Pages

Chapter 2! XD

langsung aja!

selamat menikmati! (emang makanan? ==") XD


Pemeran : Tokoh-tokoh Gakuen Alice (Alice Academy)

Disclaimer : Saya! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* saya yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D

Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* niatnya sih Romance, tapi kaya'nya jadinya bukan Romance deh *pundung*

Summary : Saat mereka bertatap muka secara langsung untuk ke dua kalinya. "Kau!" seru ke duanya sambil saling menunjuk.

MSN


Mikan pov

Kekeringkan helai demi helai rambut hazelku ini. Untung hari ini adalah hari Sabtu, di mana hari yang khusus untuk bersantai. Aku tak dapat membayangkan jika hari ini adalah hari masuk sekolah, pasti dengan sukses aku akan membolos. Mau bagaimana lagi, gara-gara kemarin aku ikut pergi ke pesta reuni itu aku jadi terlambat bangun. Tapi tak apa lah, karena pesta itulah aku dapat bertemu dengan Nii-chan ku yang tercinta. Hehe.

"Nah, selesai~" gumamku sambil meletakkan hairdryer pada meja riasku.

Aku segera keluar kamar menuju ruang makan, Kaa-san telah menungguku di sana dari tadi. Saat aku memasuki ruang makan itu, ku dapati Kaa-san sedang duduk sendirian. Di mana Tou-san?.

"Ohayou Kaa-san!" sapaku saat sudah berada di sampingnya.

"Oh, Ohayou" balasnya.

"Ne~ Kaa-san, mana Tou-san?" tanyaku to the point.

Kaa-san menggeleng sedih.

"Maafkan Tou-san ya? Tou-san pagi-pagi tadi telah pergi ke kantor cabang di kota X ... Tou-san titip ke Kaa-san buat sampein maafnya ke kamu" ujar Kaa-san.

Aku menghembuskan nafas sebal. Tou-san ingkar janji lagi!. Padahal kemarin lusa, Tou-san janji hari ini akan mengajakku pergi berdua saja. Tapi ya mau bagaimana lagi sih, Tou-san pemilik Yukihira Corp. yang tersebar di seluruh Jepang sih. Jadi Tou-san harus siap jika harus pergi ke salah satu kota untuk mengurusi usahanya itu.

Aku jadi kangen dengan Nii-chan. Dulu kalau Tou-san pergi kerja, Nii-chan selalu mengajakku bermain. Sekarang? Boro-boro main, ketemu aja susah. Andai aja Nii-chan dulu nggak sekolah di Gakuen Alice itu, aku pasti nggak kesepian kaya gini.

"Sayang? kok diam?" tanya Kaa-san sambil membelai lembut puncak kepalaku.

"Uhm? Nggak apa-apa kok Kaa-san ... Hari ini Kaa-san jadi pergi ke rumah teman Kaa-san yang di kota sebelah itu?" tanyaku sambil memandang wajah Kaa-san yang masih cantik.

"Ne~, maaf ya sayang ... Kaa-san sudah terlanjur janji dengan teman Kaa-san itu ... Atau kamu mau ikut Kaa-san?" tawar Kaa-san sambil memandang wajahku.

Aku menggeleng.

"Nggak deh Kaa-san, aku nggak mau ... abisnya nanti di sana cuma isinya orang tua-tua seumuran Kaa-san" ledekku pada Kaa-san yang hanya tersenyum geli.

"Kaa-san nggak setua itu lagi" sahutnya sambil menyubit ke dua pipiku. "Nanti kalau kamu mau pergi, minta antar orang rumah ya? jangan pergi sendiri lho" ujar Kaa-san mengingatkan.

"Iya iya, aku ngerti kok Kaa-san ... lagian kan aku udah besar! jadi aku Kaa-san bisa percaya padaku!" seruku sambil menepuk dadaku.

"Yaudah, kalau gitu Kaa-san berangkat sekarang ya? satu jam lagi Kaa-san udah harus ada di sana ... oya, Kaa-san udah bilangkan kalau Kaa-san bakal menginap di sana?" tanya Kaa-san sambil mengambil tas tangannya yang berada di meja makan.

"Ha? Nginap?" seruku kaget. Kaa-san mengangguk.

"Uh, belum sih ... tapi nggak apa-apa kok Kaa-san ... udah Kaa-san pergi sana .. bye Kaa-san!" ujarku sambil mendorong tubuh Kaa-san keluar ruang makan.

Kaa-san tersenyum, kemudian beliau berjalan keluar sambil melambaikan tangannya.

Nah, sekarang aku sendirian di rumah (walau aslinya ada banyak pelayan, sopir, dan security yang selalu menjaga rumahku). Enaknya ngapain ya? uhm, lebih baik aku makan dulu deh. Kubuka tudung makanan dan yang ku dapati hanya berbagai macam roti dan selai. Ku ambil dua potong roti. Kemudian aku membuka kulkas mencari minuman, ku ambil sebotol penuh susu dan gelas. Segera ku bawa tiga barang itu ke kamarku.

Di dalam kamar, aku bingung harus melakukan apa sekarang. Ku lihat laptopku di meja belajar, segera ku hampiri dan ku nyalakan. Selama menunggu loading, aku memakan habis rotiku. Setelah laptopku benar-benar menyala kusambungkan pada internet dan segera aku log in pada akun MSN ku.

Setelah aku berhasil log in tiba-tiba ada pemberitahuan seseorang mengirim permintaan pertemanan. Ku lihat nicknamenya, crimsonfirex. Crimson? aku merasa mengenalnya, tapi siapa?. Segera ku terima permintaan pertemanan itu.

Tiba-tiba muncul sebuah jendela menandakan ada chat yang masuk.

crimsonfirex : hai, lady

Ha? kenapa dia memanggilku 'lady'? segera ku ketik balasannya.

purehazel01 : lady?

purehazel01 : kenapa kau memanggilku lady?

purehazel01 : maaf, ini siapa ya?

Dia tak segera menjawab, apa dia sedang menimbang-nimbang sesuatu?

crimsonfirex: kau lupa padaku?

crimsonfirex : padahal semalam kau yang menyuruhku mengirim permintaan pertemanan padamu

Oh ya? sepertinya aku makin hari makin pikun saja ... em, semalam siapa yang kuberikan nickname MSN ku ya?. Aku berpikir lama sekali, hingga akhirnya aku ingat si pemilik mata merah itu.

crimsonfirex : apa kau benar-benar melupakanku?

crimsonfirex : hey! jawab lah!

purehazel01 : gomen ne~

purehazel01 : aku tadi lupa padamu, tuan crimson

purehazel01 : ah, arigatou sudah memenuhi permintaanku kemarin

purehazel01 : :)

crimsonfirex : ah, tak apa

crimsonfirex : kau tak pergi ke sekolah?

crimsonfirex : kau membolos ya?

crimsonfirex : :p

purehazel01 : aku?

purehazel01 : membolos?

purehazel01 : tidak pernah aku memiliki sejarah 'membolos' dalam hidupku

purehazel01 : hahaha

crimsonfirex : lantas?

purehazel01 : tuan crimson, apa kau berlagak bodoh?

purehazel01 : kalau aku tak membolos itu artinya hari ini aku libur

purehazel01 : kau sendiri?

purehazel01 : kau pasti membolos ya?

purehazel01 : mengakulah

purehazel01 : :p

crimsonfirex : kau membalikkan kata-kataku!

crimsonfirex : tidak, sama sepertimu

crimsonfirex : hari sabtu sekolahku libur

crimsonfirex : apa kau lupa tentang itu?

purehazel01 : ah ya!

purehazel01 : aku lupa, kalau Nii-chan pernah bilang sekolah kalian libur di hari sabtu dan minggu

crimsonfirex : dasar pikun

crimsonfirex : hahaha

purehazel01 : kau mengejekku ya?

purehazel01 : dasar tuan Crimson yang menyebalkan

crimsonfirex : hahaha

crimsonfirex : kenapa kau tak masuk ke sekolahku saja?

crimsonfirex : ku pikir itu dapat mengurangi kesepianmu

purehazel01 : tau dari mana kau kalau aku kesepian?

purehazel01 : sok tau kau

crimsonfirex : aku tau lho

crimsonfirex : kau sekarang sedang sendirian di rumah kan?

crimsonfirex : hahaha

purehazel01 : ok ok

purehazel01 : sepertinya aku sekarang sedang chat dengan cenayang deh

purehazel01 : haha

crimsonfirex : kau mengejekku? lady hazel?

purehazel01 : haha

purehazel01 : kau membalik kata-kataku

crimsonfirex : oh, ayolah

crimsonfirex : kau tadi juga membalik kata-kataku

crimsonfirex : jadi kedudukan kita 1 sama

crismonfirex : hahaha

purehazel01 : well, terserah kau saja

crimsonfirex : kau marah, hazel?

purehazel01 : tidak tidak

crimsonfirex : lantas?

purehazel01 : aku tak apa, aku tak apa

crimsonfirex : uhm, baiklah

crimsonfirex : hey, jika kau sedang bad mood cobalah pergi keluar

purehazel01 : kemana?

crimsonfirex : aku tak tau

purehazel01 : =_="

crimsonfirex : hahaha

crimsonfirex : ya kemana gitu kek

crimsonfirex : mall misalnya

purehazel01 : aku tak suka ke mall

crimsonfirex : restoran?

purehazel01 : jika aku sendiri, itu membosankan

crimsonfirex : rumah teman?

purehazel01 : teman-temanku pasti sedang keluar dengan pacar mereka

crimsonfirex : kalau begitu, kenapa kau juga tak keluar dengan pacarmu saja?

purehazel01 : aku tak punya pacar, bodoh!

crimsonfirex : oh, susah sekali

crimsonfirex : apa kau tak mempunyai tempat favorit?

purehazel01 : ada sih

crimsonfirex : kalau begitu, kau ke sana saja!

purehazel01 : tapi kalau aku ke sana sendirian, itu sangat sangat membosankan

crimsonfirex : memangnya tempat apa itu?

purehazel01 : kau telah menyebutkannya tadi

crimsonfirex : restoran?

purehazel01 : benar

crimsonfirex : ha?

crimsonfirex : kau suka makan?

purehazel01 : tidak juga

crimsonfirex : kalau begitu, ku temani kau mengobrol saja

crimsonfirex : bagaimana?

purehazel01 : uhm, not bad

purehazel01 : haha

Aku dan Crimson mengobrol banyak hal, hingga kami lupa waktu. Akhirnya kami terpaksa memutus pembicaraan itu saat matahari akan menenggelamkan dirinya di ufuk barat. Aku merasa senang bisa mengobrol dengannya. Tapi entah kenapa rasa senang ini berbeda dengan rasa senang yang pernah ku rasakan. Aku tak tahu apa artinya. Mungkin suatu hari aku akan tahu arti dari semua ini.

-TBC-


hua huaaaaa *nangis gaje*

maaf minna-san

chapter yang ke dua ini lagi-lagi pendek

saya lagi ke abisan ide sih

DX

saya merasa kok kalo di chapter ini terasa garing kress kress :p (paan yg garis kress kress? ==")

itu gara-gara saya ke pikiran Fanfic saya yang laen sih *alesan*

*pundung di pojokan*

tapi saya janji chapter selanjutnya bakal bagus! *teriak-teriak gaje*

eh, ngomong-ngomong ada yang tau tanggal dan bulan berapa Natsume lahir nggak?

kalo tau beri tau saya ya!

arigatou!

nantikan lanjutannya di chapter selanjutnya!

REVIEW please?

Untuk pertama kalinya saya membuat fanfic Gakuen Alice~! XD

Maaf kalo jelek *nunduk-nunduk*

Selamat membaca! XD


Pemeran : Tokoh-tokoh Gakuen Alice (Alice Academy)

Disclaimer : Saya! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* saya yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D

Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* niatnya sih Romance, tapi kaya'nya jadinya bukan Romance deh *pundung*

Summary : Saat mereka bertatap muka secara langsung untuk ke dua kalinya. "Kau!" seru ke duanya sambil saling menunjuk.

