Chapter 4 update!
Hai semua!
Maaf karena lama update
Maklum, Tsu sedang masa hiatus nih #gampared
Tsu belum bilang ya?
Sekarang Tsu sedang masa hiatus untuk author, dan super aktif untuk masa silent-reader #plak
Gomen ya!
Soalnya Tsu sedang di ambang kesetressan nih #curhatdikit
Oya, untuk 'seseorang' yang telah meneror Tsuuntuk kelanjutan fic-fic Tsu "Mana fic kamu itu!" xD
Ah, cukup basa-basinya!
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD
Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* Tsu yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* ternyata, waktu Tsu baca ulang genre nih fic rupanya lebih cocok ke humor ya dari pada hurt/comfort? jadinya Tsu ganti deh jadi Romance and Humor :D #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC (cuma 1 kok), etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?
Mikan Sakura Destiny
Bel tanda masuk kelas telah berbunyi 5 menit yang lalu. Kelas Natsume, kelas 2B bagian SMA tengah ramai ocehan siswa-siswi di kelas itu. Tak hanya suara siswi saja yang tengah bergosip di pagi ini, para siswa di kelas itu pun menjadi ikut-ikutan bergerombol dan bergosip ria. Memang apa sih yang tengah mereka gosipkan? Mari kita dengarkan.
"Tadi aku lihat cewek kok!" ujar seorang cowok berambut cepak.
"Bukan! Cowok tau!" sahut seorang cewek yang memakai bando telinga kelinci.
"Nggak! Cewek! Orang jelas-jelas rambutnya panjang gitu!" sahut cowok berambut coklat.
"Cewek ya?" gumam kaum cowok yang pikirannya sudah melayang entah kemana.
Tampak di pojok ruangan yang sedikit jauh dari gerombolan siswa-siswi yang tengah bergosip itu, Natsume duduk manis dengan menompang dagunya. Natsume sedari tadi melihat tingkah laku teman-teman sekelasnya yang menurutnya konyol itu. Wah, kalau teman-teman sekelasmu konyol, kau apa Natsume? Nista kah? Abal kah?
"Hei, anak-anak pada ngomongin apaan sih?" tanya Natsume pada cowok berwajah datar yang duduk di depan bangkunya.
"Hm? Oh itu, katanya sih ada anak baru gitu," jawab Koko singkat. "Rumornya juga sih, si anak baru bakal masuk ke kelas kita ini," tambahnya.
"Anak baru?" gumam Natsume.
Natsume lupa sesaat akan Mii. Tak terpikirkan olehnya jika saudara tirinya itu juga merupakan murid baru di sekolah itu.
"Seperti apa ya?" gumam Natsume lagi.
Tiba-tiba pintu kelas terbuka dan kembali tertutup, seorang lelaki yang memakai pakaian berenda-renda berjalan memasuki kelas. Serentak, siswa-siswi yang sedari tadi tengah bergerombol langsung kembali duduk di kursinya masing-masing.
"Selamat pagi anak-anak!" sapa lelaki yang merupakan seorang guru itu dengan ceria.
"Pagi, Naru!" balas siswa-siswi kelas itu serempak.
Yap, nama guru itu adalah Narumi-sensei yang sering akrab di panggil Naru. Guru ini terlihat sangat ceria setiap saat, dan tingkah lakunya 11-12 dengan orang gila yang terkadang berkeliaran di depan Gakuen Alice.
"Hari ini kalian akan mendapatkan teman baru," ujar Naru dengan senyumnya yang menjijikkan menurut Natsume.
"Cewek?" seru kaum siswa di kelas itu, kecuali Natsume tentunya.
"Atau cowok?" timpal kaum siswi serempak.
"Kalian akan tau sendiri," jawab Naru sambil tersenyum sok misterius. "Masuklah," tambah Naru ke pada seseorang yang berdiri di balik pintu kelas itu.
Pintu lagi-lagi terbuka, nampak seorang cewek dengan rambut sedikit ikal yang di biarkan tergerai. Cewek itu melangkah memasuki kelas, langkahnya sangat anggun dan tegas. Tubuh mungil itu akhirnya berhenti tepat di samping Naru.
"Nah, sekarang perkenalkan dirimu pada teman-teman barumu ini," perintah Naru pada murid baru itu.
Natsume yang sedari tadi melihat murid baru itu langsung melongo dengan tak elitnya. Matanya terbelalak menatap cewek yang tengah berdiri di depan kelas itu.
