Pages

"Kenapa 'dia' bisa berada di sini?!?" "Jangan tinggalkan aku..." "Dasar bodoh! Kau membuatku ingin tertawa dan menangis saja!" "Perasaan apa ini?" "Ku tantang kau!" "Dia pergi, tinggalkan aku. Bigini ya rasanya patah hati? hiks" "Kau cantik sekali..." "Kau tak boleh bersamanya!" "Jangan bercanda kau, baka!"

-------------------------------------------------------------------------------------


Di suatu pagi yang cerah, tepatnya di sebuah lorong sekolah yang menyambungkan antara asrama dengan ruang makan.
"Ohayou senpai~" teriak seorang cowok autis di telinga seorang cewek blonde
Cewek blonde itu yang saat itu berjalan tiba-tiba meloncat karena kaget. "TOBI~!! kamu jangan menganggetkan aku lagi!! kan aku sudah pernah bilang seperti itu padamu!!" cercah cewek itu, Deidara. Dalam seketika semua siswa dan siswi yang berada di sekitar mereka pun memandangi mereka berdua.
"Tobi anak baik! Tobi kan cuma ingin memberi ucapan selamat pagi pada Deidara-senpai!" bela Tobi sambil mengemut permen lollipopnya.
"Tapi jangan begitu caranya bego!! telinga aku jadi sakit!!" jerit Deidara geram.
"Kalau sakit di bawa ke dokter aja senpai" ujar Tobi menganjurkan.
"Hah! kamu aja yang akan aku buat untuk pergi ke dokter!!" teriak Deidara sembari berjalan mendekati Tobi. Aura hitam keluar dari tubuh Deidara.
"Tobi anak baik senpai!! jangan pukul Tobi!! karena Tobi anak baik~!!" lengking Tobi sembari berlari menjauhi Deidara. Deidara mengambil ancang-ancang untuk mengejar Tobi tapi tertahan karena ada seseorang yang menepuk bahunya.
"Dei-nee-chan!" sapa seorang cowok blonde yang lebih muda darinya.
Deidara menoleh. "Naruto, ada apa?" tanya Deidara sembari menatap adiknya itu.
Naruto menggeleng. "Tak ada apa-apa, aku hanya ingin menyapa Dei-nee-chan saja" ujar Naruto sembari memberikan cengiran khasnya.
"Oooh, itu aja?" tanya Deidara sembari memasang tampang bosan.
"Uhm" Naruto tiba-tiba melihat temannya yang berambut pantat ayam melambaikan tangan padanya. "Ah! aku harus pergi! bye-bye Dei-nee-chan!!" celoteh Naruto sembari berlari menjauhi Deidara.
Deidara hanya ber'hm' ria, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling lorong mencari mangsanya yang kabur tadi. "Ck, anak autis itu udah pergi" runtuk Deidara sebal.
Deidara pun kembali meneruskan perjalanannya, tapi dengan menghentakkan kakinya dan sesekali mengerucutkan bibirnya. "Pagi-pagi gini moodku udah jelek... huh, nggak asyik!" dumel Deidara sembari mengayun-ayunkan tas sekolahnya.
Saat sampai di ruang makan, Deidara celingak celinguk mencari salah satu temannya yang barangkali sudah duduk manis di salah satu kursi. Nihil, ternyata teman-teman Deidara tak ada di sana. Deidara menghelai nafas, kemudian ia berjalan menuju salah satu bangku yang berada di dekat jelndela. Ia memandang makanan yang berada di depan matanya dengan tak berselera, tapi karena sejak semalam ia belum makan akhirnya dengan enggan Deidara mengambil sebuah roti dan dua buah sosis panggang. Diberinya saus sambal dan mayonaise ke dua sosis itu, dan di makannya. "Hm, enak juga" pikirnya sembari mengunyahnya. Tiba-tiba datang dua cowok yang dengan santai duduk mengapit Deidara.
