Pages

Chapter 4 update!
Hai semua!
Maaf karena lama update
Maklum, Tsu sedang masa hiatus nih #gampared
Tsu belum bilang ya?
Sekarang Tsu sedang masa hiatus untuk author, dan super aktif untuk masa silent-reader #plak
Gomen ya!
Soalnya Tsu sedang di ambang kesetressan nih #curhatdikit
Oya, untuk 'seseorang' yang telah meneror Tsuuntuk kelanjutan fic-fic Tsu "Mana fic kamu itu!" xD
Ah, cukup basa-basinya!
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* Tsu yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* ternyata, waktu Tsu baca ulang genre nih fic rupanya lebih cocok ke humor ya dari pada hurt/comfort? jadinya Tsu ganti deh jadi Romance and Humor :D #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC (cuma 1 kok), etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?
Mikan Sakura Destiny
Bel tanda masuk kelas telah berbunyi 5 menit yang lalu. Kelas Natsume, kelas 2B bagian SMA tengah ramai ocehan siswa-siswi di kelas itu. Tak hanya suara siswi saja yang tengah bergosip di pagi ini, para siswa di kelas itu pun menjadi ikut-ikutan bergerombol dan bergosip ria. Memang apa sih yang tengah mereka gosipkan? Mari kita dengarkan.
"Tadi aku lihat cewek kok!" ujar seorang cowok berambut cepak.
"Bukan! Cowok tau!" sahut seorang cewek yang memakai bando telinga kelinci.
"Nggak! Cewek! Orang jelas-jelas rambutnya panjang gitu!" sahut cowok berambut coklat.
"Cewek ya?" gumam kaum cowok yang pikirannya sudah melayang entah kemana.
Tampak di pojok ruangan yang sedikit jauh dari gerombolan siswa-siswi yang tengah bergosip itu, Natsume duduk manis dengan menompang dagunya. Natsume sedari tadi melihat tingkah laku teman-teman sekelasnya yang menurutnya konyol itu. Wah, kalau teman-teman sekelasmu konyol, kau apa Natsume? Nista kah? Abal kah?
"Hei, anak-anak pada ngomongin apaan sih?" tanya Natsume pada cowok berwajah datar yang duduk di depan bangkunya.
"Hm? Oh itu, katanya sih ada anak baru gitu," jawab Koko singkat. "Rumornya juga sih, si anak baru bakal masuk ke kelas kita ini," tambahnya.
"Anak baru?" gumam Natsume.
Natsume lupa sesaat akan Mii. Tak terpikirkan olehnya jika saudara tirinya itu juga merupakan murid baru di sekolah itu.
"Seperti apa ya?" gumam Natsume lagi.
Tiba-tiba pintu kelas terbuka dan kembali tertutup, seorang lelaki yang memakai pakaian berenda-renda berjalan memasuki kelas. Serentak, siswa-siswi yang sedari tadi tengah bergerombol langsung kembali duduk di kursinya masing-masing.
"Selamat pagi anak-anak!" sapa lelaki yang merupakan seorang guru itu dengan ceria.
"Pagi, Naru!" balas siswa-siswi kelas itu serempak.
Yap, nama guru itu adalah Narumi-sensei yang sering akrab di panggil Naru. Guru ini terlihat sangat ceria setiap saat, dan tingkah lakunya 11-12 dengan orang gila yang terkadang berkeliaran di depan Gakuen Alice.
"Hari ini kalian akan mendapatkan teman baru," ujar Naru dengan senyumnya yang menjijikkan menurut Natsume.
"Cewek?" seru kaum siswa di kelas itu, kecuali Natsume tentunya.
"Atau cowok?" timpal kaum siswi serempak.
"Kalian akan tau sendiri," jawab Naru sambil tersenyum sok misterius. "Masuklah," tambah Naru ke pada seseorang yang berdiri di balik pintu kelas itu.
Pintu lagi-lagi terbuka, nampak seorang cewek dengan rambut sedikit ikal yang di biarkan tergerai. Cewek itu melangkah memasuki kelas, langkahnya sangat anggun dan tegas. Tubuh mungil itu akhirnya berhenti tepat di samping Naru.
"Nah, sekarang perkenalkan dirimu pada teman-teman barumu ini," perintah Naru pada murid baru itu.
Natsume yang sedari tadi melihat murid baru itu langsung melongo dengan tak elitnya. Matanya terbelalak menatap cewek yang tengah berdiri di depan kelas itu.
"Aduh, kenapa aku sampai melupakan tuh anak! Aku lupa kalau dia hari ini juga akan menjadi murid baru di sekolah ini!" gumam Natsume sambil meruntuki dirinya sendiri.
"He? Kau ngomong apa Natsume?" tanya Koko sembari menoleh ke arah Natsume.
"Tak apa-apa," ucap Natsume sembari bersikap cool.
Cewek di depan kelas itu tampak tengah memikirkan sesuatu, alisnya saling bertautan memperlihatkan sekarang ia tengah berpikir keras. Cewek itu memandang seisi kelas. Wajahnya berubah, ia mengulas senyum simpul ke arah teman-teman sekelasnya itu.
"Perkenalkan, namaku Mikan Yu..." suaranya tiba-tiba terhenti, dan lagi-lagi alisnya saling bertautan.
"Mikan Sakura, namaku Mikan Sakura. Panggil saja Mii," lanjutnya.
Tiba-tiba pandangan Mii dan Natsume bertemu. Hanya sedetik, tapi Natsume dapat melihat senyum malaikat Mii berubah menjadi senyum licik yang selalu di perlihatkan padanya. Natsume bergidik, segera di alihkan pandangannya ke arah lain.
"Eh? Bukannya nama marganya Yukihira? Kenapa menjadi Sakura? Kalau dia ganti kan seharusnyakan Hyuuga," pikir Natsume yang baru sadar akan ucapan Mii di depan kelas tadi.
"Salam kenal ya semuanya!" suara Mii yang ceria sedikit ganjil di telinga Natsume.
Natsume kembali mengalihkan pandangannya ke Mii. Mii yang sadar sedang di tatap oleh Natsume pun menoleh, dirinya tersenyum masam, hanya sedetik seperti sebelumnya. Kening Natsume berkerut seperti cucian yang belum di setrika.
"Kenapa ekspresinya seperti itu?"
Hari itu, Natsume memulai harinya dengan penuh tanda tanya di kepalanya. Tapi, tak ada satu pun pertanyaan yang ia kemukakan kepada orang yang ingin ia tanyai itu. Jadi, dia harus bersabar hingga saat itu tiba. Saat, ada di rumah.

