Pages

Chapter 5 UPDATE!

Maaf, chapter yang ini lama update! *nunduk-nunduk*

Soalnya ceritanya mau namatin di chapter ini

Karena aku yang terlalu pusing memikirkan ending yang bagus gimana, akhirnya malah bikin chapter ini lama update *guling-guling*

Di chapter ini, pertama kali aku ngebuat normal pov

Jadi maaf ya kalau aneh *pundung*

Oya, sebelumnya thanks buat Misyel, Rihiko Hazuki-chan, dan Icha yukina clyne yang selalu setia membaca fanfic-ku yang nista ini *nunduk-nunduk*

Juga thanks buat yang udah review atau pun readers yang cuma ngebaca tanpa kasih review

Udahlah, nggak usah basa basi lagi

Selamat menikmati! (emang makanan? ==") XD


Pemeran : Tokoh-tokoh Gakuen Alice (Alice Academy)

Disclaimer : Saya! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* saya yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi XD

Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* niatnya sih Romance, tapi kaya'nya jadinya bukan Romance deh *pundung*

Warning : GaJe, OOC, Typo(s), Basi, Abal, dsb dsb dll

Summary : Saat mereka bertatap muka secara langsung untuk ke dua kalinya. "Kau!" seru ke duanya sambil saling menunjuk.

Pesta


Normal pov

Mikan sedang mendandani dirinya, sebentar lagi pukul 5.00pm. Memang acara ulang tahun itu pukul 7.00pm, masih lama memang. Tapi Kaa-san Mikan, Yuka ingin datang sedikit lebih cepat, ingin 'say hello' dengan tuan rumah katanya.

Mikan menyelesaikan dandanannya dengan mengoleskan lipgloss pada bibirnya.

"Yosh! Perfect!" ucapnya sambil mematutkan diri pada cermin di depannya.

Setelah puas dengan hasilnya, Mikan segera mengambil tas tangannya yang tergeletak tak jauh dari tempatnya. Kemudian ia keluar dari kamarnya menuju ke tempat anggota keluarganya menunggu.

Di ruang tamu terlihat seorang cowok berambut hitam gelap dengan setelan tuxedo yang cocok dengannya. Lalu seorang lelaki dewasa yang juga memakai tuxedo. Dan seorang wanita mirip Mikan dengan dress sedikit terbuka berwarna peach.

"Kaa-san!" sapa Mikan saat mendekati Yuka. "Kaa-san cantik sekali dengan gaun itu" tambahnya sambil memandang Yuka dari atas ke bawah.

Yuka menjitak pelan kepala anak perempuannya itu.

"Enak saja! Jadi kalo Kaa-san tidak memakai gaun ini, Kaa-san tidak cantik gitu?" tuntutnya sambil memanyunkan bibirnya.

"Hehe, ya bukan gitu maksudku Kaa-san. Kaa-san itu kalau pakai gaun apa aja atau pakaian apa aja tuh cantik!" ujar Mikan lagi.

"Hehehe, siapa dulu donk! Kaa-san!" sahut Yuka sambil menepuk dadanya.

"Eh eh! Itu karena Tou-san lho! Kan Tou-san yang memilihkan dress itu untuk Kaa-san!" ujar Izumi.

"Kan Chibi tadi bilang bukan karena gaun itu Tou-san! Tou-san ini tak mau kalah saja," sahut Tsubasa cemberut.

"Kenapa wajahmu seperti itu Tsubasa? Haha, kau kesal karena acara ini kau tak jadi bertemu Misaki?" goda Yuka sambil mencubit pipi anak lelakinya itu.

"Jangan cubit pipiku Kaa-san!" larang Tsubasa sambil menjauhkan wajahnya dari jangkauan tangan Yuka.

"Haha, tenang Nii-chan! Misaki-nee-san nanti ikut kita ke acara itu kok~ Jadi jangan di tekuk wajah jelek itu," celoteh Mikan sambil bersembunyi di belakang tubuh Izumi.

"Jelek? Dasar Chibi!" seru Tsubasa sambil berusaha mengacak-acak rambut Mikan.

"Eit eit! Sudah sudah, Tsubasa. Mikan sudah susah payah merapikan rambutnya, Kasian dia nanti kalau harus merapikannya lagi." Ujar Izumi sambil membentengi tubuh Mikan dari Tsubasa.

Yuka melihat arloji di tangannya.

"Sudah! Ayo kita lekas pergi, sudah jam segini lho!" sahut Yuka sambil menyeret tubuh Tsubasa.

Izumi dan Mikan berjalan menuju mobil mengikuti Yuka dan Tsubasa.