"Aduh, kenapa aku sampai melupakan tuh anak! Aku lupa kalau dia hari ini juga akan menjadi murid baru di sekolah ini!" gumam Natsume sambil meruntuki dirinya sendiri.
"He? Kau ngomong apa Natsume?" tanya Koko sembari menoleh ke arah Natsume.
"Tak apa-apa," ucap Natsume sembari bersikap cool.
Cewek di depan kelas itu tampak tengah memikirkan sesuatu, alisnya saling bertautan memperlihatkan sekarang ia tengah berpikir keras. Cewek itu memandang seisi kelas. Wajahnya berubah, ia mengulas senyum simpul ke arah teman-teman sekelasnya itu.
"Perkenalkan, namaku Mikan Yu..." suaranya tiba-tiba terhenti, dan lagi-lagi alisnya saling bertautan.
"Mikan Sakura, namaku Mikan Sakura. Panggil saja Mii," lanjutnya.
Tiba-tiba pandangan Mii dan Natsume bertemu. Hanya sedetik, tapi Natsume dapat melihat senyum malaikat Mii berubah menjadi senyum licik yang selalu di perlihatkan padanya. Natsume bergidik, segera di alihkan pandangannya ke arah lain.
"Eh? Bukannya nama marganya Yukihira? Kenapa menjadi Sakura? Kalau dia ganti kan seharusnyakan Hyuuga," pikir Natsume yang baru sadar akan ucapan Mii di depan kelas tadi.
"Salam kenal ya semuanya!" suara Mii yang ceria sedikit ganjil di telinga Natsume.
Natsume kembali mengalihkan pandangannya ke Mii. Mii yang sadar sedang di tatap oleh Natsume pun menoleh, dirinya tersenyum masam, hanya sedetik seperti sebelumnya. Kening Natsume berkerut seperti cucian yang belum di setrika.
"Kenapa ekspresinya seperti itu?"
Hari itu, Natsume memulai harinya dengan penuh tanda tanya di kepalanya. Tapi, tak ada satu pun pertanyaan yang ia kemukakan kepada orang yang ingin ia tanyai itu. Jadi, dia harus bersabar hingga saat itu tiba. Saat, ada di rumah.
Natsume sedang bergelut dengan PSP-nya di sofa saat Mii menginjakkan kakinya di lantai 2 rumah itu. Natsume menoleh, menyadari orang yang di tunggu-tunggunya sedari tadi telah muncul. Natsume melempar PSP-nya asal dan segera berjalan menghampiri Mii.
"Hey Mii!" sapa Natsume.
Mii menoleh ke arah Natsume, satu alisnya terangkat, kepalanya sedikit di miringkan.
"Ada apa?" tanya Mii dingin.
"Aku cuma ingin bertanya saja. Kenapa namamu menjadi Mikan Sakura?" Mii bergidik sesaat saat mendengar namanya di sebut. "Bukannya namamu Mikan Yukihi-"
"Jangan sebut nama itu!" seru Mii dengan intonasi yang mengancam, matanya terbelalak.
"Ok ok. Well, aku cuma mau tanya kenapa margamu menjadi Sakura? Kalau kamu mengganti margamu, bukannya seharusnya menjadi Hyuga?" lanjut Natsume.
Mii mendengus mendengar pertanyaan Natsume, senyum sinis terukir di wajahnya yang polos itu.
"Pertama, kau ingat perjanjian kita, kakak?" tanya Mii sembari menekan kata kakak.
"Jangan panggil aku kakak! Tentu aku ingat, memangnya kenapa?" tanya Natsume balik.
"Kedua, Ioran-san menyanggupi syarat yang aku berikan padanya-"
"Panggil dia, Ayah!" potong Natsume.
Mii menatap Natsume tapat di bola matanya, menyuruhnya untuk diam.
"Ioran-san menyanggupi syarat yang aku berikan padanya. Syarat itu berisi kalau aku tak akan pernah memanggilnya dengan sebutan Ayah atau sebagainya. Dan juga aku tak ingin dia memaksa untuk mengganti margaku menjadi Hyuga."
"Lalu, kenapa kau mengganti margamu?" Natsume mengulangi pertanyaannya.
"Ketiga, isi perjanjianmu denganku KuroNeko. Kau tak ingin semua orang di sekolah mengetahui hubungan kita kan? Sedangkan aku tak ingin memakai nama margaku yang dulu, dan jika aku memakai nama marga Hyuga... Apa kau tau bagaimana reaksi teman-teman?"
Natsume terdiam, menyadari betapa bodohnya pertanyaannya tadi.