"Pagi Dei" sapa cowok yang berada di kanan Deidara sembari mengambil dua tangkup roti bakar.
"Hum? yaiyalah sekarang pagi, masa' malem" ujar Deidara sedikit sewot sambil menelan makanan di mulutnya.
"Hahaha, pagi-pagi udah sewot aja... napa Dei? lagi dapet ya?" gurau cowok yang mendapat gelar 'kakek muda' (author di jitak) yang berada di sebelah kiri Deidara.
"Dapet? dapet apaan? duit? bagi-bagi donk Dei!" ujar cowok pertama sambil memakan dengan ganas roti bakarnya.
Deidara yang mendengarnya sweatdrop, sedangkan Itachi secara spontan tertawa tak henti-hentinya. "Baka Kakuzu! pikiranmu duit mulu aja!" omel Deidara sambil menjitak Kakuzu. Kakuzu hanya memasang wajah innocent-nya.
"Ahaha, eh.. kalian tau nggak? katanya hari ini bakal ada anak pindahan besar-besaran di kelas kita" ujar Itachi sambil mengambil onigiri.
"Anak pindahan besar-besaran?" ulang Deidara sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Yoi" jawab Itachi singkat sambil menikmati onigirinya.
"Maksudnya apa, Chi?" tanya Kakuzu sambil menoleh memandang Itachi.
"Maksud aku tuh, nanti bakal ada banyak anak pindahan yang masuk ke kelas kita" jelas Itachi dengan sabar.
"Ha? kok bisa?" tanya Deidara.
"Hn, mungkin karena di kelas kita cuma ada 11 anak aja... jadi, mereka bakal di masukin ke kelas kita yang isinya paling dikit di angkatan kita.. mungkin sih" jawab Itachi sambil mengerutkan kening.
Deidara mengambil segelas jus jeruk, dan meminumnya. "Emang, ada berapa sih anaknya? dua? tiga? atau lima?" tanya Kakuzu lagi.
"Aku sih nggak tau pasti, tapi kalau nggak salah itung sih ada sekitar 10 anak" ujar Itachi sambil berpikir keras.
"Ha?! banyak amat!" seru Deidara dan Kakuzu berbarengan.
Itachi menutup ke dua daun telinganya. "Ya mana aku tau!" gerutu Itachi sebal.
"Emang kau tau dari mana tuh info, Chi? jangan-jangan kau salah dengar lagi" ujar Kakuzu. Deidara mengangguk-angguk mendukung perkataan Kakuzu.
"Yeee, orang aku itung sendiri kok... aku tau dari si Naru waktu dia ngomong sendiri di toilet kemarin, orang dia aja ngegumamin nama-nama anaknya kok" urai Itachi lagi.
"Emang siapa aja namanya??" tanya Kakuzu lagi. Deidara hanya diam sambil meminum minumannya kembali.
"Kalau nggak salah denger sih, Rukia, Inoue, Ichigo, Oz, Alice, Gilbert, Natsume, Hotaru, Mikan, sama Ruka seinget aku" ujar Itachi sambil mengerutkan keningnya lagi.
Deidara menyemburkan minumannya saat Itachi mengucapkan nama yang sudah tak asing lagi baginya. "DIA?!?" teriak Deidara dalam hati. Sesaat wajah Deidara memucat.
Kakuzu dan Itachi memandang Deidara. "Napa Dei? kok mukamu pucat? nggak enak badan?" tanya Kakuzu dan Itachi.
"Eh, ng, nggak.. aku nggak apa-apa" jawab Deidara. Deidara kemudian berdiri. "Ke kelas yuk" ajak Deidara sambil menyampirkan tali tas sekolahnya di bahu kanannya.
Itachi dan Kakuzu berpandang-pandangan. "Yaudah, ayo!" ujar Itachi sambil ikut berdiri. Deidara dan Itachi kemudian berjalan meninggalkan ruang makan. Kakuzu mengambil beberapa onigiri dan roti dengan buru-buru. "Eh! tunggu!" teriak Kakuzu sembari berlari menyusul dua temannya itu.