(kita skip aja adegan di perjalanannya ya! author lagi nggak ada ide sih hahaha *tertawa nista* *author di bekep readers*)

Sebuah mobil hitam keluaran terbaru berjalan memasuki pekarangan sebuah rumah yang cukup 'WAH' (mewah maksudnya :p). Mobil tadi dengan mulus berhenti tepat di samping sebuah mobil yang terlihat sama mewahnya dengan rumah itu. Tak lama kemudian keluar dua orang wanita dan juga dua orang lelaki.

"Kaa-san, masih jam segini nih! Apa nggak kecepatan nih?" tanya Mikan sambil memperlihatkan arloji yang di pakainya pada Yuka.

Yuka menoleh sekilas ke arah anak perempuannya itu.

"Nggak, nggak apa-apa kok. Orang kita cuma lebih cepat 1 jam aja, nggak usah di pikirin! Yuk, kita ke halaman belakang!" ajak Yuka sambil menggandeng tangan Izumi yang telah berada di sampingnya.

Yuka dan Izumi berjalan mendahului menuju arah belakang rumah mewah yang ada di depan mereka, Mikan dan Tsubasa segera berjalan mengikuti mereka.

"Yuka? Hai!" sapa seorang wanita yang terlihat beberapa tahun lebih tua dari Yuka, Kaoru.

Yuka dan Kaoru segera cipika cipiki dengan serunya. Tsubasa dan Mikan hanya menonton adegan itu dalam diam.

"Ah, Sensei~," sapa Kaoru saat melihat Izumi dan segera memamerkan cengirannya.

"Oh ya, ayo masuk! Ioran dan Aoi sudah menunggu kalian di dalam!" celetuk Kaoru sambil merangkul Mikan. "Mikan sudah tambah gede ya, umurnya berapa sekarang? 15? 14?" tanya Kaoru sambil membawa Mikan masuk ke dalam rumah mewah itu. Izumi, Yuka, dan Tsubasa hanya diam sambil mengikuti sang tuan rumah.

"Masih 14 tahun kok, Kaoru-ba-san." Jawab Mikan sambil tersenyum simpul.

"Panggil saja Kaoru-san!" ingat Kaoru.

"I, Iya Kaoru-san," jawab Mikan lagi.

Gerombolan kecil itu memasuki sebuah ruangan yang telah terisi oleh seorang lelaki dan seorang anak perempuan.

"Oh, Ioran-san lama tak jumpa!" sapa Yuka.

"Yuka? haha, padahal kau terakhir ke sini belum lama ini!" sahut lelaki itu, Ioran.

"Mikan-san!" sapa anak perempuan itu, Aoi.

"Aoi, apa kabar?" sapa Mikan sambil memeluk Aoi.

"Baik, Mikan-san sendiri gimana?" tanya Aoi balik.

"Seperti yang kau lihat ini!" jawab Mikan sambil melepas pelukannya.

"Kaa-san! Aku dan Mikan-san ke atas ya!" sahut Aoi sambil menggandeng Mikan keluar ruangan itu.

"Kalau udah waktunya, kalian ke bawah ya!" ingat Kaoru.

Aoi hanya menganggukkan kepalanya. Tsubasa yang malang tersenyum kecut saat menyadari dirinya sendirian di tengah-tengah orang-orang dewasa itu.

Mikan dan Aoi tengah melewati tangga yang menghubungkan lantai 1 dengan lantai 2 itu. Mikan memandangi foto-foto yang terpajang di dinding yang ia lewati, mencari tahu sosok kakak Aoi. Mikan memang sudah lama kenal dengan keluarga Hyuuga ini, tapi hanya sosok Kaoru, Ioran, dan Aoi saja yang ia tahu. Sejauh ini ia tak pernah bertemu ataupun melihat sosok kakak Aoi, Natsume.

"Ne~ Mikan-san sedang melihat apa?" tanya Aoi sambil memandang wajah Mikan.

"Em? tidak, aku hanya melihat foto-foto ini.. aku heran, kenapa dari sekian banyak foto di sini aku tak pernah mendapati foto kakakmu?" tanya Mikan sambil terus memandangi foto-foto yang lain.

"Oh, cuma itu aja?" tanya Aoi balik. Mikan mengangguk.

"Nii-chan itu nggak suka di foto, makanya hanya sedikit foto di sini yang ada dirinya." Terang Aoi. "Nanti juga Mikan-san bakal ketemu sama Nii-chan," tambahnya lagi.

"Oh ya, Mikan-san mau minum apa?" tanya Aoi sambil berhenti di tengah tangga.

"Um? Terserah Aoi saja." jawab Mikan. "Apa perlu kubantu?" tanya Mikan sambil ikut menghentikan langkahnya.

"Nggak usah, Mikan masuk saja ke kamarku. Kamarku ada di depan tangga kok, aku ke bawah dulu ya!" ujar Aoi sambil berlari menuruni tangga.