Pesta Topeng


Natsume pov

Malam ini entah mengapa aku sudah berada di sini, di tengah hiruk pikuk lautan manusia. Aku tak tau apa yang menarik hatiku sehingga aku tertarik untuk mengikuti pesta topeng ini. Sudah berkali-kali aku di tatap oleh cewek - cewek yang lewat di hadapanku, ku lihat tercetak ekspresi kagum di wajah mereka. Tapi aku terlalu cuek, tak ku perdulikan mereka. Lama-lama aku bosan juga dengan tatapan mereka, akhirnya aku memilih memanjat salah satu dahan pohon yang daunnya lebat. Ku pikir tidur di atas sini bukan ide yang buruk. Ku lepas topeng yang hanya menutupi sekitar mataku itu, dan aku membaringkan tubuhku mencoba untuk tidur.

Aku tak tahu sudah berapa lama aku berada di atas sini, yang pasti dari sekian waktu itu aku tak sempat memejamkan mata barang sedetik pun. Aku tak tahu kenapa tiba-tiba kedua kelopak mataku tak mau menuruti perintahku. Aku mencoba duduk sambil bersandar pada batang pohon yang besar ini, ku coba untuk memandang ke arah pesta yang sedang berlangsung itu hitung-hitung cuci mata lah.

Ku lihat seorang cewek memakai gaun berwarna putih - coklat muda, gaun yang ia pakai tak terlalu mencolok mungkin karena di pesta ini semua memakai pakaian yang berbeda kali ya?. Aku tak tahu kenapa sekolah kali ini berbaik hati memperbolehkan semuanya memakai pakaian yang berbeda di pesta ini, padahal di pesta-pesta yang lain saja pakaian kami seragam. Ah ya, cewek tadi tengah berada di dekat meja tempat makanan berada, dia terlihat bingung dan berkali-kali iya menoleh ke sana ke mari. Uhm, siapa dia? menarik, akan ku sapa dia. Aku memakai topengku lagi dan segera meloncat turun. Aku berjalan mendekatinya, sepertinya dia masih tak menyadari ke beradaanku.

Aku sudah berada di dekatnya, ku hentikan langkahku. Sekarang, apa yang harus aku lakukan? tak mungkin aku menyapanya langsung sekarang. Uhm, aku akan berpura-pura akan mengambil makanan atau minuman yang sama agar tangannya dan tanganku tak sengaja bertemu. Uhm, tak terlalu buruk. Ah, diam akan mengambil minuman itu, baiklah. Ku ulurkan tanganku mencoba mengambil minuman yang sama. Dengan sukses tangan ku menyentuh telapak tangannya. Ah, dia menoleh padaku.

"Maaf ..." ujarku spontan.

Hey! Aku tak pernah mengucapkan kata ini pada siapa pun selain pada sahabat dan keluargaku, itu pun saat aku terdesak. Kenapa tadi aku mengucapkan kata itu padanya yang belum aku kenal? ah, aku tak tahu.

Cewek itu memandang wajahku, kemudian ia terkikik. Kenapa dia terkikik begitu? apa ada yang lucu?.

"Tidak tidak, aku yang harusnya minta maaf" ujarnya seraya tersenyum. Entah mengapa senyumnya itu dapat menggetarkan hatiku.

"Ah, terserah kau saja" sahutku sambil membuang muka. Sudut-sudut bibirku terangkat, aku tersenyum!.

"Hey, kau murid sini?" tanyanya sambil melihat wajahku.

"Yeah, kalau aku bukan murid sini tak mungkin aku berada di sini ... sedangkan kau? kau dari kelas mana? aku tak pernah merasa bertemu denganmu, kurasa..." ujarku sambil memandang wajahnya.

Lagi-lagi dia terkikik.

"Tidak tidak ... aku bukan murid sini ... "

Aku kaget, segera ku potong perkataannya.

"Lalu kalau kau bukan murid sini, kenapa kau bisa berada di sini?" tanyaku lagi.

"Makanya itu jangan potong omonganku, aku tadi mau menjelaskannya" ujarnya sambil lagi-lagi terkikik geli. "Aku ke sini menemani ke dua orang tua ku, mereka dulu alumni sini ... seharusnya aku murid sini sih, tapi dulu aku menolak untuk masuk ke sekolah ini ... kau kan pasti tau kalau masuk ke sini berarti harus siap berpisah dengan keluarga hingga lulus SMA ... singkatnya aku masih belum siap" ujarnya panjang lebar.

Ah, aku lupa, ini kan pesta reunian dan pesta yang hanya untuk mengumpulkan para alumni atau yang masih bersekolah di sini. Aku melihat topeng yang ia kenakan. Sederhana, berwarna cekolat gelap dan hanya ada bulu-bulu putih yang melapisi tepinya dan juga beberapa intan di sudutnya.

"Pantas saja topengmu berbeda dengan yang lain" ujarku sambil mengerlingkan kepala ku ke arah segerombolan murid lain yang berada di belakangku.

"Oh, pantas saja topeng kalian hampir sama!" serunya sambil mengamati topengku. "Uhm, kurasa topeng itu cocok dengan matamu" ujarnya lagi sambil memandang lurus ke arah mataku.

Aku mengingat warna topengku, hitam dengan sedikit warna merah marun, pantas saja dia mengatakan cocok dengan mataku yang berwarna merah ini.

"Ah, yeah ... ku rasa juga begitu" ujarku sambil membuang muka.

"Ah~! musik ini ... it's time to dance!" serunya sambil menoleh ke sana ke mari, sepertinya mencari seseorang.

"Kau mencari siapa?" tanyaku. Entah kenapa pada gadis ini, aku ingin tau apa saja tentangnya.

"Aku mencari orang tuaku, atau mungkin kakakku ... aku ingin berdansa dengan salah satu dari mereka ..." jawabnya dengam masih memandnag ke sekitar kami.

Aku memutar bola mata ku. Uhm, kenapa tak ku ajak dia berdansa saja? baiklah.

"Nah, lady ... mau kah kau berdansa denganku?" ujarku pelan sambil menyodorkan telapak tangan kananku.

Ku lihat dia kaget. Kemudian ia terkikik tuk kesekian kalinya. Ia menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, dengan senang hati tuan" ujar sambil mengangkat gaun di bagian sampingnya, kemudian ia letakkan telapak tangannya di atas tanganku.

Ku ajak dia turun ke lantai dansa. Uhm, itu bukan lantai dansa sungguhan, karena ini aslinya hanya tanah yang berselimutkan rumput. Tapi mau bagaimana lagi? Pesta di adakan di hamparan taman yang luas, jadi mau tak mau jika berdansa ya di atas rumput.

Kami berdua berdansa di antara orang-orang yang tak kami kenal. Ia tertawa, terlihat sangat bahagia. Lagi-lagi sudut-sudut bibirku terangkat, dengan sukses cewek itu dapat membuatku tersenyum!.

Kami tak tau sudah berapa lama kami berdansa berdua, tapi menurutku itu baru sebentar. Tiba-tiba dia memandang arloji yang ia pakai, Ia terbelalak melihat jarum arlojinya. I memandangku.

"Kau punya akun MSN?" tanyanya sambil tersenyum.

Aku tak mengerti kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu padaku, tapi akhirnya ku jawab saja dengan anggukan kepala.

"Uhm, kau punya bolpoint?" tanyanya lagi.

Aku menggeleng. Tiba-tiba aku ingat ada banyak bolpoint dan kertas yang di sediakan sekolah di suatu meja.

"Kalau kau membutuhkannya, di sana ada benda yang kau cari" kataku sambil menunjuk sebuah meja kecil yang dekat dengan segerombolan teman-teman sekelasku.

Dengan segera ia pergi menuju meja itu. Di ambilnya sebuah bolpoint dan kertas, dan ia menulis sesuatu di kertas itu. Aku menghampirinya. Dia menoleh padaku, lagi-lagi ia tersenyum. Dia menaruh kertas itu pada tanganku.

"Ini, kirimlah permintaan pertemanan ke MSN ku ini ... aku harus pergi sekarang, keluargaku sudah menunggu ... sampai jumpa lagi ... " dia melihat mataku sekilas. "Tuan Crimson" lanjutnya sambil terkikik.

Ia berlari kecil menjauh dariku. Ku pandangi tubuhnya hingga tak terlihat olehku. Tiba-tiba bahuku di tepuk seseorang, aku menoleh dan ku lihat sahabatku yang menepuk pundakku.

"Ada apa?" tanyaku sebiasa mungkin.

"Itu tadi siapa? temanmu?" tanyanya sambil memainkan telinga seekor kelinci yang ada di gendongannya.

Aku mengangkat bahu, dan kemudian aku berjalan menuju arah Asrama.

"Aku ingin tidur, aku bosan di sini terus" ujarku pada sahabatku itu.

Aku tak mendengar jawaban dari mulutnya, sudahlah pasti dia akan memaklumi tingkahku ini. Ku lihat kertas yang masih berada di tanganku itu. tertulis 'purehazel01'. Hazel? itu mengingatkan aku pada warna rambut dan bola matanya. Uhm, Hazel.

-TBC-


Maaf kalo pendek~ *nunduk-nunduk*

Untuk kelanjutannya ...

Tunggu chapter selanjutnya ya!

REVIEW please?