--------------------------------------------------------------------------------

"Dei-nee-chan!" seru Naruto.
Deidara memperlambat langkahnya, mencari pemilik suara tadi. Naruto berjalan mendekati Deidara.
"Dei-nee! apa kau sudah tau?!?" seru Naruto sambil memandang wajah nee-chan tersayangnya itu (yaiyalah, orang Deidara kakaknya satu-satunya *di bungkam readers*)
"A, apa?? tentang apa?!" tanya Deidara merinding. "Jangan-jangan, tentang tuh anak!" batin Deidara kalut.
"Itu, si 'dia'! kata Ba-san, si 'dia' bakal ke sini hari ini Dei-nee" terang Naruto ceria.
Itachi dan Kakuzu lagi-lagi berpandangan. "Siapa tuh si 'dia' Nar??" tanya Kakuzu penasaran.
"Si 'dia' tuh ..." ucapan Naruto terpotong gara-gara tangan Deidara membungkam mulutnya.
"Kalian nanti juga pasti tau ... oya Naruto, aku udah tau kok kalau dia bakal ke sini ... kalau Ba-san telphone, titipin salam dariku ya ... jaa~" ujar Deidara sambil berjalan meninggalkan Naruto. Itachi dan Kakuzu mengikuti Deidara.
"Si 'dia' siapa sih Dei??" tanya Kakuzu yang masih penasaran.
"Anak yang nyebelin" jawab Deidara singkat, wajahnya memucat lagi.
"He, udah jangan tanya-tanya ... si Dei pucat noh! ntar salah-salah kita malah bisa di cercah ama si baby face loh" bisik Itachi mengingatkan Kakuzu.
"He, bener juga ... yaudah deh" Kakuzu pun diam.
Deidara berjalan dengen sesekali menghentakkan kakinya, dahinya mengerut menandakan ia sedang berpikir keras. Wajah Deidara terlihat memucat, ia juga sesekali meremas kedua tangannya. "Kenapa?! Kenapa anak itu harus pindah ke sini?!? Kami-sama! (tumben nyebut Dei? *di gampar*) Tolong aku!!" jerit Deidara dalam hatinya. Usut punya usut, ternyata Deidara sedang bingung! (readers : udah keliatan kali! ==").
Mereka bertiga telah sampai di depan kelas, dengan segera Deidara memasuki kelasnya kemudian berjalan menuju bangku di belakang yang dekat dengan jendela. Di lemparkannya tas sekolahnya di atas meja dan kemudian ia hempaskan pantatnya di kursi favoritnya itu. Semua teman-teman sekelasnya melihat Deidara yang aura sedang suram itu.
"Hey, Dei-chan kenapa?" tanya Konan pada Itachi dan Kakuzu. Itachi dan Kakuzu hanya mengangkat bahu tanda tak tahu.
Tiba-tiba datang Tobi yang tak tahu situasi langsung berlari-lari keliling kelas smabil meneriakkan motto *?* nya, "TOBI ANAK BAIK~! TOBI ANAK BAIK~! TOBI ANAK BAIK~!!"
Deidara yang melihat mangsanya yang tadi meloloskan diri segera memasang evil smile nya. Ia dekati Tobi dan bisa anda bayangkan apa yang terjadi ....

*BRUAK KREK KRETEK DUAK DUARR CTAR CIIITT BRUK JDUM MEONG GUK HIIIEEE PRANG!*

Setelah menyelesaikan 'tugas'nya, Deidara kembali duduk di bangkunya. Konan dkk sweatdrop, setelah sadar mereka segera mendatangi 'mayat' Tobi.
"Ne~ Tobi, kau tak apa-apa?" tanya Konan sambil jongkok memandangi tubuh Tobi yang tak karuan.
"To, Tobi anak baik Konan-senpai! To, Tobi nggak nggak apa-apa" ujar Tobi terbata. Konan dkk menyerap perkataan Tobi yang sulit di mengerti ini.
"He, buang ke tong sampah di depan aja nih anak" usul Pein.
"Jangan! kita persembahkan saja ke Dewa Jasin!" seru Hidan.
"Bagaimana kalau aku makan aja?" tanya Zetsu.
"Buat makan Julliet, Jullice, Jurinna, ama Juminten aja!" sahut Kisame sembari menyebutkan nama-nama ikan kesayangannya.
"Lebih baik jadi boneka aku aja!" celetuk si baby face, Sasori.
"Kita tukar aja dengan uang?!" usul Kakuzu.
"Kalau buat makan ular-ular ku boleh nggak?" tanya Orochi.
"Kalian itu! cepat bawa dia ke UKS!!" perintah Konan sambil menjitak satu persatu kepala teman-temannya. Serentak Pein, Orochi, dan Zatsu menyeret tubuh berdosa Tobi. Setelah ke empat teman mereka pergi, yang lain segera berkumpul membentuk lingkaran layaknya gadis-gadis yang sedang bergossip-ria (sayangnya mereka cowok semua, kecuali Konan tuh! *author di buang*).
"Hey! Sekarang kita apakan di Dei?" tanya Kisame.
"Kau deketin sana Nan! kau kan cewek, mungkin kalau ama yang sesama cewek Dei mau crita" ujar Hidan (tumben waras nih orang ==").
"Uhm, aku takut baka! Si Dei kalau udah ngamuk tuh sereeemmm~!!" seru Konan sembari menggigil ketakutan.
"Kalau gitu siapa yang akan bersukarela jadi 'tumbal'?" tanya Kakuzu.
"Gimana kalau kamu aja Sas? Kau kan 'cowok'nya!" ujar Itachi sambil menunjuk-nunjuk Sasori.
"He! Aku?! Tidak! Aku tidak bersedia!!" tolak Sasori tegas.
"Uhm, gimana kalau kita biarin aja? Nanti kan Dei bakal balik kaya sebelumnya lagi kan, kaya dulu tuh" sahut Hidan.
Serentak mereka memandang Deidara yang tengah memandang pemandangan di luar sana, tapi mereka tahu kalau Deidara tak menikmatinya kerena ia sedang melamun!. Mereka berpandang-pandangan.
"Baiklah kalau gebitu!" sahut semuanya serempak.
"Eh, ngomong-ngomong kalian udah pada tau nggak info terbaru hari ini??" tanya Itachi sambil memasang wajah bak pembawa acara gossip yang mempunyai gossip terpanas.
"Apaan Chi?? Ada gossip apaan Chi?!" tanya mereka serempak, kecuali Kakuzu. Usut punya usut, ternyata Itachi ada tukang gossip no. 1 di sekolah itu! tak ada gossip satu pun yang tak ia ketahui di sekolah itu.
Itachi pun mulai beraksi, "Gini, nanti itu bakal ada banyak anak pindahan ......" dan bergulirlah kata demi kata dari mulut Itachi.