Mikan pun segera melanjutkan langkahnya menaiki tangga. Selama ini Aoi tak pernah mengajaknya memasuki kamarnya, dan juga tak pernah menunjukkan kamarnya. Tapi ia pernah berkeliling rumah itu sebelumnya, yah walaupun ia sedikit lupa dengan ruangan apa saja yang ada di sini mungkin karena rumah itu memiliki banyak ruangan kali ya?.

Mikan menjejakkan kakinya di lantai 2 rumah itu. Mikan melihat tepat di depan tangga ada dua pintu yang nyaris bersebelahan, dan Mikan tak tahu yang mana kamar Aoi. Dengan bimbang Mikan membuka pintu yang ada di sebelah kanan, dan ia memasuki ruangan yang merupakan sebuah kamar itu. Kamar itu sangat minimalis dengan cat dinding berwarna hitam dan putih, terdapat almari dan meja belajar berwarna hitam di pojokan kamar itu, ada juga sebuah sofa berwarna putih yang menghadap beranda dengan pintu kaca yang terbuka. Di dinding sebelah kanan, Mikan melihat sebuah pintu yang terbuat dari kaca yang buram, sepertinya sebuah ruangan. Mikan mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar sekali lagi.

"Sepertinya ini kamar cowok, apa mungkin ini kamar kakak Aoi? Ah, sebaiknya aku keluar dan menunggu Aoi di depan saja. Aku harus lekas keluar dari kamar ini sebelum kakak Aoi melihatku di sini, kalau memang benar ini kamar kakak Aoi sih." Ujar Mikan dalam hatinya.

Mikan membalikkan badannya, dan saat ia hendak berjalan menuju pintu yang tak jauh dari tempat dirinya berdiri. Tiba-tiba ia mendengar derit pintu yang terbuka, sepertinya pintu yang lain yang ada di kamar itu terbuka. Seketika dari dahinya keluar keringat dingin, ia tak berani untuk menoleh pada seseorang yang sepertinya tengah menatap tajam dirinya.

"Siapa kau? Kenapa kau ada di kamarku!" suara sedikit berat menyapa Mikan dengan tajam.

"Ma, maafkan aku. Aku tadi salah masuk kamar," bela Mikan sambil tetap tak mau membalikkan badannya.

"Dasar, semua cewek sama saja! Nggak di sekolah, nggak di rumah! Nggak kenal tapi malah memasuki kamar orang lain!" tutur pemilik suara tadi -yang ternyata cowok yang terlihat seumuran dengan Mikan- dengan tajam.

"Hah?" Mikan kaget mendengar penuturan cowok itu.

"Huh, kau salah satu fans-ku yang datang ke acaraku hari ini ya? Kau mau apa? Melihatku yang sedang mandi? Atau melihatku yang sedang tertidur?" tanya cowok itu dengan sinis.

Mikan mengepalkan tangannya, tanda ia sedang kesal.

"Nih cowok PD amat sih!" pikir Mikan.

Mikan membalikkan badannya dengan cepat.

"Apa? Fans kamu? Aku aja nggak kenal kamu! Ngapain juga aku pakai jadi fans kamu! Nggak sudi tau!" semprot Mikan berapi-api.

Mikan mengangkat kepalanya untuk memandang cowok yang telah ia semprot itu. Dan di lihatnya yang berdiri di depannya adalah sesosok cowok berambut raven yang tengah bertelanjang dada, badannya berkilat karena ia basah kuyup, ia memakai celana pendek, dan di pundaknya tersampir handuk yang setengah basah sepertinya dia habis mandi. Muka Mikan memerah saat menyadari dirinya tengah berada di kamar cowok dan si empunya tengah bertelanjang dada sehabis mandi. Mereka berdua bertemu pandang, hazel bertemu crimson. Seketika mereka berdua terbelalak. Inilah saat mereka bertatap muka secara langsung untuk ke dua kalinya.

"Kau!" seru ke duanya sambil saling menunjuk.

Muka Mikan seketika menjadi lebih merah dari sebelumnya, sang pemilik kamar, Natsume juga terlihat samar-samar rona merah di pipinya.

"Ke, kenapa dia bisa berada di sini? Mana lagi aku tadi telah berkata tidak pantas dengannnya!" batin hati Natsume yang tengah menjerit-jerit.

"Crimson! Ja, jadi dia Crimson? Natsume?" tanya Mikan dalam hati.

Mereka berdua saling pandang dan tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Tiba-tiba pintu yang ada di dekat Mikan terbuka, seketika dua remaja itu mengalihkan perhatiannya pada pintu yang terbuka itu. Aoi mengintip ke dalam kamar itu.

"Mikan-san, kenapa kau ada di sini?" tanya Aoi saat menyadari Mikan berada di kamar itu.

Mikan diam saja, Natsume mendengus.

"Jadi dia temanmu, Aoi? Lain kali ajari dia sopan santun, jangan masuk ke kamar orang seenaknya. Sudah lah, kalian keluar sana!" seru Natsume mengusir Mikan dan Aoi dari kamarnya.