Natsume sedang bergelut dengan PSP-nya di sofa saat Mii menginjakkan kakinya di lantai 2 rumah itu. Natsume menoleh, menyadari orang yang di tunggu-tunggunya sedari tadi telah muncul. Natsume melempar PSP-nya asal dan segera berjalan menghampiri Mii.
"Hey Mii!" sapa Natsume.
Mii menoleh ke arah Natsume, satu alisnya terangkat, kepalanya sedikit di miringkan.
"Ada apa?" tanya Mii dingin.
"Aku cuma ingin bertanya saja. Kenapa namamu menjadi Mikan Sakura?" Mii bergidik sesaat saat mendengar namanya di sebut. "Bukannya namamu Mikan Yukihi-"
"Jangan sebut nama itu!" seru Mii dengan intonasi yang mengancam, matanya terbelalak.
"Ok ok. Well, aku cuma mau tanya kenapa margamu menjadi Sakura? Kalau kamu mengganti margamu, bukannya seharusnya menjadi Hyuga?" lanjut Natsume.
Mii mendengus mendengar pertanyaan Natsume, senyum sinis terukir di wajahnya yang polos itu.
"Pertama, kau ingat perjanjian kita, kakak?" tanya Mii sembari menekan kata kakak.
"Jangan panggil aku kakak! Tentu aku ingat, memangnya kenapa?" tanya Natsume balik.
"Kedua, Ioran-san menyanggupi syarat yang aku berikan padanya-"
"Panggil dia, Ayah!" potong Natsume.
Mii menatap Natsume tapat di bola matanya, menyuruhnya untuk diam.
"Ioran-san menyanggupi syarat yang aku berikan padanya. Syarat itu berisi kalau aku tak akan pernah memanggilnya dengan sebutan Ayah atau sebagainya. Dan juga aku tak ingin dia memaksa untuk mengganti margaku menjadi Hyuga."
"Lalu, kenapa kau mengganti margamu?" Natsume mengulangi pertanyaannya.
"Ketiga, isi perjanjianmu denganku KuroNeko. Kau tak ingin semua orang di sekolah mengetahui hubungan kita kan? Sedangkan aku tak ingin memakai nama margaku yang dulu, dan jika aku memakai nama marga Hyuga... Apa kau tau bagaimana reaksi teman-teman?"
Natsume terdiam, menyadari betapa bodohnya pertanyaannya tadi.
"Lalu yang terakhir, isi perjanjian kita. Tak akan bertanya hal-hal privasi kan? Lalu kenapa kau melanggar perjanjianmu sendiri KuroNeko? Tentang nama marga itu merupakanhal privasi bagiku," ujar Mii sembari tersenyum simpul.
Natsume terperanga, ia benar-benar lupa akan isi perjanjian yang ia buat sendiri. Mii beranjak menuju kamarnya, meninggalkan Natsume sendirian yang tengah cengo dengan tampang yang sangat sulit untuk dibayangan teman-teman di sekolahnya.

Mikan melempar tas sekolahnya secara asal. Di hempaskan tubuhnya di kasur dengan perasaan yang campur aduk. Matanya menangkap foto yang berupa foto keluarga, kontan matanya terpejam.
"Tou-san.. Kaa-san.. Kyo," desahnya perlahan.
Sebuah berlian keluar dari bola matanya. Jatuh perlahan, bergulir di pipinya yang selembut sutra.
Mii diam di atas kasur tak bergerak. Sunyi. Sepi. Perlahan-lahan kesadarannya terengut.

Natsume melamun sambil mencacah makanan yang ada di piringnya. Rui yang sedari tadi melihat kelakuan Natsume pun segera menyadarkannya.
"Heh! Itu makanan hasil karya tangan lentikku! Hargain dong!" sungut Rui sebal.
"Hah? A, apa?" sahut Natsume sedikit tergagap.
"Cakep-cakep kok tuli," gerutu Rui makin kesal.
"Aku nggak tuli!" seru Natsume berapi-api. "Tapi emang sih aku cakep," tambahnya dengan kadar narsis yang melebihi Rui ataupun Naru.
"Cakep-cakep narsis," dengus Rui lagi.
"Emang nggak boleh yaaa?"
"Boleh, tapi kadar narsismu sangat sangat menjengkelkan."
"Jangan gitu, kau bilang begitu karena kadar narsis Natsume mengalahkan kadar narsismu kan?" tutur sebuah suara.
Natsume dan Rui kontan menoleh kearah pintu yang mengarah ke ruang tengah.
"Tsubasa!" teriak mereka berbarengan.
"Apa kabar semuanya?" sapa Tsubasa dengan cengiran khasnya.
"Nggak baik karena kedatanganmu," sahut Natsume.
"Sangaaaat baik, Tsubasa-chaaan~" jawab Rui yang tiba-tiba sudah menempel di samping Tsubasa.
"Ckckck, seperti biasa ya," gumam Tsubasa sembari melihat sekeliling dapur.
"Apanya, bayangan?"
"Suasananya lah," jawab Tsubasa dengan muka yang berkata kamu-bego-banget-sih-?.
"Kamu yang bego, bayangan."
"Heh? Ya kamu lah!"
"Bego teriak bego," sahut Rui dengan muka love-lovenya.
"Kamu yang bego, bego!" seru Natsume dan Tsubasa sambil menuding Rui.
"Huaaaa, Tsubasa-chan jahaaaat~" ujar Rui sambil mendramanisirkan suasana (?). "Dan kamu super sadis, Natsume," tambahnya dengan mimik yang dapat membuat sadako di sekolah Natsume menangis meraung-rangung karena wajahnya dikalahkan oleh wajah 'cantik' Rui saat itu.
Tsubasa dan Natsume yang melihat wajah Rui segera berlari ke arah westafel untuk you-know-what. Nafas mereka tersenggal-senggal seperti habis berlari marathon mengelilingi Gakuen Alice dalam waktu 5 menit.
"Rui! Natsume! Kalian berisik sekali sih?" seru sebuah suara dengan nada kesal yang melekat di tiap kata yang terucapkan.
Sesosok perempuan mungil berdiri di tengah pintu dapur yang mengarah ke ruang tengah dengan tangan yang berada di pinggangnya. Kedua alisnya yang tipis saling bertaut. Rambutnya yang terurai kusust masai, seperti pakaian yang dikenakannya.
Tsubasa memandang sosok yang baru saja memasuki dapur itu. Matanya terbelalak.
"Kamu..?" seru Tsubasa sambil menudingkan jari telunjuknya ke arah sosok itu.

Wah, wah, wah
Apa yang bakal terjadi ya?
Tsu sendiri aja nggak tau apa yang bakal terjadi *tertawa nista*
Maaf karena sekarang tiap chap updatenya lama dan isinya pun pendek *pundung*
Ah, sudah lah!
Tunggu chap selanjutnya ya!
REVIEW, please?
Chapter 4 (atau 3? ah, auk dah) UPDATE~!
Sebelumnya terima kasih tak terhingga Tsu berikan pada The Lonely Crimson (udah ganti penname lagi non? ==") yang sudah sukses membuat Tsu ketar ketir untuk memikirkan kelanjutan fic ini + fic Tsu 1 lagi yang terlantarkan (iner : nih! udah puas belom sama chapter ini! *deathglare*) xD
terus makasih buat Icha yukina clyne, Misyel, dan hana 'natsu' phantomhive yang sudah sudi RnR fic Tsu yang nista bin abal ini *bungkuk-bungkuk*
Nah, cukup basa-basinya!
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* Tsu yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* ternyata, waktu Tsu baca ulang genre nih fic rupanya lebih cocok ke humor ya dari pada hurt/comfort? jadinya Tsu ganti deh jadi Romance and Humor :D #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC (cuma 1 kok), etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?
Mikan Sakura Destiny

Normal pov
"Karena... itu karena..."
"RUI! Buatkan aku makanan! Aku lapar!" seru Natsume yang tiba-tiba datang ke dapur.
Rui menghela nafas berat. Dia mengganggu saja, pikir Rui sambil mengangguk.
"Baik, baik! Kau mau makan apa tuanku?" sahut Rui sambil menekan kata 'tuanku'.
"Apa sa- ah, roti itu saja deh!" ujar Natsume sambil memindahkan piring pipih di hadapan Mii ke hadapannya, di samping Mii.
Mii yang baru sadar kalau rotinya diambil, segera mencari siapa yang berani mengambil roti miliknya. Di lihatnya sosok Natsume yang ada di sampingnya tengah menikmati roti miliknya. Alis Mii saling tertaut, dahinya berkedut.
"KURONEKO!" jerit Mii tepat di telinga Natsume. "Itu roti-ku!" tambahnya sembari tetap berteriak di telinga Natsume.
Spontan Natsume memejamkan mata, pikirnya itu dapat mengurangi efeknya. Telinga Natsume seakan-akan tuli tuk sesaat. Beberapa detik kemudian, Natsume tiba-tiba mendeathglare Mii. Dalam sekejap, dapur yang beberapa saat yang lalu damai sejahtera, telah berubah menjadi arena perang bagi kedua makhluk itu. Rui yang menyaksikan kejadian itu tertawa terbahak-bahak.