-TBC-


-------------------------------------------------------------------------------------


Nah! kira-kira, siapa ya yang di maksud si 'dia' oleh Deidara dan Naruto?!?
Apakah Deidara dan Sasori mempunyai suatu hubungan tertentu??
Bagaimana nasib kelas Akatsuki yang akan 'terkontaminasi' oleh orang yang bukan anggota Akatsuki?? akankah menjadi lebih ancur dan nista dari sebelumnya??
Tunggu lah chapter selanjutnya!! XD

Saat Empat Dunia Anime Bersatu

"Kenapa 'dia' bisa berada di sini?!?" "Jangan tinggalkan aku..." "Dasar bodoh! Kau membuatku ingin tertawa dan menangis saja!" "Perasaan apa ini?" "Ku tantang kau!" "Dia pergi, tinggalkan aku. Bigini ya rasanya patah hati? hiks" "Kau cantik sekali..." "Kau tak boleh bersamanya!" "Jangan bercanda kau, baka!"

-------------------------------------------------------------------------------------


Di suatu pagi yang cerah, tepatnya di sebuah lorong sekolah yang menyambungkan antara asrama dengan ruang makan.
"Ohayou senpai~" teriak seorang cowok autis di telinga seorang cewek blonde
Cewek blonde itu yang saat itu berjalan tiba-tiba meloncat karena kaget. "TOBI~!! kamu jangan menganggetkan aku lagi!! kan aku sudah pernah bilang seperti itu padamu!!" cercah cewek itu, Deidara. Dalam seketika semua siswa dan siswi yang berada di sekitar mereka pun memandangi mereka berdua.
"Tobi anak baik! Tobi kan cuma ingin memberi ucapan selamat pagi pada Deidara-senpai!" bela Tobi sambil mengemut permen lollipopnya.
"Tapi jangan begitu caranya bego!! telinga aku jadi sakit!!" jerit Deidara geram.
"Kalau sakit di bawa ke dokter aja senpai" ujar Tobi menganjurkan.
"Hah! kamu aja yang akan aku buat untuk pergi ke dokter!!" teriak Deidara sembari berjalan mendekati Tobi. Aura hitam keluar dari tubuh Deidara.
"Tobi anak baik senpai!! jangan pukul Tobi!! karena Tobi anak baik~!!" lengking Tobi sembari berlari menjauhi Deidara. Deidara mengambil ancang-ancang untuk mengejar Tobi tapi tertahan karena ada seseorang yang menepuk bahunya.
"Dei-nee-chan!" sapa seorang cowok blonde yang lebih muda darinya.
Deidara menoleh. "Naruto, ada apa?" tanya Deidara sembari menatap adiknya itu.
Naruto menggeleng. "Tak ada apa-apa, aku hanya ingin menyapa Dei-nee-chan saja" ujar Naruto sembari memberikan cengiran khasnya.
"Oooh, itu aja?" tanya Deidara sembari memasang tampang bosan.
"Uhm" Naruto tiba-tiba melihat temannya yang berambut pantat ayam melambaikan tangan padanya. "Ah! aku harus pergi! bye-bye Dei-nee-chan!!" celoteh Naruto sembari berlari menjauhi Deidara.
Deidara hanya ber'hm' ria, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling lorong mencari mangsanya yang kabur tadi. "Ck, anak autis itu udah pergi" runtuk Deidara sebal.
Deidara pun kembali meneruskan perjalanannya, tapi dengan menghentakkan kakinya dan sesekali mengerucutkan bibirnya. "Pagi-pagi gini moodku udah jelek... huh, nggak asyik!" dumel Deidara sembari mengayun-ayunkan tas sekolahnya.
Saat sampai di ruang makan, Deidara celingak celinguk mencari salah satu temannya yang barangkali sudah duduk manis di salah satu kursi. Nihil, ternyata teman-teman Deidara tak ada di sana. Deidara menghelai nafas, kemudian ia berjalan menuju salah satu bangku yang berada di dekat jelndela. Ia memandang makanan yang berada di depan matanya dengan tak berselera, tapi karena sejak semalam ia belum makan akhirnya dengan enggan Deidara mengambil sebuah roti dan dua buah sosis panggang. Diberinya saus sambal dan mayonaise ke dua sosis itu, dan di makannya. "Hm, enak juga" pikirnya sembari mengunyahnya. Tiba-tiba datang dua cowok yang dengan santai duduk mengapit Deidara.