"Lalu yang terakhir, isi perjanjian kita. Tak akan bertanya hal-hal privasi kan? Lalu kenapa kau melanggar perjanjianmu sendiri KuroNeko? Tentang nama marga itu merupakanhal privasi bagiku," ujar Mii sembari tersenyum simpul.
Natsume terperanga, ia benar-benar lupa akan isi perjanjian yang ia buat sendiri. Mii beranjak menuju kamarnya, meninggalkan Natsume sendirian yang tengah cengo dengan tampang yang sangat sulit untuk dibayangan teman-teman di sekolahnya.
Mikan melempar tas sekolahnya secara asal. Di hempaskan tubuhnya di kasur dengan perasaan yang campur aduk. Matanya menangkap foto yang berupa foto keluarga, kontan matanya terpejam.
"Tou-san.. Kaa-san.. Kyo," desahnya perlahan.
Sebuah berlian keluar dari bola matanya. Jatuh perlahan, bergulir di pipinya yang selembut sutra.
Mii diam di atas kasur tak bergerak. Sunyi. Sepi. Perlahan-lahan kesadarannya terengut.
Natsume melamun sambil mencacah makanan yang ada di piringnya. Rui yang sedari tadi melihat kelakuan Natsume pun segera menyadarkannya.
"Heh! Itu makanan hasil karya tangan lentikku! Hargain dong!" sungut Rui sebal.
"Hah? A, apa?" sahut Natsume sedikit tergagap.
"Cakep-cakep kok tuli," gerutu Rui makin kesal.
"Aku nggak tuli!" seru Natsume berapi-api. "Tapi emang sih aku cakep," tambahnya dengan kadar narsis yang melebihi Rui ataupun Naru.
"Cakep-cakep narsis," dengus Rui lagi.
"Emang nggak boleh yaaa?"
"Boleh, tapi kadar narsismu sangat sangat menjengkelkan."
"Jangan gitu, kau bilang begitu karena kadar narsis Natsume mengalahkan kadar narsismu kan?" tutur sebuah suara.
Natsume dan Rui kontan menoleh kearah pintu yang mengarah ke ruang tengah.
"Tsubasa!" teriak mereka berbarengan.
"Apa kabar semuanya?" sapa Tsubasa dengan cengiran khasnya.
"Nggak baik karena kedatanganmu," sahut Natsume.
"Sangaaaat baik, Tsubasa-chaaan~" jawab Rui yang tiba-tiba sudah menempel di samping Tsubasa.
"Ckckck, seperti biasa ya," gumam Tsubasa sembari melihat sekeliling dapur.
"Apanya, bayangan?"
"Suasananya lah," jawab Tsubasa dengan muka yang berkata kamu-bego-banget-sih-?.
"Kamu yang bego, bayangan."
"Heh? Ya kamu lah!"
"Bego teriak bego," sahut Rui dengan muka love-lovenya.
"Kamu yang bego, bego!" seru Natsume dan Tsubasa sambil menuding Rui.
"Huaaaa, Tsubasa-chan jahaaaat~" ujar Rui sambil mendramanisirkan suasana (?). "Dan kamu super sadis, Natsume," tambahnya dengan mimik yang dapat membuat sadako di sekolah Natsume menangis meraung-rangung karena wajahnya dikalahkan oleh wajah 'cantik' Rui saat itu.
Tsubasa dan Natsume yang melihat wajah Rui segera berlari ke arah westafel untuk you-know-what. Nafas mereka tersenggal-senggal seperti habis berlari marathon mengelilingi Gakuen Alice dalam waktu 5 menit.
"Rui! Natsume! Kalian berisik sekali sih?" seru sebuah suara dengan nada kesal yang melekat di tiap kata yang terucapkan.
Sesosok perempuan mungil berdiri di tengah pintu dapur yang mengarah ke ruang tengah dengan tangan yang berada di pinggangnya. Kedua alisnya yang tipis saling bertaut. Rambutnya yang terurai kusust masai, seperti pakaian yang dikenakannya.
Tsubasa memandang sosok yang baru saja memasuki dapur itu. Matanya terbelalak.
"Kamu..?" seru Tsubasa sambil menudingkan jari telunjuknya ke arah sosok itu.
Wah, wah, wah
Apa yang bakal terjadi ya?
Tsu sendiri aja nggak tau apa yang bakal terjadi *tertawa nista*
Maaf karena sekarang tiap chap updatenya lama dan isinya pun pendek *pundung*
Ah, sudah lah!
Tunggu chap selanjutnya ya!
REVIEW, please?