Keesokan Harinya
Mii tengah duduk di meja makan sembari mengoleskan selai strawberry di rotinya dengan tatapan jengkel. Mulutnya sedari tadi komat-kamit menggerutu tak jelas. Kakinya menyentak-nyentak lantai di bawah kakinya. Natsume yang baru turun dari lantai 2 segera duduk di meja makan untuk sarapan. Natsume yang baru saja duduk di meja makan, segera di sambut oleh gerutuan dari Mii.
"Yaampun, kenapa sih orang kaya sukanya sarapan dengan setangkup roti? Apa mereka nggak lapar? Gila, aku sih mana tahan sarapan hanya dengan setangkup roti begini. Ah, besok-besok aku akan memasak sarapan yang lebih 'layak'!"
Natsume yang mendengarnya hanya bisa geleng-geleng kepala sembari menahan tawanya. Mii yang mendongakkan wajahnya tak sengaja melihat ekspresi wajah Natsume itu.
"Heh! Kenapa kamu, KuroNeko? Ngetawain aku? Enak aja! Pagi-pagi udah ngetawain orang seenak jidatmu! Emang kamu kira, aku ini tontonan gitu? Hah?" cercah Mii sembari menuding Natsume dengan pisau roti yang ia pakai untuk mengoles selai.
Setelah Mii menyelesaikan ucapannya, emosi Natsume naik hingga titik teratas. Alisnya langsung bertautan dan otot didahinya berkedut-kedut. Yaampun, pagi-pagi seperti ini, dua saudara itu akan memulai perang mereka. Yak, kita hanya bisa menyaksikan perang mereka saja.
"Heh, kamu! Cewek kok ngomongnya ceplas ceplos gitu! Dasar cewek nggak tau tata krama!" seru Natsume sambil ikut-ikutan menunjuk Mii dengan menggunakan pisau roti.
"Apa katamu? Kamu sendiri juga ngomong nggak bisa diatur gitu! Lagak selangit! Padahal aslinya... beuh, jangan di tanya deh,"
"Apa, kamu mau bilang apa? Hah?" tantang Natsume yang mulai berapi-api, tangannya menggebrak meja makan untuk menyesuaikan moodnya.
Ups, Natsume. Sepertinya kamu mulai menjadi tahap waspada deh. Sabarlah, tahan ambisimu yang ingin melenyapkan Mii itu. Mungkin, kau tak akan pernah berpikir bahwa dia akan menjadi orang yang sangat mengerti dirimu, dan begitu juga sebaliknya.
"Yang mau aku katakan? Ini nih!" Mii memberikan thumb down pada Natsume.
"WHAT THE HELL?" jerit Natsume histeris sembari membelalakan bola matanya.
"Kenapa histeris gitu? Baru pertama kali dapet kaya gitu ya? Waaaah, kagum-kagum."
Natsume memberikan deathglare terbaiknya ke Mii, mulutnya megap-megap seperti mulut ikan yang dikeluarkan dari air. Mii yang melihat ekspresi Natsume hanya terkekeh geli sembari menggigit rotinya. Natsume akan membalas perkataan Mii, tapi harus tertunda karena kedatangan seseorang yang tak dikenalnya yang tiba-tiba sudah berada di dekat meja makan.
"Mii," gumam orang itu.
Mii yang mendengar namanya di panggil segera menoleh. Kontan wajahnya berubah sedikit ceria. Dijatuhkannya rotinya ke piring dan di ambilnya tasnya sambil berlalu kearah cowok yang sepertinya seumuran dengan mereka.
"Ruka!" seru Mii sambil memeluk singkat cowok berambut pirang itu yang ternyata bernama Ruka Nogi, sahabat Mii dan Kyo.
Ruka yang menerima pelukan singkat dari Mii, kontan wajahnya sedikit merona. Sepertinya, ada 'sesuatu' di antara mereka. Natsume yang melihat kejadian kecil itu hanya memakan sesisir roti tawar dengan ganas. Aura di sekitar Natsume menjadi suram. Ini karena sikap Mii terhadapnya lho, bukan karena kejadian peluk memeluk itu.
"Berangkat sekarang?" tanya cowok berambut pirang itu.
"Emmm, tunggu sebentar."
Mii berjalan menuju meja makan, Natsume yang melihatnya mengira Mii akan meminta maaf padanya. Natsume melipat tangannya di dada dan mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Mii sudah ada di dekat kursi yang tadi didudukinya, tau apa yang ia lakukan? Mii mengambil roti yang tadi dijatuhkannya dan berlari menghampiri Ruka.
"Lumayan lah buat mengganjal perut," gumam Mii.
Natsume sangat shock akan apa yang dilihatnya, matanya terbelalak dan mulutnya terbuka lebar dengan tak elitnya. Oh ok, Natsume tengah cengo dengan tak elitnya. Oh Natsume, janganlah terlalu percaya diri akan opinimu sendiri itu.
Natsume mengepalkan tangannya kesal. Tiba-tiba tangannya menggebrak meja dengan keras.
"SIALAN!" seru Natsume penuh kebencian.