"Pagi Dei" sapa cowok yang berada di kanan Deidara sembari mengambil dua tangkup roti bakar.
"Hum? yaiyalah sekarang pagi, masa' malem" ujar Deidara sedikit sewot sambil menelan makanan di mulutnya.
"Hahaha, pagi-pagi udah sewot aja... napa Dei? lagi dapet ya?" gurau cowok yang mendapat gelar 'kakek muda' (author di jitak) yang berada di sebelah kiri Deidara.
"Dapet? dapet apaan? duit? bagi-bagi donk Dei!" ujar cowok pertama sambil memakan dengan ganas roti bakarnya.
Deidara yang mendengarnya sweatdrop, sedangkan Itachi secara spontan tertawa tak henti-hentinya. "Baka Kakuzu! pikiranmu duit mulu aja!" omel Deidara sambil menjitak Kakuzu. Kakuzu hanya memasang wajah innocent-nya.
"Ahaha, eh.. kalian tau nggak? katanya hari ini bakal ada anak pindahan besar-besaran di kelas kita" ujar Itachi sambil mengambil onigiri.
"Anak pindahan besar-besaran?" ulang Deidara sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Yoi" jawab Itachi singkat sambil menikmati onigirinya.
"Maksudnya apa, Chi?" tanya Kakuzu sambil menoleh memandang Itachi.
"Maksud aku tuh, nanti bakal ada banyak anak pindahan yang masuk ke kelas kita" jelas Itachi dengan sabar.
"Ha? kok bisa?" tanya Deidara.
"Hn, mungkin karena di kelas kita cuma ada 11 anak aja... jadi, mereka bakal di masukin ke kelas kita yang isinya paling dikit di angkatan kita.. mungkin sih" jawab Itachi sambil mengerutkan kening.
Deidara mengambil segelas jus jeruk, dan meminumnya. "Emang, ada berapa sih anaknya? dua? tiga? atau lima?" tanya Kakuzu lagi.
"Aku sih nggak tau pasti, tapi kalau nggak salah itung sih ada sekitar 10 anak" ujar Itachi sambil berpikir keras.
"Ha?! banyak amat!" seru Deidara dan Kakuzu berbarengan.
Itachi menutup ke dua daun telinganya. "Ya mana aku tau!" gerutu Itachi sebal.
"Emang kau tau dari mana tuh info, Chi? jangan-jangan kau salah dengar lagi" ujar Kakuzu. Deidara mengangguk-angguk mendukung perkataan Kakuzu.
"Yeee, orang aku itung sendiri kok... aku tau dari si Naru waktu dia ngomong sendiri di toilet kemarin, orang dia aja ngegumamin nama-nama anaknya kok" urai Itachi lagi.
"Emang siapa aja namanya??" tanya Kakuzu lagi. Deidara hanya diam sambil meminum minumannya kembali.
"Kalau nggak salah denger sih, Rukia, Inoue, Ichigo, Oz, Alice, Gilbert, Natsume, Hotaru, Mikan, sama Ruka seinget aku" ujar Itachi sambil mengerutkan keningnya lagi.
Deidara menyemburkan minumannya saat Itachi mengucapkan nama yang sudah tak asing lagi baginya. "DIA?!?" teriak Deidara dalam hati. Sesaat wajah Deidara memucat.
Kakuzu dan Itachi memandang Deidara. "Napa Dei? kok mukamu pucat? nggak enak badan?" tanya Kakuzu dan Itachi.
"Eh, ng, nggak.. aku nggak apa-apa" jawab Deidara. Deidara kemudian berdiri. "Ke kelas yuk" ajak Deidara sambil menyampirkan tali tas sekolahnya di bahu kanannya.
Itachi dan Kakuzu berpandang-pandangan. "Yaudah, ayo!" ujar Itachi sambil ikut berdiri. Deidara dan Itachi kemudian berjalan meninggalkan ruang makan. Kakuzu mengambil beberapa onigiri dan roti dengan buru-buru. "Eh! tunggu!" teriak Kakuzu sembari berlari menyusul dua temannya itu.

