Pages

Chapter 4 (atau 3? ah, auk dah) UPDATE~!
Sebelumnya terima kasih tak terhingga Tsu berikan pada The Lonely Crimson (udah ganti penname lagi non? ==") yang sudah sukses membuat Tsu ketar ketir untuk memikirkan kelanjutan fic ini + fic Tsu 1 lagi yang terlantarkan (iner : nih! udah puas belom sama chapter ini! *deathglare*) xD
terus makasih buat Icha yukina clyne, Misyel, dan hana 'natsu' phantomhive yang sudah sudi RnR fic Tsu yang nista bin abal ini *bungkuk-bungkuk*
Nah, cukup basa-basinya!
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* Tsu yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* ternyata, waktu Tsu baca ulang genre nih fic rupanya lebih cocok ke humor ya dari pada hurt/comfort? jadinya Tsu ganti deh jadi Romance and Humor :D #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC (cuma 1 kok), etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?
Mikan Sakura Destiny

Normal pov
"Karena... itu karena..."
"RUI! Buatkan aku makanan! Aku lapar!" seru Natsume yang tiba-tiba datang ke dapur.
Rui menghela nafas berat. Dia mengganggu saja, pikir Rui sambil mengangguk.
"Baik, baik! Kau mau makan apa tuanku?" sahut Rui sambil menekan kata 'tuanku'.
"Apa sa- ah, roti itu saja deh!" ujar Natsume sambil memindahkan piring pipih di hadapan Mii ke hadapannya, di samping Mii.
Mii yang baru sadar kalau rotinya diambil, segera mencari siapa yang berani mengambil roti miliknya. Di lihatnya sosok Natsume yang ada di sampingnya tengah menikmati roti miliknya. Alis Mii saling tertaut, dahinya berkedut.
"KURONEKO!" jerit Mii tepat di telinga Natsume. "Itu roti-ku!" tambahnya sembari tetap berteriak di telinga Natsume.
Spontan Natsume memejamkan mata, pikirnya itu dapat mengurangi efeknya. Telinga Natsume seakan-akan tuli tuk sesaat. Beberapa detik kemudian, Natsume tiba-tiba mendeathglare Mii. Dalam sekejap, dapur yang beberapa saat yang lalu damai sejahtera, telah berubah menjadi arena perang bagi kedua makhluk itu. Rui yang menyaksikan kejadian itu tertawa terbahak-bahak.