Bel telah berbunyi 10 menit yang lalu, tapi kelas 11-S a.k.a Akatsuki masih ramai lantaran wali kelas mereka yang harusnya mengajar mereka sekarang malah tak kunjung datang. Deidara masih seperti beberapa saat yang lalu, memandang ke pemandangan di luar kelas sambil mengerutkan kening dan masih juga berwajah pucat. Dan para Akatsuki yang lain duduk di bangku masing-masing sambil mengobrol satu sama lain, kecuali Tobi yang harus di rawat inap *?* di UKS. Tiba-tiba Zetsu yang duduk di dekat pintu kelas menyadari ke datangan wali kelas tercinta mereka, Narumi-sensei yang lebih akrab di panggil Naru oleh anak didiknya.
"He, Hey! si Naru udah dateng tuh!!" seru Zetsu mengingatkan teman-temannya. Serentak seisi kelas menjadi sedikit lebih tenang (nyatanya tetap saja ramai kaya pasar ==").
Pintu di buka (dobrak) oleh sesosok lelaki dewasa yang berambut pirang, senyum terukir di wajahnya. Orang itu, Naru segera melangkahkan kakinya memasuki kelas ia berhenti tepat di tengah-tengah depan papan tulis.
"Ehem, Ohayou minna-san~!!" sapa Naru dengan tak lupa menggunakan toa ke banggaannya.
Seisi kelas diam sambil menutup telinga mereka masing-masing, tak ada yang berminat untuk membalas sapaan wali kelas mereka itu. Sebagian dari mereka ada juga yang lupa menutup telinga mereka, sehingga mereka mencaci maki si Naru dalam hati mereka.
"Heh, banci!! kalau di kelas jangan teriak-teriak donk!!" seru Itachi sebal. Naru yang mendengar ocehannya hanya tersenyum, dan terlihat samar-samar otot di dahinya berkedut.
"Eh, Chi! Kau kan juga banci kaya si Naru!" sahut Kisame mengingatkannya.
"Apa katamu?!? Jangan samakan aku sama si banci perempatan itu!" ujar Itachi sewot, dan dia berkata sambil menunjuk-nunjuk Naru (nih orang cari mati kali ==").
"Apaan sih pake nyebut-nyebut banci segala?? Manggil aku ya??" sahut Orochi yang merasa dirinya di sebut-sebut oleh teman-temannya itu.
"Apa kau?!? Aku nggak manggil kamu, Orochi! Sok eksis kamu! Dasar banci TL!!" seru Itachi berapi-api.
"TL apaan, Chi??" tanya Konan sambil mencolek-colek bahu Itachi.
"TL tuh Taman Lawang, Nan ... Tempatnya banci ngumpul!" ujar Itachi ke Konan (buset dah, tahu dari mana Itachi tentang TL?? ==").
"Eh, tuh kan tempat eke kalo malem... tahu dari mane yey tuh tempat?? Yey ngebuntutin eke ya??" tanya Orochi sambil mengeluarkan gaya banci TL nya.
"Si Itachi kan doyan tempat yang kaya gitu, Orochi!" sahut Pein sambil ketawa ngakak. Naru yang menjadi sebab akibat pembicaraan itu hanya diam sambil tersenyum, dan terlihat dengan jelas banyak perempatan yang tercetak di dahinya.
"Psst, si Naru ngamuk tuh!" bisik Kakuzu pada teman-temannya, dan ajaibnya bisikkan itu dapat didengar semua yang berada di kelas itu (padahal pelaaan banget suaranya).
"Kalian udah selesai mengobrolnya anak-anak??" tanya Naru sambil menekan setiap kata yang ia ucapkan.
"Mampus deh!" batin semuanya, kecuali Deidara dan Sasori yang dari tadi hanya diam saja.
"Jasin-sama!! Tolong aku!!" jerit batin Hidan.
"Karena hari ini adalah hari yang spesial, saya tak ingin menodai hari ini dengan pertumpahan darah" ujar Naru sambil memelototi anak didiknya satu persatu.
"Fiuh~ selamat selamat" batin mereka lagi, dan lagi-lagi kecuali Deidara dan Sasori.
"Nah, hari ini ada kabar gembira... Dan kaya nya kalian udah tau kabar apa itu" ujar Naru sambil melirik Itachi.
"Hari ini kalian akan mendapat beberapa teman baru ... nah, ke sini kalian semua yang ada di luar" ujar Naru sambil menyuruh mereka mendekatinya dengan isyarat tangannya.
Pertama yang masuk adalah cewek berambut coklat kemerahan dan memiliki body yang dapat membuat para lelaki tergoda. Kemudian seorang cewek cebol (*author di bunuh*) yang memiliki mata yang berwarna ungu. Lalu seorang cowok berambut jeruk. Kemudian cowok berambut gelap dan ikal yang wajah di tekuk. Lalu seorang cewek yang lagi-lagi pendek (*author di sabit*) yang memiliki rambut yang panjang. Kemudian cowok yang memiliki rambut pirang dan badannya sedikit pendek (*author di pelototi*). Lalu (readers : dari tadi 'kemudian' ama 'lalu' aja! *sewot*) cowok bermata crimson yang berwajah seram. Kemudian cewek berambut pendek dan berwarna gelap. Lalu~ cowok berambut pirang (lagi) yang membawa kelinci (kok nggak kena marah ya? kan bawa binatang tuh *author di bekap*). Dan yang terakhir~ cewek berambut panjang tergerai yang berwarna hazel (fiuh~ akhirnya selesai *author di tendang*).
"Karena mereka ada banyak sekali, jadi kenalannya nanti saja ... Nah, kalian semua ... Silakan mencari bangku sendiri-sendiri, karena di sini hanya ada 11 orang tolol sebelumnya ... jadi kalian boleh memilih tempat duduk kalian sendiri ... Oya, jam pelajaran saya, kalian belajar sendiri-sendiri ya ... Sampai jumpa~!" seru Naru dan kemudian ia pergi meninggalkan kelas dengan di antar oleh pelototan Akatsuki.
Para anak baru kemudian mulai memandang ke segala penjuru kelas untuk mencari bangku yang menurut meraka nyaman. Rukia dengan santai berjalan menuju bangku yang berada di belakang bangku Konan. Inoue memandang Ichigo.
"Ku, Kurosaki-san ... kau, kau mau duduk di mana?" tanya Inoue dengan sedikit tersipu-sipu.
"Uhm, aku duduk di sebelah si pendek aja" ujar Ichigo sambil berjalan menuju bangku di samping Rukia. Rukia, Alice, dan Oz yang mendengar kata 'pendek' keluar dari mulut Ichigo segera naik pitam.
"Kau tadi bilang apa jeruk!?" seru Rukia sambil bangkit dari bangkunya.
"He! Kau rambut jeruk! Ulangi kata-katamu tadi kalau kau berani" sahut Alice sambil menarik kerah kemeja Ichigo.
"Rambut jeruk yang menyebalkan!" ujar Oz dengan evil smile nya dan ia kemudian memegang sabit milik Alice yang telah ia keluarkan.
"He?!" lengking Ichigo ngeri. Serentak mereka bertiga segera mengeroyok Ichigo yang malang (kasian kau Ichigo).
"Hey kau gadis manis, mau kah kau duduk di belakangku sini?" tanya Pein pada Inoue dengan wajah mesumnya.
"Pein, kau lihat apaan?!?" tanya Konan sembari menjewer telinga Pein.
Inoue yang merasa risih pun segera mencari tempat duduk, dan akhrinya ia memilih duduk di bangku nomer dua dari belakang dan nomer dua dari sebelah kiri. Kemudian tiba-tiba ada seseorang yang duduk di bangku sebelah kiri Inoue. Inoue memerhatikannya, orang itu yang merasa di perhatikan kemudian menoleh ke Inoue.
"Eh, hai" sapanya sambil tersenyum lembut. Inoue tiba-tiba tersipu-sipu (hubungan lain anime nih!! saya tak merestuinya!! *teriak-teriak gaje*).
Di depan sana, Mikan celingak-celinguk melihat adegan di depan matanya. Tiba-tiba ia melihat Deidara yang tengah menekuk wajahnya, Deidara yang merasa di liati pun membuang muka.
"Aaahh~!! Dei-nee!!" seru Mikan sambil menunjuk Deidara.
"Mampus aku!!" teriak Deidara dalam batinnya.
Hotaru yang mendengar teriakkan Mikan pun mengikuti arah tunjukkan Mikan, dan dengan sempurna mulutnya membentuk huruf 'O'. Natsume dan Luca -Ruka- memandang Deidara dengan tatapan bertanya-tanya. Mikan segera mendekati Deidara dengan para 'dayang-dayang'nya (author di bakar).
"Dei-nee!!" sapa Mikan sembari memeluk tubuh Deidara. Para Akatsuki segera memandang ke arah bangku Deidara. Muka Deidara sukses bertambah pucat dan sengsara.
"Ooh, jadi gara-gara dia toh Deidara jadi kaya gini" batin para Akatsuki, kecuali Deidara dan Tobi.
"Siapa dia?" tanya Natsume sedikit kesal.
"Saudara sepupunya Mikan yang beberapa tahun lalu tinggal di Korea Selatan" jawab Hotaru. Hotaru segera duduk di meja sebelah kiri Konan dan di sebelah kanan Deidara (tapi terhalang satu bangku di antara mereka).
"Ah, aku akan duduk di sebelah Dei-nee ya!?" seru Mikan sambil mendekati bangku yang kosong yang memisahkan Hotaru dan Deidara.
"Kami-sama!! Tolong aku!!" seru Deidara sambil menangis di dalam batinnnya.
"Nggak boleh! Kau nggak boleh duduk di sampingku Mikan!" perintah Hotaru kejam.
"Bagus Hotaru!! Jangan boleh Mikan duduk di sana!!" teriak Deidara dalam batinnya.
"Hotaru jahat! kalau gitu aku duduk di belakang Dei-chan saja ya!?" seru Mikan lagi.
"Itu tempat Oz.." ujar Gil -Gilbert- pendek.
"Kalau gitu di sampingnya deh!" rengek Mikan.
"Itu tempatku!" seru Alice yang telah puas menyiksa Ichigo.
Mikan memandang meja di depan Deidara, ia memasang wajah memelas pada Sasori. Sasori menggelengkan kepalanya dengan cepat. Kemudian Mikan memandang meja di samping Sasori, dan ia melihat Pein di samping bangku itu. Mikan ngeri membayangkan wajah mesum Pein.
"Ayolah Hotaru, biarkan aku duduk di sampingmu dan di samping Dei-nee" rengek Mikan pada Hotaru. Akatsuki yang melihat kejadian itu dari awal segera sweatdrop dengan sukses.
"Nih anak manja bener sih??" batin Akatsuki.
"Sekali tidak ya tidak" ucap Hotaru yang masih kukuh dengan perkataannya.
Kemudian Mikan memandang bangku di samping Pein.
"Ka, kalau gitu ... aku duduk di sana aja!" ujar Mikan sambil mendekati Meja itu.
Natsume secara tiba-tiba menarik Mikan dan membawanya ke bangku di deretan belakang sendiri.
"Duduk di situ!" perintah Natsume sambil menunjuk bangku yang berada dua bangku di belakang Rukia.
Mikan dengan malas duduk di bangku yang di tunjuk oleh Natsume itu, sedangkan Natsume duduk di sebelah kiri nya. Luca yang dari tadi hanya diam, segera duduk di bangku belakang pojok kanan a.k.a sebelah kanan Mikan (kasian kau Luca, kau harus duduk di pojok gitu *nangis*).
Sasori membalikkan badannya menghadap Deidara.
"Dei, tuh tadi siapa sih??" tanya Sasori sambil mengerling ke arah Mikan.
"Sepupuku yang berisiknya minta ampun" jawab Deidara singkat sambil menghembuskan nafas.
"Oh, gitu" gumam Sasori.
"Kenapa? Kau berminat dengannya??" tanya Deidara sambil memandang temannya itu.
"Ehm? Nggak, nggak kok" sahut Sasori cepat. "Kan udah ada kamu" lanjut Sasori dalam hatinya.
"Kalau kau mau juga nggak apa-apa kok" ujar Deidara sambil memandang Mikan sekilas.
"Siapa bilang aku mau sama dia?! Orang di hatiku udah ada seseorang kok!" jawab Sasori cepat, mukanya memerah.
"Huh? Benarkah? Siapa? Apa aku mengenalnya?" tanya Deidara penasaran.
"Di, dia .... " Sasori memainkan jari telunjuknya dengan wajah merah padam seperti Hinata Hyuuga.
"Siapa??" tuntut Deidara semakin mendesak.
"Di, di, dia ... dia ... dia i, itu ... dia itu ..."



-TBC-



Apakah Sasori akan mengatakannya?!?
Apakah Deidara menyukai Sasori seperti Sasori menyukai dirinya???
Kenapa Mikan tak di sukai Deidara?!?
Bagaimana kelanjutan kelas Akatsuki yang sudah bercampur dengan tokoh-tokoh Anime lain???
lihatlah chapter selanjutnya!! XD
"Kenapa 'dia' bisa berada di sini?!?" "Jangan tinggalkan aku..." "Dasar bodoh! Kau membuatku ingin tertawa dan menangis saja!" "Perasaan apa ini?" "Ku tantang kau!" "Dia pergi, tinggalkan aku. Bigini ya rasanya patah hati? hiks" "Kau cantik sekali..." "Kau tak boleh bersamanya!" "Jangan bercanda kau, baka!"

-------------------------------------------------------------------------------------