Natsume itu paling suka bepergian dengan menggunakan motor, dia paling suka dengan motor ninja berwarna hitam legam dengan sedikit warna merah menyala di pinggirnya itu, dan tentu saja itu motor miliknya, nggak mungkin dia minjem ke tetangganya kan? Tapi ada 1 yang Natsume sesali kalau menaiki motor ke sekolah, ada yang tau kenapa? Karena sekolahnya, Gakuen Alice itu memiliki wilayah yang luas! Oh, tentu saja luas karena Gakuen Alice menyediakan sekolah yang lengkap dari Play Group hingga SMA. Balik lagi, dan yang membuat Natsume super kesal adalah tempat parkir untuk motor ada di dekat gerbang sekolah, dan antara gerbang sekolah dengan gedung SMA itu sangaaaat laaah jauh, yaaah kira-kira 800 meter lah. Buat Natsume, berjalan dari gerbang ke gedung SMA itu sanglah pemborosan energi.
Natsume memarkir motornya di dekat sebuah pohon besar, dilepaskannya helm teropong yang sedari tadi menempel di kepalanya, kepalanya di kibas-kibaskan yang semakin menambah kesan semerawut di rambutnya. Beberapa detik kemudian sebuah motor ninja berwarna biru berhenti tepat di samping motor Natsume, pengendara motor itu melepas helmnya dan mengibas-ibaskan kepalanya seperti yang dilakukan Natsume tadi. Pemilik motor itu tersenyum sedikit saat menoleh ke arah Natsume.
"Yo, Natsume!" sapanya dengan wajah yang sangat tanpa ekspresi.
"Yo, Koko," jawab Natsume sambil beranjak meninggalkan motornya.
Koko pun berjalan mengekor di samping Natsume, mereka berjalan dalam diam saat melewati gedung Play Group dan SD, dan SMP. Saat akan sampai di gedung SMA, tampak seorang gadis dengan tubuh yang sangat menggoda iman kaum lelaki tengah berdiri sambil bersandar di pohon dekat lapangan sepak bola yang terletak antara gedung SMP dan SMA. Koko menoleh ke arah Natsume.
"Sepertinya dia tak akan melepaskanmu begitu saja Natsume.. Yah, good luck aja untukmu, Natsume," ujar Koko sembari menepuk bahu kiri Natsume dan berjalan meninggalkan Natsume sendiri.
Natsume menghela nafas kesal, diacak-acak rambutnya dengan tangan kanannya. Gadis tadi, Sumire Shouda yang lebih akrab di panggil Permy sadar kalau orang yang ditunggu-tunggunya telah datang, ia berlari kecil menghampiri Natsume. Permy adalah salah satu cewek tercantik di sekolah dan juga termasuk cewek yang patut di hindari bagi cewek-cewek SMA karena dia terkenal suka menyiksa murid cewek apalagi bagi cewek yang tengah mendekati mangsa yang telah diincarnya. Wajahnya memang cantik, tapi kalau sudah berhadapan dengan cewek yang menghalanginya ia akan berubah menjadi cewek terberingas no.1 di dunia. Oya, dan Permy merupakan kakak kelas dari Natsume dkk, mereka hanya berbeda 1 tahun.
"Natsume," sapanya lirih, terukir senyum kecil yang manis di wajahnya, tapi bagi Natsume itu adalah senyuman malaikat pencabut nyawa.
"Hn," dengus Natsume tak jelas.
"Natsume, aku mohon jadilah pacarku!" ujar Permy.
Natsume menoleh ke arah Permy, matanya jelalatan menilai Permy dari ujung kepala hingga ujung kaki. Bagi kaum lelaki tubuh Permy itu adalah surga dunia, bayangkan cewek dengan dada yang besar menggoda iman, tubuh ramping seperti gitar, pinggu lebar yang tiap si pemilik berjalan akan bergoyang-goyang seirama, bagian belakang yang menonjol, leher jenjangnya yang putih menggoda, dan kaki panjangnya yang bagian atasnya tertutup rok sekolah yang sangat mini. Yaaah, mungkin sebagian cowok di SMA pasti akan tergoda dengan tubuh Permy, tapi tidak bagi Natsume.
"Tidak," tolak Natsume to the point.
"Natsume, aku mohon!" seru Permy sambil memegang telapak tangan kiri Natsume.
Natsume mengernyitkan dahinya saat menyadari tangannya di pegang oleh Permy, dahinya berkedut dan mata nya menyipit.
"Aku sudah bilang tidak ya, TIDAK!" seru Natsume sambil menyentakkan tangan kirinya hingga terlepas dari tangan Permy.
Natsume beranjak dari tempatnya, meninggalkan Permy sendirian yang tengah sesenggukan. Tak di sangka oleh Natsume, tampak di salah satu jendela di gedung SMA seorang cewek yang sedari tadi menompang dagu di ambang jendela yang menyaksikan kejadian itu dari awal, rambut pendek cewek itu melambai terkena sepoian angin yang menerpanya.
"Dasar, sifat yang tak pernah berubah..."
-To Be Continue-

Ckckckck, pasti udah pada bisa nebak siapa cewek yang ada di akhir-akhir itu..
Hmmm~ kok perasaan Tsu, Permy kok jadi 'wah' gitu ya? -_-"
Wah, chapter kali ini lagi-lagi pendek, gomen ne!
Nggak tau kenapa Tsu sekarang kalau bikin fic selalu pendek-pendek
Hiksu, Tsu lagi kecanduan maen game sih, makanya ide buat nih fic udah pada terbang di bawa angin xD
Cukup untuk cuap-cuapnya
Tunggu chapter-chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?

iseng" buka akun fb kakak.ku terus buka blognya, dapet artikel menarik nih. Silakan di baca x)


Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton. Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.

Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat penuh pada hari ini. Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat. Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika melewati baris ke 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.

Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakan karung tua diatas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya. Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia mejawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah dipesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat.

Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang disebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakan segelas minuman teh dimeja dia, ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah, kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minunam kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis. Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.

Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat tiga di Peking. anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking, anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama-sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya meletakan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.

Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimata seorang desa menjadi begitu berharga. Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan menyembah kami, mengucapkan terima kasih dengan bertubi-tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian.

Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seseorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang. Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya dimasa datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat. 
God, sepertinya...
I really like him!
Oh! Yesterday, aku telah menjadi couple.nya di sebuah game
Ok, memang awalnya dia tak mengetahui siapa aku
Padahal tiap aku dan dia bermain game itu di waktunya sama (kami bermain di satu net yang sama) aku lumayan sering bermain bersamanya!
Oke, dia memang tak mengetahui siapa aku --"
Padahal teman-temannya saja tau siapa aku --"
Balik lagi, Yatta! Yatta! I did it! I did it! Aku sudah menjadi couplenya!
Dan dia sudah tau siapa namaku (dan dia pasti sudah tau info diriku dari temannya, mungkin?) dan dari kelas mana aku
Um, well, memang aku dan dia baru just 'kenalan'
But,  nggak apa-apa donk kalo aku sesenang ini??
Ah, aku jadi ingin mempunyai couple real
Well, aku memang sudah beberapa kali berpacaran
But, itu semua tak masuk hitungan untukku
Karena semuanya itu pacaran dunia maya
Mungkin kalian berpikir aku jahat?
Memang aku akui kalau aku sedikit jahat
Tapi memang kan? Pacaran tanpa pernah benar-benar bertemu itu seakan-akan tak ada artinya! Sama aja dengan tak berpacaran kan?
So? Apakah pernyataanku 100% salah? :p
 Aku ingin menjadi pacarnya!
Tapi, fisikku terlalu menjengkelkan!
Tinggiku dengan dirinya sangat tak cocok
Well, aku tak menghina, tetapi dia lebih pendek beberapa cm dari aku, maybe?
Aku tak tau pasti
Karena aku tak pernah berdiri berhadapan/bersampingan dengannya, jadi aku tak tau pasti
Tapi memang sepertinya dia lebih pendek dari aku :(
Benar kata orang dulu
Orang yang bertubuh tinggi pasti mendapat jodoh yang lebih pendek darinya
Lalu? Apa itu juga berlaku pada perempuan?? :(
Aku tak ingin mempunyai pasangan yang lebih pendek dari aku! (nggak juga sih --")
Andai tubuhnya dalam semalam bisa bertambah tinggi 5-10cm gitu
Hhehe xD


-Tsu-
Di saat aku ada ide dan ada mood untuk mengetik cerita.ku
Di saat itulah MS Word.ku tak dapat di pakai
Di saat aku tak ada ide dan mood untuk mengetik cerita.ku
Di saat itulah MS Word.ku dapat di pakai
SUCKS!
Sekarang ide untuk membuat cerita.ku sendiri menumpuk banyak di kepalaku!
Tapi MS Word.ku tak dapat di gunakan!
Oh! Baru minggu depan laptop.ku akan di bawa kakakku ke tempat servis laptop
Dan selama seminggu aku akan memakai laptop kakakku
Memang sih laptop kakakku bisa untuk mengetik di MS Word
Tapi, laptop dia kecil! Ah, lebih tepat notebook! Aku tak suka notebook! Terlalu kecil!!
Dulu saat aku kelas 2, aku pernah mengobrol dengan salah satu sahabatku di sekolah tentang cowok di sekolah kami
Aku dulu berkata, kalau aku tak akan 'menyukai' cowok di sekolah kami karena cowok di sekolah kami jelek-jelek semua
Hhehe #anaksetress
But, akhir-akhir ini aku mulai 'tertarik' oleh seorang cowok di sekolahku dan tentunya seangkatan denganku, dan dia berada di kelas yang ada di dekat kelasku
Mungkin, aku sudah kena imbasnya?
Oh, god! I though, I began to like him!
But, him don't care about me!
What should I do?? :/
yaampun!
aku benci kelas akhir! (3)
di kelas ini semakin hari semakin banyak saja tugas yang di berikan para guru!
ugh!
aku tak suka belajar!
aku ingin terbebas dari belenggu yang menyebalkan ini!
god, please help me!