Aoi menggandeng Mikan keluar dari kamar itu, Mikan menurut saja. Aoi langsung mengajak Mikan memasuki kamar yang ada di sebelah kiri kamar Natsume, Mikan langsung menghempaskan dirinya di sofa yang ada di kamar Aoi.

"Jadi, dia kakakmu Aoi?" tanya Mikan sambil melipat tangannya di depan dadanya.

"Iya, yang tadi itu Nii-chan, Natsume." Jawab Aoi. "Eh? Tadi, Mikan-san kenapa bisa ada di kamar Nii-chan?" tanya Aoi sambil ikut duduk di sofa empuk itu.

"Tadi aku salah masuk kamar, aku kira kamarmu yang itu!" jawab Mikan sambil menggembungkan pipinya.

"Haha, aku tadi lupa memberitahu Mikan-san kalau kamarku yang sebelah kiri. Sudahlah, jangan di pikirkan ya!" ujar Aoi sambil tertawa renyah.

"Si Natsume itu sekolah di Gakuen Alice ya, Aoi?" tanya Mikan sambil mengambil kue-kue kecil yang ada di meja kecil di depannya.

"Iya, memangnya kenapa?" tanya Aoi balik.

"Nggak apa-apa sih, kenapa kau nggak sekolah di sana juga?" tanya Mikan lagi.

"Uhm, rencananya sih sehabis libur musim gugur dan awal musim dingin ini aku akan pindah ke Gakuen Alice." Terang Aoi.

"Oooh," hanya itu yang dapat keluar dari mulut Mikan.

"Eh, gimana kalau Mikan-san juga pindah ke sana?" tanya sekaligus usul Aoi.

"Um, gimana ya?" Mikan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Ayolah, ku mohon!" pinta Aoi sambil memasang puppy eye's nya.

"Nanti aku coba tanya ke Kaa-san dan Tou-san saja deh," ujar Mikan mengalah.

"Oke!" sahut Aoi ceria.

Aoi yakin, Mikan akan ikut pindah ke Gakuen Alice menemani dirinya. Mereka berdua mengobrol tentang bermacam-macam hal, sampai mereka sadar langit telah menjadi gelap. Mikan dan Aoi segera keluar dari kamar Aoi dan berjalan menuju halaman belakang yang merupakan tempat acara yang akan berlangsung. Saat melihat keluarganya, Mikan segera menghampiri mereka.

"Kaa-san, Tou-san.. Boleh tidak aku pindah ke sekolah Nii-chan?" tanya Mikan sambil meremas tangannya sendiri.

"Ke Gakuen Alice?" tanya Izumi.

"Boleh-boleh aja sih," jawab Yuka.

"Yaudah, nanti biar Tou-san yang urus semuanya.. Jadi nanti waktu udah masuk sekolah, kamu bareng Tsubasa ya." Ujar Izumi sambil tersenyum.

"Ok!" sahut Mikan.

"Kenapa kau ingin pindah ke sana, Chibi?" tanya Tsubasa pada Mikan.

"Nggak apa-apa, hanya menepati janji pada seseorang!" jawab Mikan.

"Apa dia telah menyadari dengan 'itu'nya ya?" tanya Yuka sambil berbisik pada Izumi dan Tsubasa.

"Entahlah, apa itu tak apa-apa Kaa-san, Tou-san?" tanya Tsubasa.

"Tak apa-apa, lagian itu juga baik buat dia.. Nanti di sana dia kan bakal di ajarkan untuk menggunakan 'itu'nya," jawab Izumi.

"Baguslah kalau dia sudah menyadari 'itu'nya sebagai penerus Yukihira Corp." sahut Yuka.

"Ya sudahlah," ujar Tsubasa. "Ah, itu Misaki dan yang lain. Kalau begitu, sampai jumpa semua!" sahut Tsubasa sambil berjalan menjauhi anggota keluarganya.

End Normal pov

Mikan pov

"Haaaah," aku menghembuskan nafas panjang.

Acara ulang tahun Natsume -Crimson-, anak Kaoru-san sudah berlangsung selama 1 jam. Kaa-san dan Tou-san sedang berbincang-bincang dengan Kaoru-san dan Ioran-san, dan Nii-chan sedang bersama gerombolan teman sekolahnya yang datang ke acara ini. Sedang kan aku? Aku tengah duduk di bawah salah satu pohon yang ada di halaman belakang rumah ini, dengan maksud menikmati acara ini. Aku menyenderkan kepalaku pada batang pohon yang besar ini.

"Huuuh, aku bosaaan! Kaa-san dan Tou-san sedang mengobrol dengan Kaoru-san dan Ioran-san, dan Nii-chan sedang bersama teman-temannya. Aku yang tak mengenal mereka hanya bisa berdiam diri! Huuuuh! Menyebalkan!" ujarku sedikit keras. Untung aku sedang berada di tempat yang sedikit jauh dari tempat orang-orang bergerombol di sana, kalau tidak mereka pasti akan memandangku dengan pandangan yang menyebalkan. Aku memukul-mukul tanah berumput yang kududuki, tanda aku sedang kesal.