Di suatu pagi yang cerah, tepatnya di sebuah lorong sekolah yang menyambungkan antara asrama dengan ruang makan.
"Ohayou senpai~" teriak seorang cowok autis di telinga seorang cewek blonde
Cewek blonde itu yang saat itu berjalan tiba-tiba meloncat karena kaget. "TOBI~!! kamu jangan menganggetkan aku lagi!! kan aku sudah pernah bilang seperti itu padamu!!" cercah cewek itu, Deidara. Dalam seketika semua siswa dan siswi yang berada di sekitar mereka pun memandangi mereka berdua.
"Tobi anak baik! Tobi kan cuma ingin memberi ucapan selamat pagi pada Deidara-senpai!" bela Tobi sambil mengemut permen lollipopnya.
"Tapi jangan begitu caranya bego!! telinga aku jadi sakit!!" jerit Deidara geram.
"Kalau sakit di bawa ke dokter aja senpai" ujar Tobi menganjurkan.
"Hah! kamu aja yang akan aku buat untuk pergi ke dokter!!" teriak Deidara sembari berjalan mendekati Tobi. Aura hitam keluar dari tubuh Deidara.
"Tobi anak baik senpai!! jangan pukul Tobi!! karena Tobi anak baik~!!" lengking Tobi sembari berlari menjauhi Deidara. Deidara mengambil ancang-ancang untuk mengejar Tobi tapi tertahan karena ada seseorang yang menepuk bahunya.
"Dei-nee-chan!" sapa seorang cowok blonde yang lebih muda darinya.
Deidara menoleh. "Naruto, ada apa?" tanya Deidara sembari menatap adiknya itu.
Naruto menggeleng. "Tak ada apa-apa, aku hanya ingin menyapa Dei-nee-chan saja" ujar Naruto sembari memberikan cengiran khasnya.
"Oooh, itu aja?" tanya Deidara sembari memasang tampang bosan.
"Uhm" Naruto tiba-tiba melihat temannya yang berambut pantat ayam melambaikan tangan padanya. "Ah! aku harus pergi! bye-bye Dei-nee-chan!!" celoteh Naruto sembari berlari menjauhi Deidara.
Deidara hanya ber'hm' ria, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling lorong mencari mangsanya yang kabur tadi. "Ck, anak autis itu udah pergi" runtuk Deidara sebal.
Deidara pun kembali meneruskan perjalanannya, tapi dengan menghentakkan kakinya dan sesekali mengerucutkan bibirnya. "Pagi-pagi gini moodku udah jelek... huh, nggak asyik!" dumel Deidara sembari mengayun-ayunkan tas sekolahnya.
Saat sampai di ruang makan, Deidara celingak celinguk mencari salah satu temannya yang barangkali sudah duduk manis di salah satu kursi. Nihil, ternyata teman-teman Deidara tak ada di sana. Deidara menghelai nafas, kemudian ia berjalan menuju salah satu bangku yang berada di dekat jelndela. Ia memandang makanan yang berada di depan matanya dengan tak berselera, tapi karena sejak semalam ia belum makan akhirnya dengan enggan Deidara mengambil sebuah roti dan dua buah sosis panggang. Diberinya saus sambal dan mayonaise ke dua sosis itu, dan di makannya. "Hm, enak juga" pikirnya sembari mengunyahnya. Tiba-tiba datang dua cowok yang dengan santai duduk mengapit Deidara.
"Pagi Dei" sapa cowok yang berada di kanan Deidara sembari mengambil dua tangkup roti bakar.
"Hum? yaiyalah sekarang pagi, masa' malem" ujar Deidara sedikit sewot sambil menelan makanan di mulutnya.
"Hahaha, pagi-pagi udah sewot aja... napa Dei? lagi dapet ya?" gurau cowok yang mendapat gelar 'kakek muda' (author di jitak) yang berada di sebelah kiri Deidara.
"Dapet? dapet apaan? duit? bagi-bagi donk Dei!" ujar cowok pertama sambil memakan dengan ganas roti bakarnya.
Deidara yang mendengarnya sweatdrop, sedangkan Itachi secara spontan tertawa tak henti-hentinya. "Baka Kakuzu! pikiranmu duit mulu aja!" omel Deidara sambil menjitak Kakuzu. Kakuzu hanya memasang wajah innocent-nya.
"Ahaha, eh.. kalian tau nggak? katanya hari ini bakal ada anak pindahan besar-besaran di kelas kita" ujar Itachi sambil mengambil onigiri.
"Anak pindahan besar-besaran?" ulang Deidara sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Yoi" jawab Itachi singkat sambil menikmati onigirinya.
"Maksudnya apa, Chi?" tanya Kakuzu sambil menoleh memandang Itachi.
"Maksud aku tuh, nanti bakal ada banyak anak pindahan yang masuk ke kelas kita" jelas Itachi dengan sabar.
"Ha? kok bisa?" tanya Deidara.
"Hn, mungkin karena di kelas kita cuma ada 11 anak aja... jadi, mereka bakal di masukin ke kelas kita yang isinya paling dikit di angkatan kita.. mungkin sih" jawab Itachi sambil mengerutkan kening.
Deidara mengambil segelas jus jeruk, dan meminumnya. "Emang, ada berapa sih anaknya? dua? tiga? atau lima?" tanya Kakuzu lagi.
"Aku sih nggak tau pasti, tapi kalau nggak salah itung sih ada sekitar 10 anak" ujar Itachi sambil berpikir keras.
"Ha?! banyak amat!" seru Deidara dan Kakuzu berbarengan.
Itachi menutup ke dua daun telinganya. "Ya mana aku tau!" gerutu Itachi sebal.
"Emang kau tau dari mana tuh info, Chi? jangan-jangan kau salah dengar lagi" ujar Kakuzu. Deidara mengangguk-angguk mendukung perkataan Kakuzu.
"Yeee, orang aku itung sendiri kok... aku tau dari si Naru waktu dia ngomong sendiri di toilet kemarin, orang dia aja ngegumamin nama-nama anaknya kok" urai Itachi lagi.
"Emang siapa aja namanya??" tanya Kakuzu lagi. Deidara hanya diam sambil meminum minumannya kembali.
"Kalau nggak salah denger sih, Rukia, Inoue, Ichigo, Oz, Alice, Gilbert, Natsume, Hotaru, Mikan, sama Ruka seinget aku" ujar Itachi sambil mengerutkan keningnya lagi.
Deidara menyemburkan minumannya saat Itachi mengucapkan nama yang sudah tak asing lagi baginya. "DIA?!?" teriak Deidara dalam hati. Sesaat wajah Deidara memucat.
Kakuzu dan Itachi memandang Deidara. "Napa Dei? kok mukamu pucat? nggak enak badan?" tanya Kakuzu dan Itachi.
"Eh, ng, nggak.. aku nggak apa-apa" jawab Deidara. Deidara kemudian berdiri. "Ke kelas yuk" ajak Deidara sambil menyampirkan tali tas sekolahnya di bahu kanannya.
Itachi dan Kakuzu berpandang-pandangan. "Yaudah, ayo!" ujar Itachi sambil ikut berdiri. Deidara dan Itachi kemudian berjalan meninggalkan ruang makan. Kakuzu mengambil beberapa onigiri dan roti dengan buru-buru. "Eh! tunggu!" teriak Kakuzu sembari berlari menyusul dua temannya itu.

--------------------------------------------------------------------------------

"Dei-nee-chan!" seru Naruto.
Deidara memperlambat langkahnya, mencari pemilik suara tadi. Naruto berjalan mendekati Deidara.
"Dei-nee! apa kau sudah tau?!?" seru Naruto sambil memandang wajah nee-chan tersayangnya itu (yaiyalah, orang Deidara kakaknya satu-satunya *di bungkam readers*)
"A, apa?? tentang apa?!" tanya Deidara merinding. "Jangan-jangan, tentang tuh anak!" batin Deidara kalut.
"Itu, si 'dia'! kata Ba-san, si 'dia' bakal ke sini hari ini Dei-nee" terang Naruto ceria.
Itachi dan Kakuzu lagi-lagi berpandangan. "Siapa tuh si 'dia' Nar??" tanya Kakuzu penasaran.
"Si 'dia' tuh ..." ucapan Naruto terpotong gara-gara tangan Deidara membungkam mulutnya.
"Kalian nanti juga pasti tau ... oya Naruto, aku udah tau kok kalau dia bakal ke sini ... kalau Ba-san telphone, titipin salam dariku ya ... jaa~" ujar Deidara sambil berjalan meninggalkan Naruto. Itachi dan Kakuzu mengikuti Deidara.
"Si 'dia' siapa sih Dei??" tanya Kakuzu yang masih penasaran.
"Anak yang nyebelin" jawab Deidara singkat, wajahnya memucat lagi.
"He, udah jangan tanya-tanya ... si Dei pucat noh! ntar salah-salah kita malah bisa di cercah ama si baby face loh" bisik Itachi mengingatkan Kakuzu.
"He, bener juga ... yaudah deh" Kakuzu pun diam.
Deidara berjalan dengen sesekali menghentakkan kakinya, dahinya mengerut menandakan ia sedang berpikir keras. Wajah Deidara terlihat memucat, ia juga sesekali meremas kedua tangannya. "Kenapa?! Kenapa anak itu harus pindah ke sini?!? Kami-sama! (tumben nyebut Dei? *di gampar*) Tolong aku!!" jerit Deidara dalam hatinya. Usut punya usut, ternyata Deidara sedang bingung! (readers : udah keliatan kali! ==").
Mereka bertiga telah sampai di depan kelas, dengan segera Deidara memasuki kelasnya kemudian berjalan menuju bangku di belakang yang dekat dengan jendela. Di lemparkannya tas sekolahnya di atas meja dan kemudian ia hempaskan pantatnya di kursi favoritnya itu. Semua teman-teman sekelasnya melihat Deidara yang aura sedang suram itu.
"Hey, Dei-chan kenapa?" tanya Konan pada Itachi dan Kakuzu. Itachi dan Kakuzu hanya mengangkat bahu tanda tak tahu.
Tiba-tiba datang Tobi yang tak tahu situasi langsung berlari-lari keliling kelas smabil meneriakkan motto *?* nya, "TOBI ANAK BAIK~! TOBI ANAK BAIK~! TOBI ANAK BAIK~!!"
Deidara yang melihat mangsanya yang tadi meloloskan diri segera memasang evil smile nya. Ia dekati Tobi dan bisa anda bayangkan apa yang terjadi ....

*BRUAK KREK KRETEK DUAK DUARR CTAR CIIITT BRUK JDUM MEONG GUK HIIIEEE PRANG!*

Setelah menyelesaikan 'tugas'nya, Deidara kembali duduk di bangkunya. Konan dkk sweatdrop, setelah sadar mereka segera mendatangi 'mayat' Tobi.
"Ne~ Tobi, kau tak apa-apa?" tanya Konan sambil jongkok memandangi tubuh Tobi yang tak karuan.
"To, Tobi anak baik Konan-senpai! To, Tobi nggak nggak apa-apa" ujar Tobi terbata. Konan dkk menyerap perkataan Tobi yang sulit di mengerti ini.
"He, buang ke tong sampah di depan aja nih anak" usul Pein.
"Jangan! kita persembahkan saja ke Dewa Jasin!" seru Hidan.
"Bagaimana kalau aku makan aja?" tanya Zetsu.
"Buat makan Julliet, Jullice, Jurinna, ama Juminten aja!" sahut Kisame sembari menyebutkan nama-nama ikan kesayangannya.
"Lebih baik jadi boneka aku aja!" celetuk si baby face, Sasori.
"Kita tukar aja dengan uang?!" usul Kakuzu.
"Kalau buat makan ular-ular ku boleh nggak?" tanya Orochi.
"Kalian itu! cepat bawa dia ke UKS!!" perintah Konan sambil menjitak satu persatu kepala teman-temannya. Serentak Pein, Orochi, dan Zatsu menyeret tubuh berdosa Tobi. Setelah ke empat teman mereka pergi, yang lain segera berkumpul membentuk lingkaran layaknya gadis-gadis yang sedang bergossip-ria (sayangnya mereka cowok semua, kecuali Konan tuh! *author di buang*).
"Hey! Sekarang kita apakan di Dei?" tanya Kisame.
"Kau deketin sana Nan! kau kan cewek, mungkin kalau ama yang sesama cewek Dei mau crita" ujar Hidan (tumben waras nih orang ==").
"Uhm, aku takut baka! Si Dei kalau udah ngamuk tuh sereeemmm~!!" seru Konan sembari menggigil ketakutan.
"Kalau gitu siapa yang akan bersukarela jadi 'tumbal'?" tanya Kakuzu.
"Gimana kalau kamu aja Sas? Kau kan 'cowok'nya!" ujar Itachi sambil menunjuk-nunjuk Sasori.
"He! Aku?! Tidak! Aku tidak bersedia!!" tolak Sasori tegas.
"Uhm, gimana kalau kita biarin aja? Nanti kan Dei bakal balik kaya sebelumnya lagi kan, kaya dulu tuh" sahut Hidan.
Serentak mereka memandang Deidara yang tengah memandang pemandangan di luar sana, tapi mereka tahu kalau Deidara tak menikmatinya kerena ia sedang melamun!. Mereka berpandang-pandangan.
"Baiklah kalau gebitu!" sahut semuanya serempak.
"Eh, ngomong-ngomong kalian udah pada tau nggak info terbaru hari ini??" tanya Itachi sambil memasang wajah bak pembawa acara gossip yang mempunyai gossip terpanas.
"Apaan Chi?? Ada gossip apaan Chi?!" tanya mereka serempak, kecuali Kakuzu. Usut punya usut, ternyata Itachi ada tukang gossip no. 1 di sekolah itu! tak ada gossip satu pun yang tak ia ketahui di sekolah itu.
Itachi pun mulai beraksi, "Gini, nanti itu bakal ada banyak anak pindahan ......" dan bergulirlah kata demi kata dari mulut Itachi.


-TBC-


-------------------------------------------------------------------------------------


Nah! kira-kira, siapa ya yang di maksud si 'dia' oleh Deidara dan Naruto?!?
Apakah Deidara dan Sasori mempunyai suatu hubungan tertentu??
Bagaimana nasib kelas Akatsuki yang akan 'terkontaminasi' oleh orang yang bukan anggota Akatsuki?? akankah menjadi lebih ancur dan nista dari sebelumnya??
Tunggu lah chapter selanjutnya!! XD

FF Gakuen Alice - Dia - MSN (2)

Chapter 2! XD

langsung aja!

selamat menikmati! (emang makanan? ==") XD


Pemeran : Tokoh-tokoh Gakuen Alice (Alice Academy)

Disclaimer : Saya! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* saya yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D

Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* niatnya sih Romance, tapi kaya'nya jadinya bukan Romance deh *pundung*

Summary : Saat mereka bertatap muka secara langsung untuk ke dua kalinya. "Kau!" seru ke duanya sambil saling menunjuk.