--------------------------------------------------------------------------------

"Dei-nee-chan!" seru Naruto.
Deidara memperlambat langkahnya, mencari pemilik suara tadi. Naruto berjalan mendekati Deidara.
"Dei-nee! apa kau sudah tau?!?" seru Naruto sambil memandang wajah nee-chan tersayangnya itu (yaiyalah, orang Deidara kakaknya satu-satunya *di bungkam readers*)
"A, apa?? tentang apa?!" tanya Deidara merinding. "Jangan-jangan, tentang tuh anak!" batin Deidara kalut.
"Itu, si 'dia'! kata Ba-san, si 'dia' bakal ke sini hari ini Dei-nee" terang Naruto ceria.
Itachi dan Kakuzu lagi-lagi berpandangan. "Siapa tuh si 'dia' Nar??" tanya Kakuzu penasaran.
"Si 'dia' tuh ..." ucapan Naruto terpotong gara-gara tangan Deidara membungkam mulutnya.
"Kalian nanti juga pasti tau ... oya Naruto, aku udah tau kok kalau dia bakal ke sini ... kalau Ba-san telphone, titipin salam dariku ya ... jaa~" ujar Deidara sambil berjalan meninggalkan Naruto. Itachi dan Kakuzu mengikuti Deidara.
"Si 'dia' siapa sih Dei??" tanya Kakuzu yang masih penasaran.
"Anak yang nyebelin" jawab Deidara singkat, wajahnya memucat lagi.
"He, udah jangan tanya-tanya ... si Dei pucat noh! ntar salah-salah kita malah bisa di cercah ama si baby face loh" bisik Itachi mengingatkan Kakuzu.
"He, bener juga ... yaudah deh" Kakuzu pun diam.
Deidara berjalan dengen sesekali menghentakkan kakinya, dahinya mengerut menandakan ia sedang berpikir keras. Wajah Deidara terlihat memucat, ia juga sesekali meremas kedua tangannya. "Kenapa?! Kenapa anak itu harus pindah ke sini?!? Kami-sama! (tumben nyebut Dei? *di gampar*) Tolong aku!!" jerit Deidara dalam hatinya. Usut punya usut, ternyata Deidara sedang bingung! (readers : udah keliatan kali! ==").
Mereka bertiga telah sampai di depan kelas, dengan segera Deidara memasuki kelasnya kemudian berjalan menuju bangku di belakang yang dekat dengan jendela. Di lemparkannya tas sekolahnya di atas meja dan kemudian ia hempaskan pantatnya di kursi favoritnya itu. Semua teman-teman sekelasnya melihat Deidara yang aura sedang suram itu.
"Hey, Dei-chan kenapa?" tanya Konan pada Itachi dan Kakuzu. Itachi dan Kakuzu hanya mengangkat bahu tanda tak tahu.
Tiba-tiba datang Tobi yang tak tahu situasi langsung berlari-lari keliling kelas smabil meneriakkan motto *?* nya, "TOBI ANAK BAIK~! TOBI ANAK BAIK~! TOBI ANAK BAIK~!!"
Deidara yang melihat mangsanya yang tadi meloloskan diri segera memasang evil smile nya. Ia dekati Tobi dan bisa anda bayangkan apa yang terjadi ....