Tiba-tiba aku mendengar ring tone handphone-ku, segera aku obrak-abrik tas tanganku untuk mengambil handphone-ku.

"Hmm? Kira-kira siapa ya?"

Aku membuka flat handphone-ku dan ku pandang layar handphone-ku. Terlihat sebuah gambar amplop menandakan ada e-mail masuk, segera ku buka e-mail itu. Dan.. Taraaa! Ternyata itu e-mail dari salah satu teman sekelasku yang ingin meminjam buku tugasku.

"Sial! Ngapain juga aku mengerjakan tugas itu kalau dia dengan mudah menconteknya!"

Aku menutup flat handphone-ku dan segera ku lempar ke arah belakangku.

Dug!

Eh? bunyi apa itu?. Aku menoleh ke arah belakang pohon, dan yang kulihat adalah handphone-ku yang berada tepat di depan mukaku.

"Eh?"

"Ini punyamu kan? Nih, baka!" ujarnya sambil melepaskan handphone-ku dari tangannya.

Handphone-ku terjatuh, dan dengan spontan aku menangkapnya.

"Ah, arigatou Natsume." ucapku sambil memasukkan handphone-ku ke dalam tas tanganku.

"Aku tak butuh ucapan terima kasih dari orang sepertimu, baka!" sahutnya sambil memanjat pohon yang sekarang ada di sampingku.

Urat nadi di dahiku berkedut.

"Namaku bukan baka! Mikan! Panggil aku Mikan, Natsume baka!" seruku padanya.

Ia mengacuhkanku. Dengan kesal aku berjalan menjauhi Natsume. Dasar sial, tiba-tiba aku terjatuh karena tersandung akar pohon yang menonjok.

"Ugh!" aku meringis.

Tiba-tiba aku merasa bagian pantatku terasa dingin. Astaga! Tidak mungkin!. Aku segera duduk dan merapikan gaunku. Mukaku merah padam. Aku memejamkan mataku. Semoga dia tak melihatnya.

"Kalau begitu, aku akan memanggilmu... Pulkadot!" celetuk Natsume tiba-tiba.

Tidak! Ternyata dia melihatnya! Aaaah, aku sudah tak bisa menikah lagi!.

Aku segera berlari menjauhinya. Mencoba melupakan kejadian ini.

Aku menghentikan langkahku, mencoba mengatur nafasku yang mulai naik turun.

Aku haus! Aku perlu minum!

Seorang pelayan berjalan melewatiku, ia membawa nampan berisikan gelas-gelas berisi minuman. Aku segera menghampirinya dan kuambil 1 gelas darinya. Kulihat raut wajah pelayan itu yang kaget, takku hiraukan pelayan itu dan segera kuminum minuman di gelas itu. Dan seketika pandanganku mengabur.

End Mikan pov

Normal pov

Tubuh Mikan ambruk, gelas yang di bawanya ikut terjatuh. Orang-orang di sekeliling Mikan memandangi tubuh Mikan mencari tahu ada apa.

"Eh, eh? ada apaan di sana?" tanya Misaki pada Tsubasa yang bersamanya.

Tsubasa mengangkat bahunya tanda tak tahu. Misaki dan Tsubasa pun memutuskan melihat apa yang terjadi. Saat melihat tubuh Mikan tergeletak, spontan mereka melotot.

"Mi, Mikan-chan kenapa?" gumam Misaki khawatir.

Tsubasa segera menerobos gerombolan orang-orang yang mengerubuti tubuh adik tersayangnya itu. Di gendongnya tubuh adiknya, terlihat raut khawatir di wajahnya. Ia mendekati pelayan yang ada di dekat tubuh Mikan.

"Anak ini kenapa?" tanya Tsubasa padanya.

"Ano, tadi dia tak sengaja meminum gelas yang berisi anggur yang sedikit keras."

Tsubasa mengangguk dan kemudian berjalan meninggalkan tempat itu menuju ke dalam rumah tuan rumah. Misaki segera berlari kecil menyusul langkah Tsubasa. Saat Tsubasa dan Misaki berjalan tak jauh dari Yuka, Yuka melihat mereka.

"Eh? Mereka kenapa?" tanya Yuka pada Izumi.

"Apa?" tanya Izumi balik sambil mengikuti arah pandangan Yuka.

Izumi melihat seseorang yang di gendong anak lelakinya, dan seseorang itu adalah Mikan.

"Itu Mikan!" seru Izumi sambil berjalan menyusul Tsubasa dan Misaki.

Yuka, Ioran, dan Kaoru segera berjalan menyusul mereka kedalam rumah.