Keesokan Harinya
Mii tengah duduk di meja makan sembari mengoleskan selai strawberry di rotinya dengan tatapan jengkel. Mulutnya sedari tadi komat-kamit menggerutu tak jelas. Kakinya menyentak-nyentak lantai di bawah kakinya. Natsume yang baru turun dari lantai 2 segera duduk di meja makan untuk sarapan. Natsume yang baru saja duduk di meja makan, segera di sambut oleh gerutuan dari Mii.
"Yaampun, kenapa sih orang kaya sukanya sarapan dengan setangkup roti? Apa mereka nggak lapar? Gila, aku sih mana tahan sarapan hanya dengan setangkup roti begini. Ah, besok-besok aku akan memasak sarapan yang lebih 'layak'!"
Natsume yang mendengarnya hanya bisa geleng-geleng kepala sembari menahan tawanya. Mii yang mendongakkan wajahnya tak sengaja melihat ekspresi wajah Natsume itu.
"Heh! Kenapa kamu, KuroNeko? Ngetawain aku? Enak aja! Pagi-pagi udah ngetawain orang seenak jidatmu! Emang kamu kira, aku ini tontonan gitu? Hah?" cercah Mii sembari menuding Natsume dengan pisau roti yang ia pakai untuk mengoles selai.
Setelah Mii menyelesaikan ucapannya, emosi Natsume naik hingga titik teratas. Alisnya langsung bertautan dan otot didahinya berkedut-kedut. Yaampun, pagi-pagi seperti ini, dua saudara itu akan memulai perang mereka. Yak, kita hanya bisa menyaksikan perang mereka saja.
"Heh, kamu! Cewek kok ngomongnya ceplas ceplos gitu! Dasar cewek nggak tau tata krama!" seru Natsume sambil ikut-ikutan menunjuk Mii dengan menggunakan pisau roti.
"Apa katamu? Kamu sendiri juga ngomong nggak bisa diatur gitu! Lagak selangit! Padahal aslinya... beuh, jangan di tanya deh,"
"Apa, kamu mau bilang apa? Hah?" tantang Natsume yang mulai berapi-api, tangannya menggebrak meja makan untuk menyesuaikan moodnya.
Ups, Natsume. Sepertinya kamu mulai menjadi tahap waspada deh. Sabarlah, tahan ambisimu yang ingin melenyapkan Mii itu. Mungkin, kau tak akan pernah berpikir bahwa dia akan menjadi orang yang sangat mengerti dirimu, dan begitu juga sebaliknya.
"Yang mau aku katakan? Ini nih!" Mii memberikan thumb down pada Natsume.
"WHAT THE HELL?" jerit Natsume histeris sembari membelalakan bola matanya.
"Kenapa histeris gitu? Baru pertama kali dapet kaya gitu ya? Waaaah, kagum-kagum."
Natsume memberikan deathglare terbaiknya ke Mii, mulutnya megap-megap seperti mulut ikan yang dikeluarkan dari air. Mii yang melihat ekspresi Natsume hanya terkekeh geli sembari menggigit rotinya. Natsume akan membalas perkataan Mii, tapi harus tertunda karena kedatangan seseorang yang tak dikenalnya yang tiba-tiba sudah berada di dekat meja makan.
"Mii," gumam orang itu.
Mii yang mendengar namanya di panggil segera menoleh. Kontan wajahnya berubah sedikit ceria. Dijatuhkannya rotinya ke piring dan di ambilnya tasnya sambil berlalu kearah cowok yang sepertinya seumuran dengan mereka.
"Ruka!" seru Mii sambil memeluk singkat cowok berambut pirang itu yang ternyata bernama Ruka Nogi, sahabat Mii dan Kyo.
Ruka yang menerima pelukan singkat dari Mii, kontan wajahnya sedikit merona. Sepertinya, ada 'sesuatu' di antara mereka. Natsume yang melihat kejadian kecil itu hanya memakan sesisir roti tawar dengan ganas. Aura di sekitar Natsume menjadi suram. Ini karena sikap Mii terhadapnya lho, bukan karena kejadian peluk memeluk itu.
"Berangkat sekarang?" tanya cowok berambut pirang itu.
"Emmm, tunggu sebentar."
Mii berjalan menuju meja makan, Natsume yang melihatnya mengira Mii akan meminta maaf padanya. Natsume melipat tangannya di dada dan mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Mii sudah ada di dekat kursi yang tadi didudukinya, tau apa yang ia lakukan? Mii mengambil roti yang tadi dijatuhkannya dan berlari menghampiri Ruka.
"Lumayan lah buat mengganjal perut," gumam Mii.
Natsume sangat shock akan apa yang dilihatnya, matanya terbelalak dan mulutnya terbuka lebar dengan tak elitnya. Oh ok, Natsume tengah cengo dengan tak elitnya. Oh Natsume, janganlah terlalu percaya diri akan opinimu sendiri itu.
Natsume mengepalkan tangannya kesal. Tiba-tiba tangannya menggebrak meja dengan keras.
"SIALAN!" seru Natsume penuh kebencian.