fic GA - Mikan Sakura Destiny - Tanda Tanya

Chapter 4 update!
Hai semua!
Maaf karena lama update
Maklum, Tsu sedang masa hiatus nih #gampared
Tsu belum bilang ya?
Sekarang Tsu sedang masa hiatus untuk author, dan super aktif untuk masa silent-reader #plak
Gomen ya!
Soalnya Tsu sedang di ambang kesetressan nih #curhatdikit
Oya, untuk 'seseorang' yang telah meneror Tsuuntuk kelanjutan fic-fic Tsu "Mana fic kamu itu!" xD
Ah, cukup basa-basinya!
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* Tsu yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* ternyata, waktu Tsu baca ulang genre nih fic rupanya lebih cocok ke humor ya dari pada hurt/comfort? jadinya Tsu ganti deh jadi Romance and Humor :D #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC (cuma 1 kok), etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?
Mikan Sakura Destiny
Bel tanda masuk kelas telah berbunyi 5 menit yang lalu. Kelas Natsume, kelas 2B bagian SMA tengah ramai ocehan siswa-siswi di kelas itu. Tak hanya suara siswi saja yang tengah bergosip di pagi ini, para siswa di kelas itu pun menjadi ikut-ikutan bergerombol dan bergosip ria. Memang apa sih yang tengah mereka gosipkan? Mari kita dengarkan.
"Tadi aku lihat cewek kok!" ujar seorang cowok berambut cepak.
"Bukan! Cowok tau!" sahut seorang cewek yang memakai bando telinga kelinci.
"Nggak! Cewek! Orang jelas-jelas rambutnya panjang gitu!" sahut cowok berambut coklat.
"Cewek ya?" gumam kaum cowok yang pikirannya sudah melayang entah kemana.
Tampak di pojok ruangan yang sedikit jauh dari gerombolan siswa-siswi yang tengah bergosip itu, Natsume duduk manis dengan menompang dagunya. Natsume sedari tadi melihat tingkah laku teman-teman sekelasnya yang menurutnya konyol itu. Wah, kalau teman-teman sekelasmu konyol, kau apa Natsume? Nista kah? Abal kah?
"Hei, anak-anak pada ngomongin apaan sih?" tanya Natsume pada cowok berwajah datar yang duduk di depan bangkunya.
"Hm? Oh itu, katanya sih ada anak baru gitu," jawab Koko singkat. "Rumornya juga sih, si anak baru bakal masuk ke kelas kita ini," tambahnya.
"Anak baru?" gumam Natsume.
Natsume lupa sesaat akan Mii. Tak terpikirkan olehnya jika saudara tirinya itu juga merupakan murid baru di sekolah itu.
"Seperti apa ya?" gumam Natsume lagi.
Tiba-tiba pintu kelas terbuka dan kembali tertutup, seorang lelaki yang memakai pakaian berenda-renda berjalan memasuki kelas. Serentak, siswa-siswi yang sedari tadi tengah bergerombol langsung kembali duduk di kursinya masing-masing.
"Selamat pagi anak-anak!" sapa lelaki yang merupakan seorang guru itu dengan ceria.
"Pagi, Naru!" balas siswa-siswi kelas itu serempak.
Yap, nama guru itu adalah Narumi-sensei yang sering akrab di panggil Naru. Guru ini terlihat sangat ceria setiap saat, dan tingkah lakunya 11-12 dengan orang gila yang terkadang berkeliaran di depan Gakuen Alice.
"Hari ini kalian akan mendapatkan teman baru," ujar Naru dengan senyumnya yang menjijikkan menurut Natsume.
"Cewek?" seru kaum siswa di kelas itu, kecuali Natsume tentunya.
"Atau cowok?" timpal kaum siswi serempak.
"Kalian akan tau sendiri," jawab Naru sambil tersenyum sok misterius. "Masuklah," tambah Naru ke pada seseorang yang berdiri di balik pintu kelas itu.
Pintu lagi-lagi terbuka, nampak seorang cewek dengan rambut sedikit ikal yang di biarkan tergerai. Cewek itu melangkah memasuki kelas, langkahnya sangat anggun dan tegas. Tubuh mungil itu akhirnya berhenti tepat di samping Naru.
"Nah, sekarang perkenalkan dirimu pada teman-teman barumu ini," perintah Naru pada murid baru itu.
Natsume yang sedari tadi melihat murid baru itu langsung melongo dengan tak elitnya. Matanya terbelalak menatap cewek yang tengah berdiri di depan kelas itu.
"Aduh, kenapa aku sampai melupakan tuh anak! Aku lupa kalau dia hari ini juga akan menjadi murid baru di sekolah ini!" gumam Natsume sambil meruntuki dirinya sendiri.
"He? Kau ngomong apa Natsume?" tanya Koko sembari menoleh ke arah Natsume.
"Tak apa-apa," ucap Natsume sembari bersikap cool.
Cewek di depan kelas itu tampak tengah memikirkan sesuatu, alisnya saling bertautan memperlihatkan sekarang ia tengah berpikir keras. Cewek itu memandang seisi kelas. Wajahnya berubah, ia mengulas senyum simpul ke arah teman-teman sekelasnya itu.
"Perkenalkan, namaku Mikan Yu..." suaranya tiba-tiba terhenti, dan lagi-lagi alisnya saling bertautan.
"Mikan Sakura, namaku Mikan Sakura. Panggil saja Mii," lanjutnya.
Tiba-tiba pandangan Mii dan Natsume bertemu. Hanya sedetik, tapi Natsume dapat melihat senyum malaikat Mii berubah menjadi senyum licik yang selalu di perlihatkan padanya. Natsume bergidik, segera di alihkan pandangannya ke arah lain.
"Eh? Bukannya nama marganya Yukihira? Kenapa menjadi Sakura? Kalau dia ganti kan seharusnyakan Hyuuga," pikir Natsume yang baru sadar akan ucapan Mii di depan kelas tadi.
"Salam kenal ya semuanya!" suara Mii yang ceria sedikit ganjil di telinga Natsume.
Natsume kembali mengalihkan pandangannya ke Mii. Mii yang sadar sedang di tatap oleh Natsume pun menoleh, dirinya tersenyum masam, hanya sedetik seperti sebelumnya. Kening Natsume berkerut seperti cucian yang belum di setrika.
"Kenapa ekspresinya seperti itu?"
Hari itu, Natsume memulai harinya dengan penuh tanda tanya di kepalanya. Tapi, tak ada satu pun pertanyaan yang ia kemukakan kepada orang yang ingin ia tanyai itu. Jadi, dia harus bersabar hingga saat itu tiba. Saat, ada di rumah.