Tsubasa dengan hati-hati membaringkan tubuh Mikan di sofa terdekat.

"Mikan kenapa, Tsubasa?" tanya Izumi khawatir.

"Iya Tsubasa, Mikan kenapa? Sakit?" tambah Yuka.

"Tenang Tou-san, Kaa-san. Mikan cuma nggak kuat minum aja," jawab Tsubasa.

"Ha? Minum! Mikan Minum?" seru Yuka sambil membelalakkan matanya.

"Iya, dia tadi nggak sengaja ngambil gelas yang isinya anggur keras." Terang Tsubasa.

"Anggur?" gumam Yuka.

"Kaa-san sih, ultah anak di bawah umur malah menyediakan anggur keras." celetuk Natsume yang datang tiba-tiba.

Seketika semua memandang Kaoru, kecuali Mikan dan Natsume tentunya.

"Ehehe, maaf ya~" Kaoru cengengesan.

"Kaoru-san!" seru Yuka sambil mengelurkan aura yang 'mematikan'.

Kaoru mengkerut di hadapan Yuka, ia celingak-celinguk mencari pertolongan. Begini-begini Yuka kalau ngamuk nyeremin, seperti setan yang turun (bukannya naik?) dari neraka.

"Um, sebaiknya Mikan-chan di apa kan sekarang?" tanya Misaki memecahkan aura yang tak mengenakkan itu.

"Tidurkan saja dulu di situ," sahut Yuka. "Kaoru-san. Mari. Kita. Selesaikan. Urusan. Kita." Tambah Yuka sambil menyeret Kaoru pergi. Kaoru hanya pasrah akan nasibnya.

"Tabahkan dirimu, Kaoru-san." Batin semua yang ada di sana.

End Normal pov

Mikan pov

Ku buka kelopak mataku pelan-pelan. Secerca sinar matahari yang terpantul dari kaca di pintu beranda, menimpa ke dua bola mataku. Silau! Tunggu! Sejak kapan kamarku mempunyai beranda sendiri?. Ku sipitkan mataku mencoba melihat sekeliling tanpa terhalau sinar matahari. Loh? Kenapa dinding kamarku berwarna hitam-putih? Sejak kapan kamarku di renovasi?. Uhm, sepertinya aku pernah ke ruangan seperti ini deh.

"Kau sudah bangun... Mikan?"

sebuah suara sedikit berat menyapaku. Suara itu! Aku menoleh ke arah sumber suara itu. Dia ...

"Crim, ah Natsume!" pekikku tertahan.

Ah! Pantas aku merasa pernah ke ruangan ini, ini kan kamar Natsume!. Tunggu! Kenapa aku bisa berada di sini?.

Tiba-tiba aku merasa ke dinginan. Aku menaikkan selimut hingga sampai di daguku.

Eh? A, apa ini? Ke, kenapa seperti ini? Ke, kenapa tubuhku telanjang di bawah selimut?. Tidaaak!.

"Semalam sangat menyenangkan ya," suara Natsume seolah menggelitik telingaku.

Aku menoleh lagi kepadanya. Aku menatapnya dengan tatapan setengah menangis sambil berusaha memberikan death glare terbaikku padanya.

"Ekspresi-mu sekarang seperti anak kucing yang ingin di pungut saja, apa kau ingin ku pungut?" tanyanya sambil mencium beberapa helai rambutku.

Hiks, Kaa-san, Tou-san, Nii-chan!

"TIIIDDDAAAAAKKK!"

-TBC-


Hue hue, aku sedikit merinding waktu bikin bagian akhir" ini XD

Hiks, padahal awal di chapter ini seharusnya udah tamat

Tapi seiring saat aku ngetik ide-ide lain berseliweran

Akhirnya malah ngebikin nih fanfic masih berlanjut

Seperti yang tertulis di atas, nanti di chapter-chapter yang akan datang aku bikin Mikan dan Aoi pindah sekolah ke Gakuen Alice

Tapi Aoi ntar cuma jadi pemeran pembantu (Aoi : hiks hiks)

Pokoknya tunggu chapter selanjutnya ya! XD

REVIEW, please?!

FF Gakuen Alice - Dia - Pesta (5)

Chapter 5 UPDATE!

Maaf, chapter yang ini lama update! *nunduk-nunduk*

Soalnya ceritanya mau namatin di chapter ini

Karena aku yang terlalu pusing memikirkan ending yang bagus gimana, akhirnya malah bikin chapter ini lama update *guling-guling*

Di chapter ini, pertama kali aku ngebuat normal pov

Jadi maaf ya kalau aneh *pundung*

Oya, sebelumnya thanks buat Misyel, Rihiko Hazuki-chan, dan Icha yukina clyne yang selalu setia membaca fanfic-ku yang nista ini *nunduk-nunduk*

Juga thanks buat yang udah review atau pun readers yang cuma ngebaca tanpa kasih review

Udahlah, nggak usah basa basi lagi

Selamat menikmati! (emang makanan? ==") XD


Pemeran : Tokoh-tokoh Gakuen Alice (Alice Academy)

Disclaimer : Saya! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* saya yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi XD

Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* niatnya sih Romance, tapi kaya'nya jadinya bukan Romance deh *pundung*

Warning : GaJe, OOC, Typo(s), Basi, Abal, dsb dsb dll

Summary : Saat mereka bertatap muka secara langsung untuk ke dua kalinya. "Kau!" seru ke duanya sambil saling menunjuk.