Natsume itu paling suka bepergian dengan menggunakan motor, dia paling suka dengan motor ninja berwarna hitam legam dengan sedikit warna merah menyala di pinggirnya itu, dan tentu saja itu motor miliknya, nggak mungkin dia minjem ke tetangganya kan? Tapi ada 1 yang Natsume sesali kalau menaiki motor ke sekolah, ada yang tau kenapa? Karena sekolahnya, Gakuen Alice itu memiliki wilayah yang luas! Oh, tentu saja luas karena Gakuen Alice menyediakan sekolah yang lengkap dari Play Group hingga SMA. Balik lagi, dan yang membuat Natsume super kesal adalah tempat parkir untuk motor ada di dekat gerbang sekolah, dan antara gerbang sekolah dengan gedung SMA itu sangaaaat laaah jauh, yaaah kira-kira 800 meter lah. Buat Natsume, berjalan dari gerbang ke gedung SMA itu sanglah pemborosan energi.
Natsume memarkir motornya di dekat sebuah pohon besar, dilepaskannya helm teropong yang sedari tadi menempel di kepalanya, kepalanya di kibas-kibaskan yang semakin menambah kesan semerawut di rambutnya. Beberapa detik kemudian sebuah motor ninja berwarna biru berhenti tepat di samping motor Natsume, pengendara motor itu melepas helmnya dan mengibas-ibaskan kepalanya seperti yang dilakukan Natsume tadi. Pemilik motor itu tersenyum sedikit saat menoleh ke arah Natsume.
"Yo, Natsume!" sapanya dengan wajah yang sangat tanpa ekspresi.
"Yo, Koko," jawab Natsume sambil beranjak meninggalkan motornya.
Koko pun berjalan mengekor di samping Natsume, mereka berjalan dalam diam saat melewati gedung Play Group dan SD, dan SMP. Saat akan sampai di gedung SMA, tampak seorang gadis dengan tubuh yang sangat menggoda iman kaum lelaki tengah berdiri sambil bersandar di pohon dekat lapangan sepak bola yang terletak antara gedung SMP dan SMA. Koko menoleh ke arah Natsume.
"Sepertinya dia tak akan melepaskanmu begitu saja Natsume.. Yah, good luck aja untukmu, Natsume," ujar Koko sembari menepuk bahu kiri Natsume dan berjalan meninggalkan Natsume sendiri.
Natsume menghela nafas kesal, diacak-acak rambutnya dengan tangan kanannya. Gadis tadi, Sumire Shouda yang lebih akrab di panggil Permy sadar kalau orang yang ditunggu-tunggunya telah datang, ia berlari kecil menghampiri Natsume. Permy adalah salah satu cewek tercantik di sekolah dan juga termasuk cewek yang patut di hindari bagi cewek-cewek SMA karena dia terkenal suka menyiksa murid cewek apalagi bagi cewek yang tengah mendekati mangsa yang telah diincarnya. Wajahnya memang cantik, tapi kalau sudah berhadapan dengan cewek yang menghalanginya ia akan berubah menjadi cewek terberingas no.1 di dunia. Oya, dan Permy merupakan kakak kelas dari Natsume dkk, mereka hanya berbeda 1 tahun.
"Natsume," sapanya lirih, terukir senyum kecil yang manis di wajahnya, tapi bagi Natsume itu adalah senyuman malaikat pencabut nyawa.
"Hn," dengus Natsume tak jelas.
"Natsume, aku mohon jadilah pacarku!" ujar Permy.
Natsume menoleh ke arah Permy, matanya jelalatan menilai Permy dari ujung kepala hingga ujung kaki. Bagi kaum lelaki tubuh Permy itu adalah surga dunia, bayangkan cewek dengan dada yang besar menggoda iman, tubuh ramping seperti gitar, pinggu lebar yang tiap si pemilik berjalan akan bergoyang-goyang seirama, bagian belakang yang menonjol, leher jenjangnya yang putih menggoda, dan kaki panjangnya yang bagian atasnya tertutup rok sekolah yang sangat mini. Yaaah, mungkin sebagian cowok di SMA pasti akan tergoda dengan tubuh Permy, tapi tidak bagi Natsume.
"Tidak," tolak Natsume to the point.
"Natsume, aku mohon!" seru Permy sambil memegang telapak tangan kiri Natsume.
Natsume mengernyitkan dahinya saat menyadari tangannya di pegang oleh Permy, dahinya berkedut dan mata nya menyipit.
"Aku sudah bilang tidak ya, TIDAK!" seru Natsume sambil menyentakkan tangan kirinya hingga terlepas dari tangan Permy.
Natsume beranjak dari tempatnya, meninggalkan Permy sendirian yang tengah sesenggukan. Tak di sangka oleh Natsume, tampak di salah satu jendela di gedung SMA seorang cewek yang sedari tadi menompang dagu di ambang jendela yang menyaksikan kejadian itu dari awal, rambut pendek cewek itu melambai terkena sepoian angin yang menerpanya.
"Dasar, sifat yang tak pernah berubah..."
-To Be Continue-

Ckckckck, pasti udah pada bisa nebak siapa cewek yang ada di akhir-akhir itu..
Hmmm~ kok perasaan Tsu, Permy kok jadi 'wah' gitu ya? -_-"
Wah, chapter kali ini lagi-lagi pendek, gomen ne!
Nggak tau kenapa Tsu sekarang kalau bikin fic selalu pendek-pendek
Hiksu, Tsu lagi kecanduan maen game sih, makanya ide buat nih fic udah pada terbang di bawa angin xD
Cukup untuk cuap-cuapnya
Tunggu chapter-chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?