MSN


Mikan pov

Kekeringkan helai demi helai rambut hazelku ini. Untung hari ini adalah hari Sabtu, di mana hari yang khusus untuk bersantai. Aku tak dapat membayangkan jika hari ini adalah hari masuk sekolah, pasti dengan sukses aku akan membolos. Mau bagaimana lagi, gara-gara kemarin aku ikut pergi ke pesta reuni itu aku jadi terlambat bangun. Tapi tak apa lah, karena pesta itulah aku dapat bertemu dengan Nii-chan ku yang tercinta. Hehe.

"Nah, selesai~" gumamku sambil meletakkan hairdryer pada meja riasku.

Aku segera keluar kamar menuju ruang makan, Kaa-san telah menungguku di sana dari tadi. Saat aku memasuki ruang makan itu, ku dapati Kaa-san sedang duduk sendirian. Di mana Tou-san?.

"Ohayou Kaa-san!" sapaku saat sudah berada di sampingnya.

"Oh, Ohayou" balasnya.

"Ne~ Kaa-san, mana Tou-san?" tanyaku to the point.

Kaa-san menggeleng sedih.

"Maafkan Tou-san ya? Tou-san pagi-pagi tadi telah pergi ke kantor cabang di kota X ... Tou-san titip ke Kaa-san buat sampein maafnya ke kamu" ujar Kaa-san.

Aku menghembuskan nafas sebal. Tou-san ingkar janji lagi!. Padahal kemarin lusa, Tou-san janji hari ini akan mengajakku pergi berdua saja. Tapi ya mau bagaimana lagi sih, Tou-san pemilik Yukihira Corp. yang tersebar di seluruh Jepang sih. Jadi Tou-san harus siap jika harus pergi ke salah satu kota untuk mengurusi usahanya itu.

Aku jadi kangen dengan Nii-chan. Dulu kalau Tou-san pergi kerja, Nii-chan selalu mengajakku bermain. Sekarang? Boro-boro main, ketemu aja susah. Andai aja Nii-chan dulu nggak sekolah di Gakuen Alice itu, aku pasti nggak kesepian kaya gini.

"Sayang? kok diam?" tanya Kaa-san sambil membelai lembut puncak kepalaku.

"Uhm? Nggak apa-apa kok Kaa-san ... Hari ini Kaa-san jadi pergi ke rumah teman Kaa-san yang di kota sebelah itu?" tanyaku sambil memandang wajah Kaa-san yang masih cantik.

"Ne~, maaf ya sayang ... Kaa-san sudah terlanjur janji dengan teman Kaa-san itu ... Atau kamu mau ikut Kaa-san?" tawar Kaa-san sambil memandang wajahku.

Aku menggeleng.

"Nggak deh Kaa-san, aku nggak mau ... abisnya nanti di sana cuma isinya orang tua-tua seumuran Kaa-san" ledekku pada Kaa-san yang hanya tersenyum geli.

"Kaa-san nggak setua itu lagi" sahutnya sambil menyubit ke dua pipiku. "Nanti kalau kamu mau pergi, minta antar orang rumah ya? jangan pergi sendiri lho" ujar Kaa-san mengingatkan.

"Iya iya, aku ngerti kok Kaa-san ... lagian kan aku udah besar! jadi aku Kaa-san bisa percaya padaku!" seruku sambil menepuk dadaku.

"Yaudah, kalau gitu Kaa-san berangkat sekarang ya? satu jam lagi Kaa-san udah harus ada di sana ... oya, Kaa-san udah bilangkan kalau Kaa-san bakal menginap di sana?" tanya Kaa-san sambil mengambil tas tangannya yang berada di meja makan.

"Ha? Nginap?" seruku kaget. Kaa-san mengangguk.

"Uh, belum sih ... tapi nggak apa-apa kok Kaa-san ... udah Kaa-san pergi sana .. bye Kaa-san!" ujarku sambil mendorong tubuh Kaa-san keluar ruang makan.

Kaa-san tersenyum, kemudian beliau berjalan keluar sambil melambaikan tangannya.

Nah, sekarang aku sendirian di rumah (walau aslinya ada banyak pelayan, sopir, dan security yang selalu menjaga rumahku). Enaknya ngapain ya? uhm, lebih baik aku makan dulu deh. Kubuka tudung makanan dan yang ku dapati hanya berbagai macam roti dan selai. Ku ambil dua potong roti. Kemudian aku membuka kulkas mencari minuman, ku ambil sebotol penuh susu dan gelas. Segera ku bawa tiga barang itu ke kamarku.

Di dalam kamar, aku bingung harus melakukan apa sekarang. Ku lihat laptopku di meja belajar, segera ku hampiri dan ku nyalakan. Selama menunggu loading, aku memakan habis rotiku. Setelah laptopku benar-benar menyala kusambungkan pada internet dan segera aku log in pada akun MSN ku.

Setelah aku berhasil log in tiba-tiba ada pemberitahuan seseorang mengirim permintaan pertemanan. Ku lihat nicknamenya, crimsonfirex. Crimson? aku merasa mengenalnya, tapi siapa?. Segera ku terima permintaan pertemanan itu.

Tiba-tiba muncul sebuah jendela menandakan ada chat yang masuk.

crimsonfirex : hai, lady

Ha? kenapa dia memanggilku 'lady'? segera ku ketik balasannya.

purehazel01 : lady?

purehazel01 : kenapa kau memanggilku lady?

purehazel01 : maaf, ini siapa ya?

Dia tak segera menjawab, apa dia sedang menimbang-nimbang sesuatu?

crimsonfirex: kau lupa padaku?

crimsonfirex : padahal semalam kau yang menyuruhku mengirim permintaan pertemanan padamu

Oh ya? sepertinya aku makin hari makin pikun saja ... em, semalam siapa yang kuberikan nickname MSN ku ya?. Aku berpikir lama sekali, hingga akhirnya aku ingat si pemilik mata merah itu.

crimsonfirex : apa kau benar-benar melupakanku?

crimsonfirex : hey! jawab lah!

purehazel01 : gomen ne~

purehazel01 : aku tadi lupa padamu, tuan crimson

purehazel01 : ah, arigatou sudah memenuhi permintaanku kemarin

purehazel01 : :)

crimsonfirex : ah, tak apa

crimsonfirex : kau tak pergi ke sekolah?

crimsonfirex : kau membolos ya?

crimsonfirex : :p

purehazel01 : aku?

purehazel01 : membolos?

purehazel01 : tidak pernah aku memiliki sejarah 'membolos' dalam hidupku

purehazel01 : hahaha

crimsonfirex : lantas?

purehazel01 : tuan crimson, apa kau berlagak bodoh?

purehazel01 : kalau aku tak membolos itu artinya hari ini aku libur

purehazel01 : kau sendiri?

purehazel01 : kau pasti membolos ya?

purehazel01 : mengakulah

purehazel01 : :p

crimsonfirex : kau membalikkan kata-kataku!

crimsonfirex : tidak, sama sepertimu

crimsonfirex : hari sabtu sekolahku libur

crimsonfirex : apa kau lupa tentang itu?

purehazel01 : ah ya!

purehazel01 : aku lupa, kalau Nii-chan pernah bilang sekolah kalian libur di hari sabtu dan minggu

crimsonfirex : dasar pikun

crimsonfirex : hahaha

purehazel01 : kau mengejekku ya?

purehazel01 : dasar tuan Crimson yang menyebalkan

crimsonfirex : hahaha

crimsonfirex : kenapa kau tak masuk ke sekolahku saja?

crimsonfirex : ku pikir itu dapat mengurangi kesepianmu

purehazel01 : tau dari mana kau kalau aku kesepian?

purehazel01 : sok tau kau

crimsonfirex : aku tau lho

crimsonfirex : kau sekarang sedang sendirian di rumah kan?

crimsonfirex : hahaha

purehazel01 : ok ok

purehazel01 : sepertinya aku sekarang sedang chat dengan cenayang deh

purehazel01 : haha

crimsonfirex : kau mengejekku? lady hazel?

purehazel01 : haha

purehazel01 : kau membalik kata-kataku

crimsonfirex : oh, ayolah

crimsonfirex : kau tadi juga membalik kata-kataku

crimsonfirex : jadi kedudukan kita 1 sama

crismonfirex : hahaha

purehazel01 : well, terserah kau saja

crimsonfirex : kau marah, hazel?

purehazel01 : tidak tidak

crimsonfirex : lantas?

purehazel01 : aku tak apa, aku tak apa

crimsonfirex : uhm, baiklah

crimsonfirex : hey, jika kau sedang bad mood cobalah pergi keluar

purehazel01 : kemana?

crimsonfirex : aku tak tau

purehazel01 : =_="

crimsonfirex : hahaha

crimsonfirex : ya kemana gitu kek

crimsonfirex : mall misalnya

purehazel01 : aku tak suka ke mall

crimsonfirex : restoran?

purehazel01 : jika aku sendiri, itu membosankan

crimsonfirex : rumah teman?

purehazel01 : teman-temanku pasti sedang keluar dengan pacar mereka

crimsonfirex : kalau begitu, kenapa kau juga tak keluar dengan pacarmu saja?

purehazel01 : aku tak punya pacar, bodoh!

crimsonfirex : oh, susah sekali

crimsonfirex : apa kau tak mempunyai tempat favorit?

purehazel01 : ada sih

crimsonfirex : kalau begitu, kau ke sana saja!

purehazel01 : tapi kalau aku ke sana sendirian, itu sangat sangat membosankan

crimsonfirex : memangnya tempat apa itu?

purehazel01 : kau telah menyebutkannya tadi

crimsonfirex : restoran?

purehazel01 : benar

crimsonfirex : ha?

crimsonfirex : kau suka makan?

purehazel01 : tidak juga

crimsonfirex : kalau begitu, ku temani kau mengobrol saja

crimsonfirex : bagaimana?

purehazel01 : uhm, not bad

purehazel01 : haha

Aku dan Crimson mengobrol banyak hal, hingga kami lupa waktu. Akhirnya kami terpaksa memutus pembicaraan itu saat matahari akan menenggelamkan dirinya di ufuk barat. Aku merasa senang bisa mengobrol dengannya. Tapi entah kenapa rasa senang ini berbeda dengan rasa senang yang pernah ku rasakan. Aku tak tahu apa artinya. Mungkin suatu hari aku akan tahu arti dari semua ini.

-TBC-


hua huaaaaa *nangis gaje*

maaf minna-san

chapter yang ke dua ini lagi-lagi pendek

saya lagi ke abisan ide sih

DX

saya merasa kok kalo di chapter ini terasa garing kress kress :p (paan yg garis kress kress? ==")

itu gara-gara saya ke pikiran Fanfic saya yang laen sih *alesan*

*pundung di pojokan*

tapi saya janji chapter selanjutnya bakal bagus! *teriak-teriak gaje*

eh, ngomong-ngomong ada yang tau tanggal dan bulan berapa Natsume lahir nggak?

kalo tau beri tau saya ya!

arigatou!

nantikan lanjutannya di chapter selanjutnya!

REVIEW please?

FF Gakuen Alice - Dia - Pesta Topeng (1)

Untuk pertama kalinya saya membuat fanfic Gakuen Alice~! XD

Maaf kalo jelek *nunduk-nunduk*

Selamat membaca! XD


Pemeran : Tokoh-tokoh Gakuen Alice (Alice Academy)

Disclaimer : Saya! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* saya yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D

Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* niatnya sih Romance, tapi kaya'nya jadinya bukan Romance deh *pundung*

Summary : Saat mereka bertatap muka secara langsung untuk ke dua kalinya. "Kau!" seru ke duanya sambil saling menunjuk.