Natsume sedang bergelut dengan PSP-nya di sofa saat Mii menginjakkan kakinya di lantai 2 rumah itu. Natsume menoleh, menyadari orang yang di tunggu-tunggunya sedari tadi telah muncul. Natsume melempar PSP-nya asal dan segera berjalan menghampiri Mii.
"Hey Mii!" sapa Natsume.
Mii menoleh ke arah Natsume, satu alisnya terangkat, kepalanya sedikit di miringkan.
"Ada apa?" tanya Mii dingin.
"Aku cuma ingin bertanya saja. Kenapa namamu menjadi Mikan Sakura?" Mii bergidik sesaat saat mendengar namanya di sebut. "Bukannya namamu Mikan Yukihi-"
"Jangan sebut nama itu!" seru Mii dengan intonasi yang mengancam, matanya terbelalak.
"Ok ok. Well, aku cuma mau tanya kenapa margamu menjadi Sakura? Kalau kamu mengganti margamu, bukannya seharusnya menjadi Hyuga?" lanjut Natsume.
Mii mendengus mendengar pertanyaan Natsume, senyum sinis terukir di wajahnya yang polos itu.
"Pertama, kau ingat perjanjian kita, kakak?" tanya Mii sembari menekan kata kakak.
"Jangan panggil aku kakak! Tentu aku ingat, memangnya kenapa?" tanya Natsume balik.
"Kedua, Ioran-san menyanggupi syarat yang aku berikan padanya-"
"Panggil dia, Ayah!" potong Natsume.
Mii menatap Natsume tapat di bola matanya, menyuruhnya untuk diam.
"Ioran-san menyanggupi syarat yang aku berikan padanya. Syarat itu berisi kalau aku tak akan pernah memanggilnya dengan sebutan Ayah atau sebagainya. Dan juga aku tak ingin dia memaksa untuk mengganti margaku menjadi Hyuga."
"Lalu, kenapa kau mengganti margamu?" Natsume mengulangi pertanyaannya.
"Ketiga, isi perjanjianmu denganku KuroNeko. Kau tak ingin semua orang di sekolah mengetahui hubungan kita kan? Sedangkan aku tak ingin memakai nama margaku yang dulu, dan jika aku memakai nama marga Hyuga... Apa kau tau bagaimana reaksi teman-teman?"
Natsume terdiam, menyadari betapa bodohnya pertanyaannya tadi.
"Lalu yang terakhir, isi perjanjian kita. Tak akan bertanya hal-hal privasi kan? Lalu kenapa kau melanggar perjanjianmu sendiri KuroNeko? Tentang nama marga itu merupakanhal privasi bagiku," ujar Mii sembari tersenyum simpul.
Natsume terperanga, ia benar-benar lupa akan isi perjanjian yang ia buat sendiri. Mii beranjak menuju kamarnya, meninggalkan Natsume sendirian yang tengah cengo dengan tampang yang sangat sulit untuk dibayangan teman-teman di sekolahnya.

Mikan melempar tas sekolahnya secara asal. Di hempaskan tubuhnya di kasur dengan perasaan yang campur aduk. Matanya menangkap foto yang berupa foto keluarga, kontan matanya terpejam.
"Tou-san.. Kaa-san.. Kyo," desahnya perlahan.
Sebuah berlian keluar dari bola matanya. Jatuh perlahan, bergulir di pipinya yang selembut sutra.
Mii diam di atas kasur tak bergerak. Sunyi. Sepi. Perlahan-lahan kesadarannya terengut.

Natsume melamun sambil mencacah makanan yang ada di piringnya. Rui yang sedari tadi melihat kelakuan Natsume pun segera menyadarkannya.
"Heh! Itu makanan hasil karya tangan lentikku! Hargain dong!" sungut Rui sebal.
"Hah? A, apa?" sahut Natsume sedikit tergagap.
"Cakep-cakep kok tuli," gerutu Rui makin kesal.
"Aku nggak tuli!" seru Natsume berapi-api. "Tapi emang sih aku cakep," tambahnya dengan kadar narsis yang melebihi Rui ataupun Naru.
"Cakep-cakep narsis," dengus Rui lagi.
"Emang nggak boleh yaaa?"
"Boleh, tapi kadar narsismu sangat sangat menjengkelkan."
"Jangan gitu, kau bilang begitu karena kadar narsis Natsume mengalahkan kadar narsismu kan?" tutur sebuah suara.
Natsume dan Rui kontan menoleh kearah pintu yang mengarah ke ruang tengah.
"Tsubasa!" teriak mereka berbarengan.
"Apa kabar semuanya?" sapa Tsubasa dengan cengiran khasnya.
"Nggak baik karena kedatanganmu," sahut Natsume.
"Sangaaaat baik, Tsubasa-chaaan~" jawab Rui yang tiba-tiba sudah menempel di samping Tsubasa.
"Ckckck, seperti biasa ya," gumam Tsubasa sembari melihat sekeliling dapur.
"Apanya, bayangan?"
"Suasananya lah," jawab Tsubasa dengan muka yang berkata kamu-bego-banget-sih-?.
"Kamu yang bego, bayangan."
"Heh? Ya kamu lah!"
"Bego teriak bego," sahut Rui dengan muka love-lovenya.
"Kamu yang bego, bego!" seru Natsume dan Tsubasa sambil menuding Rui.
"Huaaaa, Tsubasa-chan jahaaaat~" ujar Rui sambil mendramanisirkan suasana (?). "Dan kamu super sadis, Natsume," tambahnya dengan mimik yang dapat membuat sadako di sekolah Natsume menangis meraung-rangung karena wajahnya dikalahkan oleh wajah 'cantik' Rui saat itu.
Tsubasa dan Natsume yang melihat wajah Rui segera berlari ke arah westafel untuk you-know-what. Nafas mereka tersenggal-senggal seperti habis berlari marathon mengelilingi Gakuen Alice dalam waktu 5 menit.
"Rui! Natsume! Kalian berisik sekali sih?" seru sebuah suara dengan nada kesal yang melekat di tiap kata yang terucapkan.
Sesosok perempuan mungil berdiri di tengah pintu dapur yang mengarah ke ruang tengah dengan tangan yang berada di pinggangnya. Kedua alisnya yang tipis saling bertaut. Rambutnya yang terurai kusust masai, seperti pakaian yang dikenakannya.
Tsubasa memandang sosok yang baru saja memasuki dapur itu. Matanya terbelalak.
"Kamu..?" seru Tsubasa sambil menudingkan jari telunjuknya ke arah sosok itu.

Wah, wah, wah
Apa yang bakal terjadi ya?
Tsu sendiri aja nggak tau apa yang bakal terjadi *tertawa nista*
Maaf karena sekarang tiap chap updatenya lama dan isinya pun pendek *pundung*
Ah, sudah lah!
Tunggu chap selanjutnya ya!
REVIEW, please?

fic GA - Mikan Sakura Destiny - Pertengkaran Kecil

Chapter 4 (atau 3? ah, auk dah) UPDATE~!
Sebelumnya terima kasih tak terhingga Tsu berikan pada The Lonely Crimson (udah ganti penname lagi non? ==") yang sudah sukses membuat Tsu ketar ketir untuk memikirkan kelanjutan fic ini + fic Tsu 1 lagi yang terlantarkan (iner : nih! udah puas belom sama chapter ini! *deathglare*) xD
terus makasih buat Icha yukina clyne, Misyel, dan hana 'natsu' phantomhive yang sudah sudi RnR fic Tsu yang nista bin abal ini *bungkuk-bungkuk*
Nah, cukup basa-basinya!
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* Tsu yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* ternyata, waktu Tsu baca ulang genre nih fic rupanya lebih cocok ke humor ya dari pada hurt/comfort? jadinya Tsu ganti deh jadi Romance and Humor :D #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC (cuma 1 kok), etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?
Mikan Sakura Destiny

Normal pov
"Karena... itu karena..."
"RUI! Buatkan aku makanan! Aku lapar!" seru Natsume yang tiba-tiba datang ke dapur.
Rui menghela nafas berat. Dia mengganggu saja, pikir Rui sambil mengangguk.
"Baik, baik! Kau mau makan apa tuanku?" sahut Rui sambil menekan kata 'tuanku'.
"Apa sa- ah, roti itu saja deh!" ujar Natsume sambil memindahkan piring pipih di hadapan Mii ke hadapannya, di samping Mii.
Mii yang baru sadar kalau rotinya diambil, segera mencari siapa yang berani mengambil roti miliknya. Di lihatnya sosok Natsume yang ada di sampingnya tengah menikmati roti miliknya. Alis Mii saling tertaut, dahinya berkedut.
"KURONEKO!" jerit Mii tepat di telinga Natsume. "Itu roti-ku!" tambahnya sembari tetap berteriak di telinga Natsume.
Spontan Natsume memejamkan mata, pikirnya itu dapat mengurangi efeknya. Telinga Natsume seakan-akan tuli tuk sesaat. Beberapa detik kemudian, Natsume tiba-tiba mendeathglare Mii. Dalam sekejap, dapur yang beberapa saat yang lalu damai sejahtera, telah berubah menjadi arena perang bagi kedua makhluk itu. Rui yang menyaksikan kejadian itu tertawa terbahak-bahak.