fic GA - Mikan Sakura Destiny - Pertengkaran Kecil

Chapter 4 (atau 3? ah, auk dah) UPDATE~!
Sebelumnya terima kasih tak terhingga Tsu berikan pada The Lonely Crimson (udah ganti penname lagi non? ==") yang sudah sukses membuat Tsu ketar ketir untuk memikirkan kelanjutan fic ini + fic Tsu 1 lagi yang terlantarkan (iner : nih! udah puas belom sama chapter ini! *deathglare*) xD
terus makasih buat Icha yukina clyne, Misyel, dan hana 'natsu' phantomhive yang sudah sudi RnR fic Tsu yang nista bin abal ini *bungkuk-bungkuk*
Nah, cukup basa-basinya!
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* Tsu yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* ternyata, waktu Tsu baca ulang genre nih fic rupanya lebih cocok ke humor ya dari pada hurt/comfort? jadinya Tsu ganti deh jadi Romance and Humor :D #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC (cuma 1 kok), etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?
Mikan Sakura Destiny

Normal pov
"Karena... itu karena..."
"RUI! Buatkan aku makanan! Aku lapar!" seru Natsume yang tiba-tiba datang ke dapur.
Rui menghela nafas berat. Dia mengganggu saja, pikir Rui sambil mengangguk.
"Baik, baik! Kau mau makan apa tuanku?" sahut Rui sambil menekan kata 'tuanku'.
"Apa sa- ah, roti itu saja deh!" ujar Natsume sambil memindahkan piring pipih di hadapan Mii ke hadapannya, di samping Mii.
Mii yang baru sadar kalau rotinya diambil, segera mencari siapa yang berani mengambil roti miliknya. Di lihatnya sosok Natsume yang ada di sampingnya tengah menikmati roti miliknya. Alis Mii saling tertaut, dahinya berkedut.
"KURONEKO!" jerit Mii tepat di telinga Natsume. "Itu roti-ku!" tambahnya sembari tetap berteriak di telinga Natsume.
Spontan Natsume memejamkan mata, pikirnya itu dapat mengurangi efeknya. Telinga Natsume seakan-akan tuli tuk sesaat. Beberapa detik kemudian, Natsume tiba-tiba mendeathglare Mii. Dalam sekejap, dapur yang beberapa saat yang lalu damai sejahtera, telah berubah menjadi arena perang bagi kedua makhluk itu. Rui yang menyaksikan kejadian itu tertawa terbahak-bahak.