Pesta Topeng


Natsume pov

Malam ini entah mengapa aku sudah berada di sini, di tengah hiruk pikuk lautan manusia. Aku tak tau apa yang menarik hatiku sehingga aku tertarik untuk mengikuti pesta topeng ini. Sudah berkali-kali aku di tatap oleh cewek - cewek yang lewat di hadapanku, ku lihat tercetak ekspresi kagum di wajah mereka. Tapi aku terlalu cuek, tak ku perdulikan mereka. Lama-lama aku bosan juga dengan tatapan mereka, akhirnya aku memilih memanjat salah satu dahan pohon yang daunnya lebat. Ku pikir tidur di atas sini bukan ide yang buruk. Ku lepas topeng yang hanya menutupi sekitar mataku itu, dan aku membaringkan tubuhku mencoba untuk tidur.

Aku tak tahu sudah berapa lama aku berada di atas sini, yang pasti dari sekian waktu itu aku tak sempat memejamkan mata barang sedetik pun. Aku tak tahu kenapa tiba-tiba kedua kelopak mataku tak mau menuruti perintahku. Aku mencoba duduk sambil bersandar pada batang pohon yang besar ini, ku coba untuk memandang ke arah pesta yang sedang berlangsung itu hitung-hitung cuci mata lah.

Ku lihat seorang cewek memakai gaun berwarna putih - coklat muda, gaun yang ia pakai tak terlalu mencolok mungkin karena di pesta ini semua memakai pakaian yang berbeda kali ya?. Aku tak tahu kenapa sekolah kali ini berbaik hati memperbolehkan semuanya memakai pakaian yang berbeda di pesta ini, padahal di pesta-pesta yang lain saja pakaian kami seragam. Ah ya, cewek tadi tengah berada di dekat meja tempat makanan berada, dia terlihat bingung dan berkali-kali iya menoleh ke sana ke mari. Uhm, siapa dia? menarik, akan ku sapa dia. Aku memakai topengku lagi dan segera meloncat turun. Aku berjalan mendekatinya, sepertinya dia masih tak menyadari ke beradaanku.

Aku sudah berada di dekatnya, ku hentikan langkahku. Sekarang, apa yang harus aku lakukan? tak mungkin aku menyapanya langsung sekarang. Uhm, aku akan berpura-pura akan mengambil makanan atau minuman yang sama agar tangannya dan tanganku tak sengaja bertemu. Uhm, tak terlalu buruk. Ah, diam akan mengambil minuman itu, baiklah. Ku ulurkan tanganku mencoba mengambil minuman yang sama. Dengan sukses tangan ku menyentuh telapak tangannya. Ah, dia menoleh padaku.

"Maaf ..." ujarku spontan.

Hey! Aku tak pernah mengucapkan kata ini pada siapa pun selain pada sahabat dan keluargaku, itu pun saat aku terdesak. Kenapa tadi aku mengucapkan kata itu padanya yang belum aku kenal? ah, aku tak tahu.

Cewek itu memandang wajahku, kemudian ia terkikik. Kenapa dia terkikik begitu? apa ada yang lucu?.

"Tidak tidak, aku yang harusnya minta maaf" ujarnya seraya tersenyum. Entah mengapa senyumnya itu dapat menggetarkan hatiku.

"Ah, terserah kau saja" sahutku sambil membuang muka. Sudut-sudut bibirku terangkat, aku tersenyum!.

"Hey, kau murid sini?" tanyanya sambil melihat wajahku.

"Yeah, kalau aku bukan murid sini tak mungkin aku berada di sini ... sedangkan kau? kau dari kelas mana? aku tak pernah merasa bertemu denganmu, kurasa..." ujarku sambil memandang wajahnya.

Lagi-lagi dia terkikik.

"Tidak tidak ... aku bukan murid sini ... "

Aku kaget, segera ku potong perkataannya.

"Lalu kalau kau bukan murid sini, kenapa kau bisa berada di sini?" tanyaku lagi.

"Makanya itu jangan potong omonganku, aku tadi mau menjelaskannya" ujarnya sambil lagi-lagi terkikik geli. "Aku ke sini menemani ke dua orang tua ku, mereka dulu alumni sini ... seharusnya aku murid sini sih, tapi dulu aku menolak untuk masuk ke sekolah ini ... kau kan pasti tau kalau masuk ke sini berarti harus siap berpisah dengan keluarga hingga lulus SMA ... singkatnya aku masih belum siap" ujarnya panjang lebar.

Ah, aku lupa, ini kan pesta reunian dan pesta yang hanya untuk mengumpulkan para alumni atau yang masih bersekolah di sini. Aku melihat topeng yang ia kenakan. Sederhana, berwarna cekolat gelap dan hanya ada bulu-bulu putih yang melapisi tepinya dan juga beberapa intan di sudutnya.

"Pantas saja topengmu berbeda dengan yang lain" ujarku sambil mengerlingkan kepala ku ke arah segerombolan murid lain yang berada di belakangku.

"Oh, pantas saja topeng kalian hampir sama!" serunya sambil mengamati topengku. "Uhm, kurasa topeng itu cocok dengan matamu" ujarnya lagi sambil memandang lurus ke arah mataku.

Aku mengingat warna topengku, hitam dengan sedikit warna merah marun, pantas saja dia mengatakan cocok dengan mataku yang berwarna merah ini.

"Ah, yeah ... ku rasa juga begitu" ujarku sambil membuang muka.

"Ah~! musik ini ... it's time to dance!" serunya sambil menoleh ke sana ke mari, sepertinya mencari seseorang.

"Kau mencari siapa?" tanyaku. Entah kenapa pada gadis ini, aku ingin tau apa saja tentangnya.

"Aku mencari orang tuaku, atau mungkin kakakku ... aku ingin berdansa dengan salah satu dari mereka ..." jawabnya dengam masih memandnag ke sekitar kami.

Aku memutar bola mata ku. Uhm, kenapa tak ku ajak dia berdansa saja? baiklah.

"Nah, lady ... mau kah kau berdansa denganku?" ujarku pelan sambil menyodorkan telapak tangan kananku.

Ku lihat dia kaget. Kemudian ia terkikik tuk kesekian kalinya. Ia menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, dengan senang hati tuan" ujar sambil mengangkat gaun di bagian sampingnya, kemudian ia letakkan telapak tangannya di atas tanganku.

Ku ajak dia turun ke lantai dansa. Uhm, itu bukan lantai dansa sungguhan, karena ini aslinya hanya tanah yang berselimutkan rumput. Tapi mau bagaimana lagi? Pesta di adakan di hamparan taman yang luas, jadi mau tak mau jika berdansa ya di atas rumput.

Kami berdua berdansa di antara orang-orang yang tak kami kenal. Ia tertawa, terlihat sangat bahagia. Lagi-lagi sudut-sudut bibirku terangkat, dengan sukses cewek itu dapat membuatku tersenyum!.

Kami tak tau sudah berapa lama kami berdansa berdua, tapi menurutku itu baru sebentar. Tiba-tiba dia memandang arloji yang ia pakai, Ia terbelalak melihat jarum arlojinya. I memandangku.

"Kau punya akun MSN?" tanyanya sambil tersenyum.

Aku tak mengerti kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu padaku, tapi akhirnya ku jawab saja dengan anggukan kepala.

"Uhm, kau punya bolpoint?" tanyanya lagi.

Aku menggeleng. Tiba-tiba aku ingat ada banyak bolpoint dan kertas yang di sediakan sekolah di suatu meja.

"Kalau kau membutuhkannya, di sana ada benda yang kau cari" kataku sambil menunjuk sebuah meja kecil yang dekat dengan segerombolan teman-teman sekelasku.

Dengan segera ia pergi menuju meja itu. Di ambilnya sebuah bolpoint dan kertas, dan ia menulis sesuatu di kertas itu. Aku menghampirinya. Dia menoleh padaku, lagi-lagi ia tersenyum. Dia menaruh kertas itu pada tanganku.

"Ini, kirimlah permintaan pertemanan ke MSN ku ini ... aku harus pergi sekarang, keluargaku sudah menunggu ... sampai jumpa lagi ... " dia melihat mataku sekilas. "Tuan Crimson" lanjutnya sambil terkikik.

Ia berlari kecil menjauh dariku. Ku pandangi tubuhnya hingga tak terlihat olehku. Tiba-tiba bahuku di tepuk seseorang, aku menoleh dan ku lihat sahabatku yang menepuk pundakku.

"Ada apa?" tanyaku sebiasa mungkin.

"Itu tadi siapa? temanmu?" tanyanya sambil memainkan telinga seekor kelinci yang ada di gendongannya.

Aku mengangkat bahu, dan kemudian aku berjalan menuju arah Asrama.

"Aku ingin tidur, aku bosan di sini terus" ujarku pada sahabatku itu.

Aku tak mendengar jawaban dari mulutnya, sudahlah pasti dia akan memaklumi tingkahku ini. Ku lihat kertas yang masih berada di tanganku itu. tertulis 'purehazel01'. Hazel? itu mengingatkan aku pada warna rambut dan bola matanya. Uhm, Hazel.

-TBC-


Maaf kalo pendek~ *nunduk-nunduk*

Untuk kelanjutannya ...

Tunggu chapter selanjutnya ya!

REVIEW please?