Pesta


Normal pov

Mikan sedang mendandani dirinya, sebentar lagi pukul 5.00pm. Memang acara ulang tahun itu pukul 7.00pm, masih lama memang. Tapi Kaa-san Mikan, Yuka ingin datang sedikit lebih cepat, ingin 'say hello' dengan tuan rumah katanya.

Mikan menyelesaikan dandanannya dengan mengoleskan lipgloss pada bibirnya.

"Yosh! Perfect!" ucapnya sambil mematutkan diri pada cermin di depannya.

Setelah puas dengan hasilnya, Mikan segera mengambil tas tangannya yang tergeletak tak jauh dari tempatnya. Kemudian ia keluar dari kamarnya menuju ke tempat anggota keluarganya menunggu.

Di ruang tamu terlihat seorang cowok berambut hitam gelap dengan setelan tuxedo yang cocok dengannya. Lalu seorang lelaki dewasa yang juga memakai tuxedo. Dan seorang wanita mirip Mikan dengan dress sedikit terbuka berwarna peach.

"Kaa-san!" sapa Mikan saat mendekati Yuka. "Kaa-san cantik sekali dengan gaun itu" tambahnya sambil memandang Yuka dari atas ke bawah.

Yuka menjitak pelan kepala anak perempuannya itu.

"Enak saja! Jadi kalo Kaa-san tidak memakai gaun ini, Kaa-san tidak cantik gitu?" tuntutnya sambil memanyunkan bibirnya.

"Hehe, ya bukan gitu maksudku Kaa-san. Kaa-san itu kalau pakai gaun apa aja atau pakaian apa aja tuh cantik!" ujar Mikan lagi.

"Hehehe, siapa dulu donk! Kaa-san!" sahut Yuka sambil menepuk dadanya.

"Eh eh! Itu karena Tou-san lho! Kan Tou-san yang memilihkan dress itu untuk Kaa-san!" ujar Izumi.

"Kan Chibi tadi bilang bukan karena gaun itu Tou-san! Tou-san ini tak mau kalah saja," sahut Tsubasa cemberut.

"Kenapa wajahmu seperti itu Tsubasa? Haha, kau kesal karena acara ini kau tak jadi bertemu Misaki?" goda Yuka sambil mencubit pipi anak lelakinya itu.

"Jangan cubit pipiku Kaa-san!" larang Tsubasa sambil menjauhkan wajahnya dari jangkauan tangan Yuka.

"Haha, tenang Nii-chan! Misaki-nee-san nanti ikut kita ke acara itu kok~ Jadi jangan di tekuk wajah jelek itu," celoteh Mikan sambil bersembunyi di belakang tubuh Izumi.

"Jelek? Dasar Chibi!" seru Tsubasa sambil berusaha mengacak-acak rambut Mikan.

"Eit eit! Sudah sudah, Tsubasa. Mikan sudah susah payah merapikan rambutnya, Kasian dia nanti kalau harus merapikannya lagi." Ujar Izumi sambil membentengi tubuh Mikan dari Tsubasa.

Yuka melihat arloji di tangannya.

"Sudah! Ayo kita lekas pergi, sudah jam segini lho!" sahut Yuka sambil menyeret tubuh Tsubasa.

Izumi dan Mikan berjalan menuju mobil mengikuti Yuka dan Tsubasa.

(kita skip aja adegan di perjalanannya ya! author lagi nggak ada ide sih hahaha *tertawa nista* *author di bekep readers*)

Sebuah mobil hitam keluaran terbaru berjalan memasuki pekarangan sebuah rumah yang cukup 'WAH' (mewah maksudnya :p). Mobil tadi dengan mulus berhenti tepat di samping sebuah mobil yang terlihat sama mewahnya dengan rumah itu. Tak lama kemudian keluar dua orang wanita dan juga dua orang lelaki.

"Kaa-san, masih jam segini nih! Apa nggak kecepatan nih?" tanya Mikan sambil memperlihatkan arloji yang di pakainya pada Yuka.

Yuka menoleh sekilas ke arah anak perempuannya itu.

"Nggak, nggak apa-apa kok. Orang kita cuma lebih cepat 1 jam aja, nggak usah di pikirin! Yuk, kita ke halaman belakang!" ajak Yuka sambil menggandeng tangan Izumi yang telah berada di sampingnya.