Keesokan Harinya
Mii tengah duduk di meja makan sembari mengoleskan selai strawberry di rotinya dengan tatapan jengkel. Mulutnya sedari tadi komat-kamit menggerutu tak jelas. Kakinya menyentak-nyentak lantai di bawah kakinya. Natsume yang baru turun dari lantai 2 segera duduk di meja makan untuk sarapan. Natsume yang baru saja duduk di meja makan, segera di sambut oleh gerutuan dari Mii.
"Yaampun, kenapa sih orang kaya sukanya sarapan dengan setangkup roti? Apa mereka nggak lapar? Gila, aku sih mana tahan sarapan hanya dengan setangkup roti begini. Ah, besok-besok aku akan memasak sarapan yang lebih 'layak'!"
Natsume yang mendengarnya hanya bisa geleng-geleng kepala sembari menahan tawanya. Mii yang mendongakkan wajahnya tak sengaja melihat ekspresi wajah Natsume itu.
"Heh! Kenapa kamu, KuroNeko? Ngetawain aku? Enak aja! Pagi-pagi udah ngetawain orang seenak jidatmu! Emang kamu kira, aku ini tontonan gitu? Hah?" cercah Mii sembari menuding Natsume dengan pisau roti yang ia pakai untuk mengoles selai.
Setelah Mii menyelesaikan ucapannya, emosi Natsume naik hingga titik teratas. Alisnya langsung bertautan dan otot didahinya berkedut-kedut. Yaampun, pagi-pagi seperti ini, dua saudara itu akan memulai perang mereka. Yak, kita hanya bisa menyaksikan perang mereka saja.
"Heh, kamu! Cewek kok ngomongnya ceplas ceplos gitu! Dasar cewek nggak tau tata krama!" seru Natsume sambil ikut-ikutan menunjuk Mii dengan menggunakan pisau roti.
"Apa katamu? Kamu sendiri juga ngomong nggak bisa diatur gitu! Lagak selangit! Padahal aslinya... beuh, jangan di tanya deh,"
"Apa, kamu mau bilang apa? Hah?" tantang Natsume yang mulai berapi-api, tangannya menggebrak meja makan untuk menyesuaikan moodnya.
Ups, Natsume. Sepertinya kamu mulai menjadi tahap waspada deh. Sabarlah, tahan ambisimu yang ingin melenyapkan Mii itu. Mungkin, kau tak akan pernah berpikir bahwa dia akan menjadi orang yang sangat mengerti dirimu, dan begitu juga sebaliknya.
"Yang mau aku katakan? Ini nih!" Mii memberikan thumb down pada Natsume.
"WHAT THE HELL?" jerit Natsume histeris sembari membelalakan bola matanya.
"Kenapa histeris gitu? Baru pertama kali dapet kaya gitu ya? Waaaah, kagum-kagum."
Natsume memberikan deathglare terbaiknya ke Mii, mulutnya megap-megap seperti mulut ikan yang dikeluarkan dari air. Mii yang melihat ekspresi Natsume hanya terkekeh geli sembari menggigit rotinya. Natsume akan membalas perkataan Mii, tapi harus tertunda karena kedatangan seseorang yang tak dikenalnya yang tiba-tiba sudah berada di dekat meja makan.
"Mii," gumam orang itu.
Mii yang mendengar namanya di panggil segera menoleh. Kontan wajahnya berubah sedikit ceria. Dijatuhkannya rotinya ke piring dan di ambilnya tasnya sambil berlalu kearah cowok yang sepertinya seumuran dengan mereka.
"Ruka!" seru Mii sambil memeluk singkat cowok berambut pirang itu yang ternyata bernama Ruka Nogi, sahabat Mii dan Kyo.
Ruka yang menerima pelukan singkat dari Mii, kontan wajahnya sedikit merona. Sepertinya, ada 'sesuatu' di antara mereka. Natsume yang melihat kejadian kecil itu hanya memakan sesisir roti tawar dengan ganas. Aura di sekitar Natsume menjadi suram. Ini karena sikap Mii terhadapnya lho, bukan karena kejadian peluk memeluk itu.
"Berangkat sekarang?" tanya cowok berambut pirang itu.
"Emmm, tunggu sebentar."
Mii berjalan menuju meja makan, Natsume yang melihatnya mengira Mii akan meminta maaf padanya. Natsume melipat tangannya di dada dan mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Mii sudah ada di dekat kursi yang tadi didudukinya, tau apa yang ia lakukan? Mii mengambil roti yang tadi dijatuhkannya dan berlari menghampiri Ruka.
"Lumayan lah buat mengganjal perut," gumam Mii.
Natsume sangat shock akan apa yang dilihatnya, matanya terbelalak dan mulutnya terbuka lebar dengan tak elitnya. Oh ok, Natsume tengah cengo dengan tak elitnya. Oh Natsume, janganlah terlalu percaya diri akan opinimu sendiri itu.
Natsume mengepalkan tangannya kesal. Tiba-tiba tangannya menggebrak meja dengan keras.
"SIALAN!" seru Natsume penuh kebencian.

