan akrab lah dengan Mii. Oya, besok Ayah dan Ibu akan pergi ke Korea untuk melanjutkan kerjaan yang tertunda," ujar Ioran.
Natsume melipat tangannya di dada. Mulutnya mengerucut.
"Yah sudah!"
"Natsume, jangan seperti anak kecil begitu."
"Aku sudah besar, Ayah!"
"Ya, Ayah tau itu. Tapi sifatmu itu masih kekanak-kanakan sekali,"
"Sudah lah, terserah Ayah saja!"
"Yah sudah, Ayah tidur dulu ya. Kau lekas tidur sana Natsume. Jangan ganggu Mii ya?"
"Iya!"
Natsume dengan sebal beranjak menuju ke lantai dua. Kembali menuju kamarnya. Saat melewati pintu kamar Mii, Natsume membisikkan sesuatu.
"Baka! Lenyap saja sana!"
Kemudian Natsume berjalan masuk ke kamarnya dan mengunci rapat pintu kamarnya. Di bawah, Ioran tengah mengelus dadanya mencoba sabar dengan sifat anaknya itu.
-To Be Continue-

Woeeeeeee, chapter 1 selesai!
Pendek ya? Haha, Tsu sengaja bikin pendek aja dulu sih xD
Bagaimana pendapat kalian? Memuaskan kah? Atau masih kurang?
Hahaha, Natsume OOC banget! Masa' Natsume bisa cemburu sih dengan Mikan yang mendapat limpahan perhatian dari ayahnya sendiri (natsume)? xD
Yaampun! Masa Natsume yang paling pinter jadi kalah pinter dengan Mikan? Ckckck
Tapi, tetep saja sifat lebay dan ceroboh Mikan masih ada kok! Eh? Lebaynya udah ada ya? Cerobohnya belum? Ah, ntar liat deh di chapter yang akan datang apa Mikan masih ceroboh atau nggak *author nggak kepikiran sih! xD *jitaked*
Ok, lupakan author nista di atas hahaha
Oya, di sini Natsume adalah anak tunggal sebelum Mikan di angkat anak oleh Ioran jadi di fic ini nggak ada T^T
Uhm, di sini nggak ada Alice ya! Tapi Gakuen masih ada kok! xD
Sudahlah, tunggu chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?

fic GA - Mikan Sakura Destiny - Chapter : Prolog

Naaaah, di bawah ini fic baru Tsu/Muphtie yang awal dan inti ceritanya Tsu ambil dari novel Separuh Bintang yang kemarin lusa Tsu baca XD #plak
Di novel itu Tsu suka dengan kata-kata yang dibuat oleh sang penulis, apalagi sinopsisnya (yang di sini Tsu jadiin sebagai Summary) Tsu suka banget dengan kata-kata itu!
Hhehe, maaf Tsu nggak bisa nulis cerita tanpa ilhaman dari cerita orang laen sih (alesan!)
Ah sudahlah XP

Hai semua! *di lempar sandal*
(readers : mana chapter 7 fic Dia? *nagih*)
Maaf, maaf *bungkuk-bungkuk* Tsu lagi nggak ada ide buat fic itu T^T
(readers : alesan!)
Hiksu T^T udahlah, baca aja fic ini!
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* saya yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D
Refrensi : Novel Separuh Bintang karya Evline Kartika
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* mungkin Romance? Hurt/Comfort? Ada yang mau kasih tau Tsu genre ini fic? #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC, etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?