Saat 4 Dunia Anime Bersatu - Chapter 2

Bel telah berbunyi 10 menit yang lalu, tapi kelas 11-S a.k.a Akatsuki masih ramai lantaran wali kelas mereka yang harusnya mengajar mereka sekarang malah tak kunjung datang. Deidara masih seperti beberapa saat yang lalu, memandang ke pemandangan di luar kelas sambil mengerutkan kening dan masih juga berwajah pucat. Dan para Akatsuki yang lain duduk di bangku masing-masing sambil mengobrol satu sama lain, kecuali Tobi yang harus di rawat inap *?* di UKS. Tiba-tiba Zetsu yang duduk di dekat pintu kelas menyadari ke datangan wali kelas tercinta mereka, Narumi-sensei yang lebih akrab di panggil Naru oleh anak didiknya.
"He, Hey! si Naru udah dateng tuh!!" seru Zetsu mengingatkan teman-temannya. Serentak seisi kelas menjadi sedikit lebih tenang (nyatanya tetap saja ramai kaya pasar ==").
Pintu di buka (dobrak) oleh sesosok lelaki dewasa yang berambut pirang, senyum terukir di wajahnya. Orang itu, Naru segera melangkahkan kakinya memasuki kelas ia berhenti tepat di tengah-tengah depan papan tulis.
"Ehem, Ohayou minna-san~!!" sapa Naru dengan tak lupa menggunakan toa ke banggaannya.
Seisi kelas diam sambil menutup telinga mereka masing-masing, tak ada yang berminat untuk membalas sapaan wali kelas mereka itu. Sebagian dari mereka ada juga yang lupa menutup telinga mereka, sehingga mereka mencaci maki si Naru dalam hati mereka.
"Heh, banci!! kalau di kelas jangan teriak-teriak donk!!" seru Itachi sebal. Naru yang mendengar ocehannya hanya tersenyum, dan terlihat samar-samar otot di dahinya berkedut.
"Eh, Chi! Kau kan juga banci kaya si Naru!" sahut Kisame mengingatkannya.
"Apa katamu?!? Jangan samakan aku sama si banci perempatan itu!" ujar Itachi sewot, dan dia berkata sambil menunjuk-nunjuk Naru (nih orang cari mati kali ==").
"Apaan sih pake nyebut-nyebut banci segala?? Manggil aku ya??" sahut Orochi yang merasa dirinya di sebut-sebut oleh teman-temannya itu.
"Apa kau?!? Aku nggak manggil kamu, Orochi! Sok eksis kamu! Dasar banci TL!!" seru Itachi berapi-api.
"TL apaan, Chi??" tanya Konan sambil mencolek-colek bahu Itachi.
"TL tuh Taman Lawang, Nan ... Tempatnya banci ngumpul!" ujar Itachi ke Konan (buset dah, tahu dari mana Itachi tentang TL?? ==").
"Eh, tuh kan tempat eke kalo malem... tahu dari mane yey tuh tempat?? Yey ngebuntutin eke ya??" tanya Orochi sambil mengeluarkan gaya banci TL nya.
"Si Itachi kan doyan tempat yang kaya gitu, Orochi!" sahut Pein sambil ketawa ngakak. Naru yang menjadi sebab akibat pembicaraan itu hanya diam sambil tersenyum, dan terlihat dengan jelas banyak perempatan yang tercetak di dahinya.
"Psst, si Naru ngamuk tuh!" bisik Kakuzu pada teman-temannya, dan ajaibnya bisikkan itu dapat didengar semua yang berada di kelas itu (padahal pelaaan banget suaranya).
"Kalian udah selesai mengobrolnya anak-anak??" tanya Naru sambil menekan setiap kata yang ia ucapkan.
"Mampus deh!" batin semuanya, kecuali Deidara dan Sasori yang dari tadi hanya diam saja.
"Jasin-sama!! Tolong aku!!" jerit batin Hidan.
"Karena hari ini adalah hari yang spesial, saya tak ingin menodai hari ini dengan pertumpahan darah" ujar Naru sambil memelototi anak didiknya satu persatu.
"Fiuh~ selamat selamat" batin mereka lagi, dan lagi-lagi kecuali Deidara dan Sasori.
"Nah, hari ini ada kabar gembira... Dan kaya nya kalian udah tau kabar apa itu" ujar Naru sambil melirik Itachi.
"Hari ini kalian akan mendapat beberapa teman baru ... nah, ke sini kalian semua yang ada di luar" ujar Naru sambil menyuruh mereka mendekatinya dengan isyarat tangannya.
Pertama yang masuk adalah cewek berambut coklat kemerahan dan memiliki body yang dapat membuat para lelaki tergoda. Kemudian seorang cewek cebol (*author di bunuh*) yang memiliki mata yang berwarna ungu. Lalu seorang cowok berambut jeruk. Kemudian cowok berambut gelap dan ikal yang wajah di tekuk. Lalu seorang cewek yang lagi-lagi pendek (*author di sabit*) yang memiliki rambut yang panjang. Kemudian cowok yang memiliki rambut pirang dan badannya sedikit pendek (*author di pelototi*). Lalu (readers : dari tadi 'kemudian' ama 'lalu' aja! *sewot*) cowok bermata crimson yang berwajah seram. Kemudian cewek berambut pendek dan berwarna gelap. Lalu~ cowok berambut pirang (lagi) yang membawa kelinci (kok nggak kena marah ya? kan bawa binatang tuh *author di bekap*). Dan yang terakhir~ cewek berambut panjang tergerai yang berwarna hazel (fiuh~ akhirnya selesai *author di tendang*).
"Karena mereka ada banyak sekali, jadi kenalannya nanti saja ... Nah, kalian semua ... Silakan mencari bangku sendiri-sendiri, karena di sini hanya ada 11 orang tolol sebelumnya ... jadi kalian boleh memilih tempat duduk kalian sendiri ... Oya, jam pelajaran saya, kalian belajar sendiri-sendiri ya ... Sampai jumpa~!" seru Naru dan kemudian ia pergi meninggalkan kelas dengan di antar oleh pelototan Akatsuki.
Para anak baru kemudian mulai memandang ke segala penjuru kelas untuk mencari bangku yang menurut meraka nyaman. Rukia dengan santai berjalan menuju bangku yang berada di belakang bangku Konan. Inoue memandang Ichigo.
"Ku, Kurosaki-san ... kau, kau mau duduk di mana?" tanya Inoue dengan sedikit tersipu-sipu.
"Uhm, aku duduk di sebelah si pendek aja" ujar Ichigo sambil berjalan menuju bangku di samping Rukia. Rukia, Alice, dan Oz yang mendengar kata 'pendek' keluar dari mulut Ichigo segera naik pitam.
"Kau tadi bilang apa jeruk!?" seru Rukia sambil bangkit dari bangkunya.
"He! Kau rambut jeruk! Ulangi kata-katamu tadi kalau kau berani" sahut Alice sambil menarik kerah kemeja Ichigo.
"Rambut jeruk yang menyebalkan!" ujar Oz dengan evil smile nya dan ia kemudian memegang sabit milik Alice yang telah ia keluarkan.
"He?!" lengking Ichigo ngeri. Serentak mereka bertiga segera mengeroyok Ichigo yang malang (kasian kau Ichigo).
"Hey kau gadis manis, mau kah kau duduk di belakangku sini?" tanya Pein pada Inoue dengan wajah mesumnya.
"Pein, kau lihat apaan?!?" tanya Konan sembari menjewer telinga Pein.
Inoue yang merasa risih pun segera mencari tempat duduk, dan akhrinya ia memilih duduk di bangku nomer dua dari belakang dan nomer dua dari sebelah kiri. Kemudian tiba-tiba ada seseorang yang duduk di bangku sebelah kiri Inoue. Inoue memerhatikannya, orang itu yang merasa di perhatikan kemudian menoleh ke Inoue.
"Eh, hai" sapanya sambil tersenyum lembut. Inoue tiba-tiba tersipu-sipu (hubungan lain anime nih!! saya tak merestuinya!! *teriak-teriak gaje*).
Di depan sana, Mikan celingak-celinguk melihat adegan di depan matanya. Tiba-tiba ia melihat Deidara yang tengah menekuk wajahnya, Deidara yang merasa di liati pun membuang muka.
"Aaahh~!! Dei-nee!!" seru Mikan sambil menunjuk Deidara.
"Mampus aku!!" teriak Deidara dalam batinnya.
Hotaru yang mendengar teriakkan Mikan pun mengikuti arah tunjukkan Mikan, dan dengan sempurna mulutnya membentuk huruf 'O'. Natsume dan Luca -Ruka- memandang Deidara dengan tatapan bertanya-tanya. Mikan segera mendekati Deidara dengan para 'dayang-dayang'nya (author di bakar).
"Dei-nee!!" sapa Mikan sembari memeluk tubuh Deidara. Para Akatsuki segera memandang ke arah bangku Deidara. Muka Deidara sukses bertambah pucat dan sengsara.
"Ooh, jadi gara-gara dia toh Deidara jadi kaya gini" batin para Akatsuki, kecuali Deidara dan Tobi.
"Siapa dia?" tanya Natsume sedikit kesal.
"Saudara sepupunya Mikan yang beberapa tahun lalu tinggal di Korea Selatan" jawab Hotaru. Hotaru segera duduk di meja sebelah kiri Konan dan di sebelah kanan Deidara (tapi terhalang satu bangku di antara mereka).
"Ah, aku akan duduk di sebelah Dei-nee ya!?" seru Mikan sambil mendekati bangku yang kosong yang memisahkan Hotaru dan Deidara.
"Kami-sama!! Tolong aku!!" seru Deidara sambil menangis di dalam batinnnya.
"Nggak boleh! Kau nggak boleh duduk di sampingku Mikan!" perintah Hotaru kejam.
"Bagus Hotaru!! Jangan boleh Mikan duduk di sana!!" teriak Deidara dalam batinnya.
"Hotaru jahat! kalau gitu aku duduk di belakang Dei-chan saja ya!?" seru Mikan lagi.
"Itu tempat Oz.." ujar Gil -Gilbert- pendek.
"Kalau gitu di sampingnya deh!" rengek Mikan.
"Itu tempatku!" seru Alice yang telah puas menyiksa Ichigo.
Mikan memandang meja di depan Deidara, ia memasang wajah memelas pada Sasori. Sasori menggelengkan kepalanya dengan cepat. Kemudian Mikan memandang meja di samping Sasori, dan ia melihat Pein di samping bangku itu. Mikan ngeri membayangkan wajah mesum Pein.
"Ayolah Hotaru, biarkan aku duduk di sampingmu dan di samping Dei-nee" rengek Mikan pada Hotaru. Akatsuki yang melihat kejadian itu dari awal segera sweatdrop dengan sukses.
"Nih anak manja bener sih??" batin Akatsuki.
"Sekali tidak ya tidak" ucap Hotaru yang masih kukuh dengan perkataannya.
Kemudian Mikan memandang bangku di samping Pein.
"Ka, kalau gitu ... aku duduk di sana aja!" ujar Mikan sambil mendekati Meja itu.
Natsume secara tiba-tiba menarik Mikan dan membawanya ke bangku di deretan belakang sendiri.
"Duduk di situ!" perintah Natsume sambil menunjuk bangku yang berada dua bangku di belakang Rukia.
Mikan dengan malas duduk di bangku yang di tunjuk oleh Natsume itu, sedangkan Natsume duduk di sebelah kiri nya. Luca yang dari tadi hanya diam, segera duduk di bangku belakang pojok kanan a.k.a sebelah kanan Mikan (kasian kau Luca, kau harus duduk di pojok gitu *nangis*).
Sasori membalikkan badannya menghadap Deidara.
"Dei, tuh tadi siapa sih??" tanya Sasori sambil mengerling ke arah Mikan.
"Sepupuku yang berisiknya minta ampun" jawab Deidara singkat sambil menghembuskan nafas.
"Oh, gitu" gumam Sasori.
"Kenapa? Kau berminat dengannya??" tanya Deidara sambil memandang temannya itu.
"Ehm? Nggak, nggak kok" sahut Sasori cepat. "Kan udah ada kamu" lanjut Sasori dalam hatinya.
"Kalau kau mau juga nggak apa-apa kok" ujar Deidara sambil memandang Mikan sekilas.
"Siapa bilang aku mau sama dia?! Orang di hatiku udah ada seseorang kok!" jawab Sasori cepat, mukanya memerah.
"Huh? Benarkah? Siapa? Apa aku mengenalnya?" tanya Deidara penasaran.
"Di, dia .... " Sasori memainkan jari telunjuknya dengan wajah merah padam seperti Hinata Hyuuga.
"Siapa??" tuntut Deidara semakin mendesak.
"Di, di, dia ... dia ... dia i, itu ... dia itu ..."



-TBC-



Apakah Sasori akan mengatakannya?!?
Apakah Deidara menyukai Sasori seperti Sasori menyukai dirinya???
Kenapa Mikan tak di sukai Deidara?!?
Bagaimana kelanjutan kelas Akatsuki yang sudah bercampur dengan tokoh-tokoh Anime lain???
lihatlah chapter selanjutnya!! XD

Saat Empat Dunia Anime Bersatu

"Kenapa 'dia' bisa berada di sini?!?" "Jangan tinggalkan aku..." "Dasar bodoh! Kau membuatku ingin tertawa dan menangis saja!" "Perasaan apa ini?" "Ku tantang kau!" "Dia pergi, tinggalkan aku. Bigini ya rasanya patah hati? hiks" "Kau cantik sekali..." "Kau tak boleh bersamanya!" "Jangan bercanda kau, baka!"

-------------------------------------------------------------------------------------