Keesokan Harinya
Mii tengah duduk di meja makan sembari mengoleskan selai strawberry di rotinya dengan tatapan jengkel. Mulutnya sedari tadi komat-kamit menggerutu tak jelas. Kakinya menyentak-nyentak lantai di bawah kakinya. Natsume yang baru turun dari lantai 2 segera duduk di meja makan untuk sarapan. Natsume yang baru saja duduk di meja makan, segera di sambut oleh gerutuan dari Mii.
"Yaampun, kenapa sih orang kaya sukanya sarapan dengan setangkup roti? Apa mereka nggak lapar? Gila, aku sih mana tahan sarapan hanya dengan setangkup roti begini. Ah, besok-besok aku akan memasak sarapan yang lebih 'layak'!"
Natsume yang mendengarnya hanya bisa geleng-geleng kepala sembari menahan tawanya. Mii yang mendongakkan wajahnya tak sengaja melihat ekspresi wajah Natsume itu.
"Heh! Kenapa kamu, KuroNeko? Ngetawain aku? Enak aja! Pagi-pagi udah ngetawain orang seenak jidatmu! Emang kamu kira, aku ini tontonan gitu? Hah?" cercah Mii sembari menuding Natsume dengan pisau roti yang ia pakai untuk mengoles selai.
Setelah Mii menyelesaikan ucapannya, emosi Natsume naik hingga titik teratas. Alisnya langsung bertautan dan otot didahinya berkedut-kedut. Yaampun, pagi-pagi seperti ini, dua saudara itu akan memulai perang mereka. Yak, kita hanya bisa menyaksikan perang mereka saja.
"Heh, kamu! Cewek kok ngomongnya ceplas ceplos gitu! Dasar cewek nggak tau tata krama!" seru Natsume sambil ikut-ikutan menunjuk Mii dengan menggunakan pisau roti.
"Apa katamu? Kamu sendiri juga ngomong nggak bisa diatur gitu! Lagak selangit! Padahal aslinya... beuh, jangan di tanya deh,"
"Apa, kamu mau bilang apa? Hah?" tantang Natsume yang mulai berapi-api, tangannya menggebrak meja makan untuk menyesuaikan moodnya.
Ups, Natsume. Sepertinya kamu mulai menjadi tahap waspada deh. Sabarlah, tahan ambisimu yang ingin melenyapkan Mii itu. Mungkin, kau tak akan pernah berpikir bahwa dia akan menjadi orang yang sangat mengerti dirimu, dan begitu juga sebaliknya.
"Yang mau aku katakan? Ini nih!" Mii memberikan thumb down pada Natsume.
"WHAT THE HELL?" jerit Natsume histeris sembari membelalakan bola matanya.
"Kenapa histeris gitu? Baru pertama kali dapet kaya gitu ya? Waaaah, kagum-kagum."
Natsume memberikan deathglare terbaiknya ke Mii, mulutnya megap-megap seperti mulut ikan yang dikeluarkan dari air. Mii yang melihat ekspresi Natsume hanya terkekeh geli sembari menggigit rotinya. Natsume akan membalas perkataan Mii, tapi harus tertunda karena kedatangan seseorang yang tak dikenalnya yang tiba-tiba sudah berada di dekat meja makan.
"Mii," gumam orang itu.
Mii yang mendengar namanya di panggil segera menoleh. Kontan wajahnya berubah sedikit ceria. Dijatuhkannya rotinya ke piring dan di ambilnya tasnya sambil berlalu kearah cowok yang sepertinya seumuran dengan mereka.
"Ruka!" seru Mii sambil memeluk singkat cowok berambut pirang itu yang ternyata bernama Ruka Nogi, sahabat Mii dan Kyo.
Ruka yang menerima pelukan singkat dari Mii, kontan wajahnya sedikit merona. Sepertinya, ada 'sesuatu' di antara mereka. Natsume yang melihat kejadian kecil itu hanya memakan sesisir roti tawar dengan ganas. Aura di sekitar Natsume menjadi suram. Ini karena sikap Mii terhadapnya lho, bukan karena kejadian peluk memeluk itu.
"Berangkat sekarang?" tanya cowok berambut pirang itu.
"Emmm, tunggu sebentar."
Mii berjalan menuju meja makan, Natsume yang melihatnya mengira Mii akan meminta maaf padanya. Natsume melipat tangannya di dada dan mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Mii sudah ada di dekat kursi yang tadi didudukinya, tau apa yang ia lakukan? Mii mengambil roti yang tadi dijatuhkannya dan berlari menghampiri Ruka.
"Lumayan lah buat mengganjal perut," gumam Mii.
Natsume sangat shock akan apa yang dilihatnya, matanya terbelalak dan mulutnya terbuka lebar dengan tak elitnya. Oh ok, Natsume tengah cengo dengan tak elitnya. Oh Natsume, janganlah terlalu percaya diri akan opinimu sendiri itu.
Natsume mengepalkan tangannya kesal. Tiba-tiba tangannya menggebrak meja dengan keras.
"SIALAN!" seru Natsume penuh kebencian.