Prolog
Normal pov
Terlihat seorang cewek bertudung di tengah taman makam. Cewek itu diam mematung memandang sebuah nisan yang bertuliskan nama Kyosetsu Yukihira, cinta ke-duanya sekaligus kakak angkatnya. Cewek itu melepas tudung sweater yang ia pakai, terlihat rambut brunette sedikit ikal yang indah. Cewek itu bernama Mikan Yukihira. Hampir tiap hari sejak hari kematian Kyosetsu -Kyo, Mikan datang mengunjungi makam itu. Hanya diam mematung memandang batu nisan itu. Terkadang dalam bola matanya terlihat sorot kesedihan mendalam, tapi yang lebih terlihat dalam bola matanya hanya kehampaan.
Mikan, cewek berumur 16 tahun yang sebatang kara. Orang tuanya sudah pergi ke surga. 2 tahun yang lalu Ayahnya meninggal karena kecelakaan. Lalu tahun lalu Ibunya meninggal karena penyakit Jantungnya. Dan satu-satunya yang tersisa, Kyo juga telah pergi meninggalkannya bulan lalu karena tertabrak bis. Mikan tahu, dia harus tabah menghadapi ini semua. Tapi, dia hanyalah gadis yang masih rapuh. Ia butuh seseorang yang dapat membantunya. Sekarang, Mikan sendirian. Ia sudah tak memiliki siapa-siapa lagi.
Sedikit jauh dari tempatnya berdiri, terlihat seorang cowok berambut pirang yang memperhatikannya sedari tadi. Cowok itu menatap tubuh mungil Mikan dengan tatapan prihatin. Ia turut sedih akan apa yang terjadi pada Mikan, lagipula Kyo adalah sahabatnya juga.
Cowok itu menghembuskan nafas berat. Ia menegakkan tubuhnya. Tak lama kemudian ia berjalan menuju kearah Mikan yang masih diam mematung. Di tepuknya bahu Mikan yang mungil.
"Ayo pulang, Mikan..."
Sebuah tangan mungil memukul kasar tangan cowok itu hingga terlepas dari bahu Mikan. Mikan membalikkan badannya menghadap cowok itu. Mikan menatap tajam ke arahnya, alisnya bertaut. Hazel bertemu biru jernih.
"Jangan panggil aku dengan nama itu lagi!" jerit Mikan dengan intonasi yang mengancam.
Cowok itu membelalakan matanya. Ia kaget akan perubahan sikap Mikan. Mikan yang ia kenal selalu lemah lembut, baik, tak pernah marah walaupun ia di jahatin. Tapi, siapa yang sedang ada di hadapannya saat ini? Mana Mikan-nya yang dulu?
Mikan kembali menatap batu nisan Kyo. Ia kembali terdiam. Tak lama kemudian langit menjadi gelap, sepertinya akan turun hujan. Cowok itu ingin membawa Mikan ke tempat yang teduh, tapi bagaimana caranya? Ia tak mau mendapat jeritan yang memekakkan telinga seperti tadi.
"Mi... Mii, bagaimana kalau aku panggil Mii? Boleh?"
Mikan menganggukan kepalanya. Cowok itu menghela nafas lega.
"Mii, bagaimana kalau kalau kita pulang dulu? Langit sudah bertambah gelap daripada tadi,"
Mikan diam tak memberi respon. Cowok pirang itu semakin bingung akan sikap Mikan. Tiba-tiba gerimis mulai menerjang mereka. Si pirang mulai tak sabar. Dengan sedikit kasar ia menyeret Mikan pulang menuju ke rumahnya.
"Kyo..." desah Mikan pelan sambil memejamkan matanya.
Sebutir kristal bening jatuh bergulir di pipinya. Raut wajahnya menjadi sedih. Ah, langit saja menangis melihat dirinya takdir yang menimpah dirinya, apalagi dirinya. Mikan Yukihira (Sakura), kau harus bertahan dari takdir yang mempermainkanmu.
-To Be Continue-

Cukup segini untuk , maaf kalau dikit *bungkuk-bungkuk*
Di chapter depan cerita akan di mulai!
So, tunggu chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?

AKB_1

Hai!
Buat anak-anak AKB, aku pinjam nama-nama dan sifat kalian!
Hahaha, xD *ketawa nista*
*di keroyok anak-anak AKB karena nggak minta izin pemakaian nama sebelumnya*
Ah, sudahlah~ nikmatin aja karyaku di bawah ini xD
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Anak-anak AKB yang aku kenal~ xD
Disclaimer : Tsu DeiNatsuMi HikaQWERTY / Hyuuga D. Muphtie xD
Genre : Silakan cari tau sendiri!#plak yang jelas nggak berbeda dengan kenyataan (AU)#plak xD
Sumarry : Namaku Kazuki Mufti, yang biasa di panggil Muphtie...