Di suatu pagi yang cerah, tepatnya di sebuah lorong sekolah yang menyambungkan antara asrama dengan ruang makan.
"Ohayou senpai~" teriak seorang cowok autis di telinga seorang cewek blonde
Cewek blonde itu yang saat itu berjalan tiba-tiba meloncat karena kaget. "TOBI~!! kamu jangan menganggetkan aku lagi!! kan aku sudah pernah bilang seperti itu padamu!!" cercah cewek itu, Deidara. Dalam seketika semua siswa dan siswi yang berada di sekitar mereka pun memandangi mereka berdua.
"Tobi anak baik! Tobi kan cuma ingin memberi ucapan selamat pagi pada Deidara-senpai!" bela Tobi sambil mengemut permen lollipopnya.
"Tapi jangan begitu caranya bego!! telinga aku jadi sakit!!" jerit Deidara geram.
"Kalau sakit di bawa ke dokter aja senpai" ujar Tobi menganjurkan.
"Hah! kamu aja yang akan aku buat untuk pergi ke dokter!!" teriak Deidara sembari berjalan mendekati Tobi. Aura hitam keluar dari tubuh Deidara.
"Tobi anak baik senpai!! jangan pukul Tobi!! karena Tobi anak baik~!!" lengking Tobi sembari berlari menjauhi Deidara. Deidara mengambil ancang-ancang untuk mengejar Tobi tapi tertahan karena ada seseorang yang menepuk bahunya.
"Dei-nee-chan!" sapa seorang cowok blonde yang lebih muda darinya.
Deidara menoleh. "Naruto, ada apa?" tanya Deidara sembari menatap adiknya itu.
Naruto menggeleng. "Tak ada apa-apa, aku hanya ingin menyapa Dei-nee-chan saja" ujar Naruto sembari memberikan cengiran khasnya.
"Oooh, itu aja?" tanya Deidara sembari memasang tampang bosan.
"Uhm" Naruto tiba-tiba melihat temannya yang berambut pantat ayam melambaikan tangan padanya. "Ah! aku harus pergi! bye-bye Dei-nee-chan!!" celoteh Naruto sembari berlari menjauhi Deidara.
Deidara hanya ber'hm' ria, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling lorong mencari mangsanya yang kabur tadi. "Ck, anak autis itu udah pergi" runtuk Deidara sebal.
Deidara pun kembali meneruskan perjalanannya, tapi dengan menghentakkan kakinya dan sesekali mengerucutkan bibirnya. "Pagi-pagi gini moodku udah jelek... huh, nggak asyik!" dumel Deidara sembari mengayun-ayunkan tas sekolahnya.
Saat sampai di ruang makan, Deidara celingak celinguk mencari salah satu temannya yang barangkali sudah duduk manis di salah satu kursi. Nihil, ternyata teman-teman Deidara tak ada di sana. Deidara menghelai nafas, kemudian ia berjalan menuju salah satu bangku yang berada di dekat jelndela. Ia memandang makanan yang berada di depan matanya dengan tak berselera, tapi karena sejak semalam ia belum makan akhirnya dengan enggan Deidara mengambil sebuah roti dan dua buah sosis panggang. Diberinya saus sambal dan mayonaise ke dua sosis itu, dan di makannya. "Hm, enak juga" pikirnya sembari mengunyahnya. Tiba-tiba datang dua cowok yang dengan santai duduk mengapit Deidara.
"Pagi Dei" sapa cowok yang berada di kanan Deidara sembari mengambil dua tangkup roti bakar.
"Hum? yaiyalah sekarang pagi, masa' malem" ujar Deidara sedikit sewot sambil menelan makanan di mulutnya.
"Hahaha, pagi-pagi udah sewot aja... napa Dei? lagi dapet ya?" gurau cowok yang mendapat gelar 'kakek muda' (author di jitak) yang berada di sebelah kiri Deidara.
"Dapet? dapet apaan? duit? bagi-bagi donk Dei!" ujar cowok pertama sambil memakan dengan ganas roti bakarnya.
Deidara yang mendengarnya sweatdrop, sedangkan Itachi secara spontan tertawa tak henti-hentinya. "Baka Kakuzu! pikiranmu duit mulu aja!" omel Deidara sambil menjitak Kakuzu. Kakuzu hanya memasang wajah innocent-nya.
"Ahaha, eh.. kalian tau nggak? katanya hari ini bakal ada anak pindahan besar-besaran di kelas kita" ujar Itachi sambil mengambil onigiri.
"Anak pindahan besar-besaran?" ulang Deidara sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Yoi" jawab Itachi singkat sambil menikmati onigirinya.
"Maksudnya apa, Chi?" tanya Kakuzu sambil menoleh memandang Itachi.
"Maksud aku tuh, nanti bakal ada banyak anak pindahan yang masuk ke kelas kita" jelas Itachi dengan sabar.
"Ha? kok bisa?" tanya Deidara.
"Hn, mungkin karena di kelas kita cuma ada 11 anak aja... jadi, mereka bakal di masukin ke kelas kita yang isinya paling dikit di angkatan kita.. mungkin sih" jawab Itachi sambil mengerutkan kening.
Deidara mengambil segelas jus jeruk, dan meminumnya. "Emang, ada berapa sih anaknya? dua? tiga? atau lima?" tanya Kakuzu lagi.
"Aku sih nggak tau pasti, tapi kalau nggak salah itung sih ada sekitar 10 anak" ujar Itachi sambil berpikir keras.
"Ha?! banyak amat!" seru Deidara dan Kakuzu berbarengan.
Itachi menutup ke dua daun telinganya. "Ya mana aku tau!" gerutu Itachi sebal.
"Emang kau tau dari mana tuh info, Chi? jangan-jangan kau salah dengar lagi" ujar Kakuzu. Deidara mengangguk-angguk mendukung perkataan Kakuzu.
"Yeee, orang aku itung sendiri kok... aku tau dari si Naru waktu dia ngomong sendiri di toilet kemarin, orang dia aja ngegumamin nama-nama anaknya kok" urai Itachi lagi.
"Emang siapa aja namanya??" tanya Kakuzu lagi. Deidara hanya diam sambil meminum minumannya kembali.
"Kalau nggak salah denger sih, Rukia, Inoue, Ichigo, Oz, Alice, Gilbert, Natsume, Hotaru, Mikan, sama Ruka seinget aku" ujar Itachi sambil mengerutkan keningnya lagi.
Deidara menyemburkan minumannya saat Itachi mengucapkan nama yang sudah tak asing lagi baginya. "DIA?!?" teriak Deidara dalam hati. Sesaat wajah Deidara memucat.
Kakuzu dan Itachi memandang Deidara. "Napa Dei? kok mukamu pucat? nggak enak badan?" tanya Kakuzu dan Itachi.
"Eh, ng, nggak.. aku nggak apa-apa" jawab Deidara. Deidara kemudian berdiri. "Ke kelas yuk" ajak Deidara sambil menyampirkan tali tas sekolahnya di bahu kanannya.
Itachi dan Kakuzu berpandang-pandangan. "Yaudah, ayo!" ujar Itachi sambil ikut berdiri. Deidara dan Itachi kemudian berjalan meninggalkan ruang makan. Kakuzu mengambil beberapa onigiri dan roti dengan buru-buru. "Eh! tunggu!" teriak Kakuzu sembari berlari menyusul dua temannya itu.

--------------------------------------------------------------------------------

"Dei-nee-chan!" seru Naruto.
Deidara memperlambat langkahnya, mencari pemilik suara tadi. Naruto berjalan mendekati Deidara.
"Dei-nee! apa kau sudah tau?!?" seru Naruto sambil memandang wajah nee-chan tersayangnya itu (yaiyalah, orang Deidara kakaknya satu-satunya *di bungkam readers*)
"A, apa?? tentang apa?!" tanya Deidara merinding. "Jangan-jangan, tentang tuh anak!" batin Deidara kalut.
"Itu, si 'dia'! kata Ba-san, si 'dia' bakal ke sini hari ini Dei-nee" terang Naruto ceria.
Itachi dan Kakuzu lagi-lagi berpandangan. "Siapa tuh si 'dia' Nar??" tanya Kakuzu penasaran.
"Si 'dia' tuh ..." ucapan Naruto terpotong gara-gara tangan Deidara membungkam mulutnya.
"Kalian nanti juga pasti tau ... oya Naruto, aku udah tau kok kalau dia bakal ke sini ... kalau Ba-san telphone, titipin salam dariku ya ... jaa~" ujar Deidara sambil berjalan meninggalkan Naruto. Itachi dan Kakuzu mengikuti Deidara.
"Si 'dia' siapa sih Dei??" tanya Kakuzu yang masih penasaran.
"Anak yang nyebelin" jawab Deidara singkat, wajahnya memucat lagi.
"He, udah jangan tanya-tanya ... si Dei pucat noh! ntar salah-salah kita malah bisa di cercah ama si baby face loh" bisik Itachi mengingatkan Kakuzu.
"He, bener juga ... yaudah deh" Kakuzu pun diam.
Deidara berjalan dengen sesekali menghentakkan kakinya, dahinya mengerut menandakan ia sedang berpikir keras. Wajah Deidara terlihat memucat, ia juga sesekali meremas kedua tangannya. "Kenapa?! Kenapa anak itu harus pindah ke sini?!? Kami-sama! (tumben nyebut Dei? *di gampar*) Tolong aku!!" jerit Deidara dalam hatinya. Usut punya usut, ternyata Deidara sedang bingung! (readers : udah keliatan kali! ==").
Mereka bertiga telah sampai di depan kelas, dengan segera Deidara memasuki kelasnya kemudian berjalan menuju bangku di belakang yang dekat dengan jendela. Di lemparkannya tas sekolahnya di atas meja dan kemudian ia hempaskan pantatnya di kursi favoritnya itu. Semua teman-teman sekelasnya melihat Deidara yang aura sedang suram itu.
"Hey, Dei-chan kenapa?" tanya Konan pada Itachi dan Kakuzu. Itachi dan Kakuzu hanya mengangkat bahu tanda tak tahu.
Tiba-tiba datang Tobi yang tak tahu situasi langsung berlari-lari keliling kelas smabil meneriakkan motto *?* nya, "TOBI ANAK BAIK~! TOBI ANAK BAIK~! TOBI ANAK BAIK~!!"
Deidara yang melihat mangsanya yang tadi meloloskan diri segera memasang evil smile nya. Ia dekati Tobi dan bisa anda bayangkan apa yang terjadi ....

*BRUAK KREK KRETEK DUAK DUARR CTAR CIIITT BRUK JDUM MEONG GUK HIIIEEE PRANG!*

Setelah menyelesaikan 'tugas'nya, Deidara kembali duduk di bangkunya. Konan dkk sweatdrop, setelah sadar mereka segera mendatangi 'mayat' Tobi.
"Ne~ Tobi, kau tak apa-apa?" tanya Konan sambil jongkok memandangi tubuh Tobi yang tak karuan.
"To, Tobi anak baik Konan-senpai! To, Tobi nggak nggak apa-apa" ujar Tobi terbata. Konan dkk menyerap perkataan Tobi yang sulit di mengerti ini.
"He, buang ke tong sampah di depan aja nih anak" usul Pein.
"Jangan! kita persembahkan saja ke Dewa Jasin!" seru Hidan.
"Bagaimana kalau aku makan aja?" tanya Zetsu.
"Buat makan Julliet, Jullice, Jurinna, ama Juminten aja!" sahut Kisame sembari menyebutkan nama-nama ikan kesayangannya.
"Lebih baik jadi boneka aku aja!" celetuk si baby face, Sasori.
"Kita tukar aja dengan uang?!" usul Kakuzu.
"Kalau buat makan ular-ular ku boleh nggak?" tanya Orochi.
"Kalian itu! cepat bawa dia ke UKS!!" perintah Konan sambil menjitak satu persatu kepala teman-temannya. Serentak Pein, Orochi, dan Zatsu menyeret tubuh berdosa Tobi. Setelah ke empat teman mereka pergi, yang lain segera berkumpul membentuk lingkaran layaknya gadis-gadis yang sedang bergossip-ria (sayangnya mereka cowok semua, kecuali Konan tuh! *author di buang*).
"Hey! Sekarang kita apakan di Dei?" tanya Kisame.
"Kau deketin sana Nan! kau kan cewek, mungkin kalau ama yang sesama cewek Dei mau crita" ujar Hidan (tumben waras nih orang ==").
"Uhm, aku takut baka! Si Dei kalau udah ngamuk tuh sereeemmm~!!" seru Konan sembari menggigil ketakutan.
"Kalau gitu siapa yang akan bersukarela jadi 'tumbal'?" tanya Kakuzu.
"Gimana kalau kamu aja Sas? Kau kan 'cowok'nya!" ujar Itachi sambil menunjuk-nunjuk Sasori.
"He! Aku?! Tidak! Aku tidak bersedia!!" tolak Sasori tegas.
"Uhm, gimana kalau kita biarin aja? Nanti kan Dei bakal balik kaya sebelumnya lagi kan, kaya dulu tuh" sahut Hidan.
Serentak mereka memandang Deidara yang tengah memandang pemandangan di luar sana, tapi mereka tahu kalau Deidara tak menikmatinya kerena ia sedang melamun!. Mereka berpandang-pandangan.
"Baiklah kalau gebitu!" sahut semuanya serempak.
"Eh, ngomong-ngomong kalian udah pada tau nggak info terbaru hari ini??" tanya Itachi sambil memasang wajah bak pembawa acara gossip yang mempunyai gossip terpanas.
"Apaan Chi?? Ada gossip apaan Chi?!" tanya mereka serempak, kecuali Kakuzu. Usut punya usut, ternyata Itachi ada tukang gossip no. 1 di sekolah itu! tak ada gossip satu pun yang tak ia ketahui di sekolah itu.
Itachi pun mulai beraksi, "Gini, nanti itu bakal ada banyak anak pindahan ......" dan bergulirlah kata demi kata dari mulut Itachi.


-TBC-


-------------------------------------------------------------------------------------


Nah! kira-kira, siapa ya yang di maksud si 'dia' oleh Deidara dan Naruto?!?
Apakah Deidara dan Sasori mempunyai suatu hubungan tertentu??
Bagaimana nasib kelas Akatsuki yang akan 'terkontaminasi' oleh orang yang bukan anggota Akatsuki?? akankah menjadi lebih ancur dan nista dari sebelumnya??
Tunggu lah chapter selanjutnya!! XD