Natsume itu paling suka bepergian dengan menggunakan motor, dia paling suka dengan motor ninja berwarna hitam legam dengan sedikit warna merah menyala di pinggirnya itu, dan tentu saja itu motor miliknya, nggak mungkin dia minjem ke tetangganya kan? Tapi ada 1 yang Natsume sesali kalau menaiki motor ke sekolah, ada yang tau kenapa? Karena sekolahnya, Gakuen Alice itu memiliki wilayah yang luas! Oh, tentu saja luas karena Gakuen Alice menyediakan sekolah yang lengkap dari Play Group hingga SMA. Balik lagi, dan yang membuat Natsume super kesal adalah tempat parkir untuk motor ada di dekat gerbang sekolah, dan antara gerbang sekolah dengan gedung SMA itu sangaaaat laaah jauh, yaaah kira-kira 800 meter lah. Buat Natsume, berjalan dari gerbang ke gedung SMA itu sanglah pemborosan energi.
Natsume memarkir motornya di dekat sebuah pohon besar, dilepaskannya helm teropong yang sedari tadi menempel di kepalanya, kepalanya di kibas-kibaskan yang semakin menambah kesan semerawut di rambutnya. Beberapa detik kemudian sebuah motor ninja berwarna biru berhenti tepat di samping motor Natsume, pengendara motor itu melepas helmnya dan mengibas-ibaskan kepalanya seperti yang dilakukan Natsume tadi. Pemilik motor itu tersenyum sedikit saat menoleh ke arah Natsume.
"Yo, Natsume!" sapanya dengan wajah yang sangat tanpa ekspresi.
"Yo, Koko," jawab Natsume sambil beranjak meninggalkan motornya.
Koko pun berjalan mengekor di samping Natsume, mereka berjalan dalam diam saat melewati gedung Play Group dan SD, dan SMP. Saat akan sampai di gedung SMA, tampak seorang gadis dengan tubuh yang sangat menggoda iman kaum lelaki tengah berdiri sambil bersandar di pohon dekat lapangan sepak bola yang terletak antara gedung SMP dan SMA. Koko menoleh ke arah Natsume.
"Sepertinya dia tak akan melepaskanmu begitu saja Natsume.. Yah, good luck aja untukmu, Natsume," ujar Koko sembari menepuk bahu kiri Natsume dan berjalan meninggalkan Natsume sendiri.
Natsume menghela nafas kesal, diacak-acak rambutnya dengan tangan kanannya. Gadis tadi, Sumire Shouda yang lebih akrab di panggil Permy sadar kalau orang yang ditunggu-tunggunya telah datang, ia berlari kecil menghampiri Natsume. Permy adalah salah satu cewek tercantik di sekolah dan juga termasuk cewek yang patut di hindari bagi cewek-cewek SMA karena dia terkenal suka menyiksa murid cewek apalagi bagi cewek yang tengah mendekati mangsa yang telah diincarnya. Wajahnya memang cantik, tapi kalau sudah berhadapan dengan cewek yang menghalanginya ia akan berubah menjadi cewek terberingas no.1 di dunia. Oya, dan Permy merupakan kakak kelas dari Natsume dkk, mereka hanya berbeda 1 tahun.
"Natsume," sapanya lirih, terukir senyum kecil yang manis di wajahnya, tapi bagi Natsume itu adalah senyuman malaikat pencabut nyawa.
"Hn," dengus Natsume tak jelas.
"Natsume, aku mohon jadilah pacarku!" ujar Permy.
Natsume menoleh ke arah Permy, matanya jelalatan menilai Permy dari ujung kepala hingga ujung kaki. Bagi kaum lelaki tubuh Permy itu adalah surga dunia, bayangkan cewek dengan dada yang besar menggoda iman, tubuh ramping seperti gitar, pinggu lebar yang tiap si pemilik berjalan akan bergoyang-goyang seirama, bagian belakang yang menonjol, leher jenjangnya yang putih menggoda, dan kaki panjangnya yang bagian atasnya tertutup rok sekolah yang sangat mini. Yaaah, mungkin sebagian cowok di SMA pasti akan tergoda dengan tubuh Permy, tapi tidak bagi Natsume.
"Tidak," tolak Natsume to the point.
"Natsume, aku mohon!" seru Permy sambil memegang telapak tangan kiri Natsume.
Natsume mengernyitkan dahinya saat menyadari tangannya di pegang oleh Permy, dahinya berkedut dan mata nya menyipit.
"Aku sudah bilang tidak ya, TIDAK!" seru Natsume sambil menyentakkan tangan kirinya hingga terlepas dari tangan Permy.
Natsume beranjak dari tempatnya, meninggalkan Permy sendirian yang tengah sesenggukan. Tak di sangka oleh Natsume, tampak di salah satu jendela di gedung SMA seorang cewek yang sedari tadi menompang dagu di ambang jendela yang menyaksikan kejadian itu dari awal, rambut pendek cewek itu melambai terkena sepoian angin yang menerpanya.
"Dasar, sifat yang tak pernah berubah..."
-To Be Continue-

Ckckckck, pasti udah pada bisa nebak siapa cewek yang ada di akhir-akhir itu..
Hmmm~ kok perasaan Tsu, Permy kok jadi 'wah' gitu ya? -_-"
Wah, chapter kali ini lagi-lagi pendek, gomen ne!
Nggak tau kenapa Tsu sekarang kalau bikin fic selalu pendek-pendek
Hiksu, Tsu lagi kecanduan maen game sih, makanya ide buat nih fic udah pada terbang di bawa angin xD
Cukup untuk cuap-cuapnya
Tunggu chapter-chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?