Natsume itu paling suka bepergian dengan menggunakan motor, dia paling suka dengan motor ninja berwarna hitam legam dengan sedikit warna merah menyala di pinggirnya itu, dan tentu saja itu motor miliknya, nggak mungkin dia minjem ke tetangganya kan? Tapi ada 1 yang Natsume sesali kalau menaiki motor ke sekolah, ada yang tau kenapa? Karena sekolahnya, Gakuen Alice itu memiliki wilayah yang luas! Oh, tentu saja luas karena Gakuen Alice menyediakan sekolah yang lengkap dari Play Group hingga SMA. Balik lagi, dan yang membuat Natsume super kesal adalah tempat parkir untuk motor ada di dekat gerbang sekolah, dan antara gerbang sekolah dengan gedung SMA itu sangaaaat laaah jauh, yaaah kira-kira 800 meter lah. Buat Natsume, berjalan dari gerbang ke gedung SMA itu sanglah pemborosan energi.
Natsume memarkir motornya di dekat sebuah pohon besar, dilepaskannya helm teropong yang sedari tadi menempel di kepalanya, kepalanya di kibas-kibaskan yang semakin menambah kesan semerawut di rambutnya. Beberapa detik kemudian sebuah motor ninja berwarna biru berhenti tepat di samping motor Natsume, pengendara motor itu melepas helmnya dan mengibas-ibaskan kepalanya seperti yang dilakukan Natsume tadi. Pemilik motor itu tersenyum sedikit saat menoleh ke arah Natsume.
"Yo, Natsume!" sapanya dengan wajah yang sangat tanpa ekspresi.
"Yo, Koko," jawab Natsume sambil beranjak meninggalkan motornya.
Koko pun berjalan mengekor di samping Natsume, mereka berjalan dalam diam saat melewati gedung Play Group dan SD, dan SMP. Saat akan sampai di gedung SMA, tampak seorang gadis dengan tubuh yang sangat menggoda iman kaum lelaki tengah berdiri sambil bersandar di pohon dekat lapangan sepak bola yang terletak antara gedung SMP dan SMA. Koko menoleh ke arah Natsume.
"Sepertinya dia tak akan melepaskanmu begitu saja Natsume.. Yah, good luck aja untukmu, Natsume," ujar Koko sembari menepuk bahu kiri Natsume dan berjalan meninggalkan Natsume sendiri.
Natsume menghela nafas kesal, diacak-acak rambutnya dengan tangan kanannya. Gadis tadi, Sumire Shouda yang lebih akrab di panggil Permy sadar kalau orang yang ditunggu-tunggunya telah datang, ia berlari kecil menghampiri Natsume. Permy adalah salah satu cewek tercantik di sekolah dan juga termasuk cewek yang patut di hindari bagi cewek-cewek SMA karena dia terkenal suka menyiksa murid cewek apalagi bagi cewek yang tengah mendekati mangsa yang telah diincarnya. Wajahnya memang cantik, tapi kalau sudah berhadapan dengan cewek yang menghalanginya ia akan berubah menjadi cewek terberingas no.1 di dunia. Oya, dan Permy merupakan kakak kelas dari Natsume dkk, mereka hanya berbeda 1 tahun.
"Natsume," sapanya lirih, terukir senyum kecil yang manis di wajahnya, tapi bagi Natsume itu adalah senyuman malaikat pencabut nyawa.
"Hn," dengus Natsume tak jelas.
"Natsume, aku mohon jadilah pacarku!" ujar Permy.
Natsume menoleh ke arah Permy, matanya jelalatan menilai Permy dari ujung kepala hingga ujung kaki. Bagi kaum lelaki tubuh Permy itu adalah surga dunia, bayangkan cewek dengan dada yang besar menggoda iman, tubuh ramping seperti gitar, pinggu lebar yang tiap si pemilik berjalan akan bergoyang-goyang seirama, bagian belakang yang menonjol, leher jenjangnya yang putih menggoda, dan kaki panjangnya yang bagian atasnya tertutup rok sekolah yang sangat mini. Yaaah, mungkin sebagian cowok di SMA pasti akan tergoda dengan tubuh Permy, tapi tidak bagi Natsume.
"Tidak," tolak Natsume to the point.
"Natsume, aku mohon!" seru Permy sambil memegang telapak tangan kiri Natsume.
Natsume mengernyitkan dahinya saat menyadari tangannya di pegang oleh Permy, dahinya berkedut dan mata nya menyipit.
"Aku sudah bilang tidak ya, TIDAK!" seru Natsume sambil menyentakkan tangan kirinya hingga terlepas dari tangan Permy.
Natsume beranjak dari tempatnya, meninggalkan Permy sendirian yang tengah sesenggukan. Tak di sangka oleh Natsume, tampak di salah satu jendela di gedung SMA seorang cewek yang sedari tadi menompang dagu di ambang jendela yang menyaksikan kejadian itu dari awal, rambut pendek cewek itu melambai terkena sepoian angin yang menerpanya.
"Dasar, sifat yang tak pernah berubah..."
-To Be Continue-

Ckckckck, pasti udah pada bisa nebak siapa cewek yang ada di akhir-akhir itu..
Hmmm~ kok perasaan Tsu, Permy kok jadi 'wah' gitu ya? -_-"
Wah, chapter kali ini lagi-lagi pendek, gomen ne!
Nggak tau kenapa Tsu sekarang kalau bikin fic selalu pendek-pendek
Hiksu, Tsu lagi kecanduan maen game sih, makanya ide buat nih fic udah pada terbang di bawa angin xD
Cukup untuk cuap-cuapnya
Tunggu chapter-chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?

Catatan Seorang Pramugari


iseng" buka akun fb kakak.ku terus buka blognya, dapet artikel menarik nih. Silakan di baca x)


Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton. Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.

Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat penuh pada hari ini. Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat. Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika melewati baris ke 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.

Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakan karung tua diatas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya. Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia mejawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah dipesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat.

Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang disebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakan segelas minuman teh dimeja dia, ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah, kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minunam kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis. Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.

Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat tiga di Peking. anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking, anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama-sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya meletakan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.

Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimata seorang desa menjadi begitu berharga. Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan menyembah kami, mengucapkan terima kasih dengan bertubi-tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian.

Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seseorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang. Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya dimasa datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat. 

13 Nov 2010

God, sepertinya...
I really like him!
Oh! Yesterday, aku telah menjadi couple.nya di sebuah game
Ok, memang awalnya dia tak mengetahui siapa aku
Padahal tiap aku dan dia bermain game itu di waktunya sama (kami bermain di satu net yang sama) aku lumayan sering bermain bersamanya!
Oke, dia memang tak mengetahui siapa aku --"
Padahal teman-temannya saja tau siapa aku --"
Balik lagi, Yatta! Yatta! I did it! I did it! Aku sudah menjadi couplenya!
Dan dia sudah tau siapa namaku (dan dia pasti sudah tau info diriku dari temannya, mungkin?) dan dari kelas mana aku
Um, well, memang aku dan dia baru just 'kenalan'
But,  nggak apa-apa donk kalo aku sesenang ini??
Ah, aku jadi ingin mempunyai couple real
Well, aku memang sudah beberapa kali berpacaran
But, itu semua tak masuk hitungan untukku
Karena semuanya itu pacaran dunia maya
Mungkin kalian berpikir aku jahat?
Memang aku akui kalau aku sedikit jahat
Tapi memang kan? Pacaran tanpa pernah benar-benar bertemu itu seakan-akan tak ada artinya! Sama aja dengan tak berpacaran kan?
So? Apakah pernyataanku 100% salah? :p
 Aku ingin menjadi pacarnya!
Tapi, fisikku terlalu menjengkelkan!
Tinggiku dengan dirinya sangat tak cocok
Well, aku tak menghina, tetapi dia lebih pendek beberapa cm dari aku, maybe?
Aku tak tau pasti
Karena aku tak pernah berdiri berhadapan/bersampingan dengannya, jadi aku tak tau pasti
Tapi memang sepertinya dia lebih pendek dari aku :(
Benar kata orang dulu
Orang yang bertubuh tinggi pasti mendapat jodoh yang lebih pendek darinya
Lalu? Apa itu juga berlaku pada perempuan?? :(
Aku tak ingin mempunyai pasangan yang lebih pendek dari aku! (nggak juga sih --")

Andai tubuhnya dalam semalam bisa bertambah tinggi 5-10cm gitu
Hhehe xD


-Tsu-

10 nov 2010 part 2

Di saat aku ada ide dan ada mood untuk mengetik cerita.ku
Di saat itulah MS Word.ku tak dapat di pakai
Di saat aku tak ada ide dan mood untuk mengetik cerita.ku
Di saat itulah MS Word.ku dapat di pakai
SUCKS!
Sekarang ide untuk membuat cerita.ku sendiri menumpuk banyak di kepalaku!
Tapi MS Word.ku tak dapat di gunakan!
Oh! Baru minggu depan laptop.ku akan di bawa kakakku ke tempat servis laptop
Dan selama seminggu aku akan memakai laptop kakakku
Memang sih laptop kakakku bisa untuk mengetik di MS Word
Tapi, laptop dia kecil! Ah, lebih tepat notebook! Aku tak suka notebook! Terlalu kecil!!

10 nov 2010

Dulu saat aku kelas 2, aku pernah mengobrol dengan salah satu sahabatku di sekolah tentang cowok di sekolah kami
Aku dulu berkata, kalau aku tak akan 'menyukai' cowok di sekolah kami karena cowok di sekolah kami jelek-jelek semua
Hhehe #anaksetress
But, akhir-akhir ini aku mulai 'tertarik' oleh seorang cowok di sekolahku dan tentunya seangkatan denganku, dan dia berada di kelas yang ada di dekat kelasku
Mungkin, aku sudah kena imbasnya?

Oh, god! I though, I began to like him!
But, him don't care about me!
What should I do?? :/

8 nov 2010

yaampun!
aku benci kelas akhir! (3)
di kelas ini semakin hari semakin banyak saja tugas yang di berikan para guru!
ugh!
aku tak suka belajar!
aku ingin terbebas dari belenggu yang menyebalkan ini!
god, please help me!