*BRUAK KREK KRETEK DUAK DUARR CTAR CIIITT BRUK JDUM MEONG GUK HIIIEEE PRANG!*

Setelah menyelesaikan 'tugas'nya, Deidara kembali duduk di bangkunya. Konan dkk sweatdrop, setelah sadar mereka segera mendatangi 'mayat' Tobi.
"Ne~ Tobi, kau tak apa-apa?" tanya Konan sambil jongkok memandangi tubuh Tobi yang tak karuan.
"To, Tobi anak baik Konan-senpai! To, Tobi nggak nggak apa-apa" ujar Tobi terbata. Konan dkk menyerap perkataan Tobi yang sulit di mengerti ini.
"He, buang ke tong sampah di depan aja nih anak" usul Pein.
"Jangan! kita persembahkan saja ke Dewa Jasin!" seru Hidan.
"Bagaimana kalau aku makan aja?" tanya Zetsu.
"Buat makan Julliet, Jullice, Jurinna, ama Juminten aja!" sahut Kisame sembari menyebutkan nama-nama ikan kesayangannya.
"Lebih baik jadi boneka aku aja!" celetuk si baby face, Sasori.
"Kita tukar aja dengan uang?!" usul Kakuzu.
"Kalau buat makan ular-ular ku boleh nggak?" tanya Orochi.
"Kalian itu! cepat bawa dia ke UKS!!" perintah Konan sambil menjitak satu persatu kepala teman-temannya. Serentak Pein, Orochi, dan Zatsu menyeret tubuh berdosa Tobi. Setelah ke empat teman mereka pergi, yang lain segera berkumpul membentuk lingkaran layaknya gadis-gadis yang sedang bergossip-ria (sayangnya mereka cowok semua, kecuali Konan tuh! *author di buang*).
"Hey! Sekarang kita apakan di Dei?" tanya Kisame.
"Kau deketin sana Nan! kau kan cewek, mungkin kalau ama yang sesama cewek Dei mau crita" ujar Hidan (tumben waras nih orang ==").
"Uhm, aku takut baka! Si Dei kalau udah ngamuk tuh sereeemmm~!!" seru Konan sembari menggigil ketakutan.
"Kalau gitu siapa yang akan bersukarela jadi 'tumbal'?" tanya Kakuzu.
"Gimana kalau kamu aja Sas? Kau kan 'cowok'nya!" ujar Itachi sambil menunjuk-nunjuk Sasori.
"He! Aku?! Tidak! Aku tidak bersedia!!" tolak Sasori tegas.
"Uhm, gimana kalau kita biarin aja? Nanti kan Dei bakal balik kaya sebelumnya lagi kan, kaya dulu tuh" sahut Hidan.
Serentak mereka memandang Deidara yang tengah memandang pemandangan di luar sana, tapi mereka tahu kalau Deidara tak menikmatinya kerena ia sedang melamun!. Mereka berpandang-pandangan.
"Baiklah kalau gebitu!" sahut semuanya serempak.
"Eh, ngomong-ngomong kalian udah pada tau nggak info terbaru hari ini??" tanya Itachi sambil memasang wajah bak pembawa acara gossip yang mempunyai gossip terpanas.
"Apaan Chi?? Ada gossip apaan Chi?!" tanya mereka serempak, kecuali Kakuzu. Usut punya usut, ternyata Itachi ada tukang gossip no. 1 di sekolah itu! tak ada gossip satu pun yang tak ia ketahui di sekolah itu.
Itachi pun mulai beraksi, "Gini, nanti itu bakal ada banyak anak pindahan ......" dan bergulirlah kata demi kata dari mulut Itachi.


-TBC-


-------------------------------------------------------------------------------------


Nah! kira-kira, siapa ya yang di maksud si 'dia' oleh Deidara dan Naruto?!?
Apakah Deidara dan Sasori mempunyai suatu hubungan tertentu??
Bagaimana nasib kelas Akatsuki yang akan 'terkontaminasi' oleh orang yang bukan anggota Akatsuki?? akankah menjadi lebih ancur dan nista dari sebelumnya??
Tunggu lah chapter selanjutnya!! XD