Aku duduk di beranda lantai 2 di rumahku, menatap bulir-bulir air hujan di luar sana. Tatapanku kosong. Aku menghela nafas berat. Aku menatap kosong hujan yang masih turun sedari tadi.
Tiba-tiba bahuku di tepuk oleh seseorang. Aku terlonjak dari posisiku. Nafasku memburu karena kaget. Aku menoleh ke belakang dan menatap orang itu kesal.
"Gie! Jangan ngagetin aku lagi dong!" seruku sambil mengerucutkan bibirku.
Seorang cewek berdiri menatapku sambil memberikan cengiran khasnya. Dia mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya dan menunjukkannya padaku.
"Peace~ hehehe," ujarnya sambil duduk di kursi yang kosong di sampingku.
Aku kembali duduk di kursiku. Aku menatap tajam Anggie, atau yang lebih akrab di sapa Gie.
"Cengengesan aja dari tadi," celetukku sebal.
"Aduh 'Ibu Kos'! Gitu aja sebel, biasa aja.. Biasa~ haha," ujarnya sembari ketawa.
Aku kembali mengerucutkan bibirku sebal. Oya, aku belum memperkenalkan diri ya? Namaku Kazuki Mufti, yang biasa di panggil Muphtie. Apa namaku terdengar aneh atau asing di telingamu? Itu pasti, karena aku bukan orang Indonesia asli. Papaku memang orang Indonesia, tapi Mamaku asli orang Jepang. Tapi, Papaku juga keturunan orang Jepang karena itulah nama keluargaku Kazuki. Marga (nama keluarga) yang khas dengan nama orang dari Negri Sakura.
Oya, pasti kalian berpikir kenapa Gie memanggilku dengan sebutan 'Ibu Kos'? Karena rumah ini adalah salah satu rumah keluargaku yang ada di Indonesia. Dan rumah ini di jadikan kos-kosan oleh keluargaku, mungkin karena Papa dan Mamaku ingin mencarikan orang-orang yang dapat meramaikan rumah ini? Who knows? Ngomong-ngomong, Papa, Mama, Kakak, dan Adikku tinggal di Jepang. Kenapa aku tinggal di Indonesia? Pertanyaan bagus! Karena aku ingin, mencoba mandiri kukira?
Tahun ini aku berumur 16 tahun, kelas 2 SMA. Dan sudah hampir setengah tahun aku tinggal di sini tanpa anggota keluargaku yang lain. Dan sudah setengah tahun juga rumah ini resmi jadi kos-kosan. Aku bersekolah di SMA Mutia I. Sekolah yang cukup bagus menurutku. Gie adalah anak kos-kosan di rumahku, sekaligus seniorku yang kelas 2 di sekolah. Ah, cukup untuk perkenalannya. Aku kembali menatap bulir-bulir air hujan yang sudah agak reda.
"Ada apa, kok kamu ke sini Gie?" tanyaku masih dengan nada kekesalan.
"Ehehe, biasa cuma mau ngasih jatahmu aja Muph."
Aku menoleh ke arahnya. Aku mengangkat sebelah alisku.
"Mana?" sahutku sambil menodongkan tanganku padanya.
"Ckckck, kalau urusan begini aja kamu langsung respon. Dasar," desahnya sembari mengambil sesuatu di saku jaketnya. "Nih, sama jatah bulan besok ya?" tambahnya sambil menyerahkan sebuah amplop coklat padaku.
Aku menerima amplop coklat itu dan segera memasukannya ke saku celana pendekku. Tumben sekali Gie membayar 2 bulan sekaligus? Ah, sudahlah. Aku berdiri dari posisi dudukku. Aku berjalan menuju ke dalam rumah.
"Mau kemana?" tanya Gie yang tiba-tiba sudah berada di sampingku.
"Ke dapur, kenapa?"
"Nggak apa-apa, aku ikut kalau gitu,"
"Terserah," jawabku pendek.
Kami berjalan dalam diam. Sepertinya Gie tenggelam dalam pikirannya sendiri. Aku memandang lorong lantai 2 rumahku ini. Sepi. Kemana anak-anak? Apa mereka semua pada pergi?
Aku dan Gie menuruni tangga yang menghubungkan lantai 1 dengan lantai 2. Gie masih diam memikirkan sesuatu. Saat sampai di lantai 1 aku menoleh ke arah ruang keluarga, biasanya anak-anak kumpul di ruangan itu. Em? Kenapa ruangan itu pintunya tertutup? Ah, sudahlah. Aku beranjak meninggalkan tempat itu.
Saat sampai di dapur, aku duduk di kursi di dekat meja. Di dapur itu ada seorang wanita paruh baya yang tengah membereskan peralatan dapur.
"Bi, buatin jus dong," pintaku padanya.
Wanita tua itu, Bi Sumi menoleh ke arahku. Sepertinya beliau kaget akan keberadaanku. Aneh. Tapi, sedetik kemudian Bi Sumi menghampiri kulkas dan mengambil bahan untuk memenuhi keinginanku. Aku meletakkan kepalaku di atas meja, aku menutup kelopak mataku.
Hm, hari ini kok aneh sekali ya? Gie yang tiba-tiba pendiam, padahal biasanya dia banyak omong. Bi Sumi yang terlihat kaget akan diriku. Rumah yang sepi. Anak-anak yang hilang entah kemana. Huh, sudahlah. Ngomong-ngomong, Gie kok masih diam aja ya?
Aku membuka kelopak mataku, mencari sosok Gie. Lho? Kok Gie nggak ada? Aku duduk tegap, memperhatikan sekelilingku. Aku menoleh ke arah kulkas. Bi Sumi juga hilang. Aduh, kenapa seisi rumah tiba-tiba hilang sih? Sebentar lagi kan gelap, malam. Aku takut sendirian.
Aku beranjak meninggalkan dapur. Aku berjalan menuju arah ruang keluarga. Samar-samar terdengar suara yang bersaut-sautan dari sana. Ah, pasti mereka semua berada di sana! Aku berjalan cepat menghampiri pintu yang tertutup itu. Semakin dekat. Beberapa langkah lagi. Aku segera memegang dengan erat ganggang pintu itu.
Aku akan membuka pintu ini dalam hitungan ke tiga. Satu. Aku menggertakan gigiku. Dua. Genggamanku semakin erat. TIGA! Aku membuka pintu itu dengan kasar. Dan yang aku dapati adalah...
つづく


Nah, nah, nah~!!
Cukup untuk permulaannya~ xD
Aku akuin alurnya terlalu cepat -__-"
Ah, sudahlah udah terlanjur xd #plak
Bagaimana pendapat kalian?? O.o

my diary 10 okt 2010

Tsu akan mencoba membuat ulang cerita novel yang pernah Tsu buat tapi berhenti di tengah jalan dulu!
Watashi wa Ganbare!! (tau' ah kalo tulisan.nya salah xD)

my diary 1 okt 2010

HOREEEEE
akhirnya aku punya tabungan di bank mandiri!! XD