Yuka dan Izumi berjalan mendahului menuju arah belakang rumah mewah yang ada di depan mereka, Mikan dan Tsubasa segera berjalan mengikuti mereka.

"Yuka? Hai!" sapa seorang wanita yang terlihat beberapa tahun lebih tua dari Yuka, Kaoru.

Yuka dan Kaoru segera cipika cipiki dengan serunya. Tsubasa dan Mikan hanya menonton adegan itu dalam diam.

"Ah, Sensei~," sapa Kaoru saat melihat Izumi dan segera memamerkan cengirannya.

"Oh ya, ayo masuk! Ioran dan Aoi sudah menunggu kalian di dalam!" celetuk Kaoru sambil merangkul Mikan. "Mikan sudah tambah gede ya, umurnya berapa sekarang? 15? 14?" tanya Kaoru sambil membawa Mikan masuk ke dalam rumah mewah itu. Izumi, Yuka, dan Tsubasa hanya diam sambil mengikuti sang tuan rumah.

"Masih 14 tahun kok, Kaoru-ba-san." Jawab Mikan sambil tersenyum simpul.

"Panggil saja Kaoru-san!" ingat Kaoru.

"I, Iya Kaoru-san," jawab Mikan lagi.

Gerombolan kecil itu memasuki sebuah ruangan yang telah terisi oleh seorang lelaki dan seorang anak perempuan.

"Oh, Ioran-san lama tak jumpa!" sapa Yuka.

"Yuka? haha, padahal kau terakhir ke sini belum lama ini!" sahut lelaki itu, Ioran.

"Mikan-san!" sapa anak perempuan itu, Aoi.

"Aoi, apa kabar?" sapa Mikan sambil memeluk Aoi.

"Baik, Mikan-san sendiri gimana?" tanya Aoi balik.

"Seperti yang kau lihat ini!" jawab Mikan sambil melepas pelukannya.

"Kaa-san! Aku dan Mikan-san ke atas ya!" sahut Aoi sambil menggandeng Mikan keluar ruangan itu.

"Kalau udah waktunya, kalian ke bawah ya!" ingat Kaoru.

Aoi hanya menganggukkan kepalanya. Tsubasa yang malang tersenyum kecut saat menyadari dirinya sendirian di tengah-tengah orang-orang dewasa itu.

Mikan dan Aoi tengah melewati tangga yang menghubungkan lantai 1 dengan lantai 2 itu. Mikan memandangi foto-foto yang terpajang di dinding yang ia lewati, mencari tahu sosok kakak Aoi. Mikan memang sudah lama kenal dengan keluarga Hyuuga ini, tapi hanya sosok Kaoru, Ioran, dan Aoi saja yang ia tahu. Sejauh ini ia tak pernah bertemu ataupun melihat sosok kakak Aoi, Natsume.

"Ne~ Mikan-san sedang melihat apa?" tanya Aoi sambil memandang wajah Mikan.

"Em? tidak, aku hanya melihat foto-foto ini.. aku heran, kenapa dari sekian banyak foto di sini aku tak pernah mendapati foto kakakmu?" tanya Mikan sambil terus memandangi foto-foto yang lain.

"Oh, cuma itu aja?" tanya Aoi balik. Mikan mengangguk.

"Nii-chan itu nggak suka di foto, makanya hanya sedikit foto di sini yang ada dirinya." Terang Aoi. "Nanti juga Mikan-san bakal ketemu sama Nii-chan," tambahnya lagi.

"Oh ya, Mikan-san mau minum apa?" tanya Aoi sambil berhenti di tengah tangga.

"Um? Terserah Aoi saja." jawab Mikan. "Apa perlu kubantu?" tanya Mikan sambil ikut menghentikan langkahnya.

"Nggak usah, Mikan masuk saja ke kamarku. Kamarku ada di depan tangga kok, aku ke bawah dulu ya!" ujar Aoi sambil berlari menuruni tangga.

Mikan pun segera melanjutkan langkahnya menaiki tangga. Selama ini Aoi tak pernah mengajaknya memasuki kamarnya, dan juga tak pernah menunjukkan kamarnya. Tapi ia pernah berkeliling rumah itu sebelumnya, yah walaupun ia sedikit lupa dengan ruangan apa saja yang ada di sini mungkin karena rumah itu memiliki banyak ruangan kali ya?.

Mikan menjejakkan kakinya di lantai 2 rumah itu. Mikan melihat tepat di depan tangga ada dua pintu yang nyaris bersebelahan, dan Mikan tak tahu yang mana kamar Aoi. Dengan bimbang Mikan membuka pintu yang ada di sebelah kanan, dan ia memasuki ruangan yang merupakan sebuah kamar itu. Kamar itu sangat minimalis dengan cat dinding berwarna hitam dan putih, terdapat almari dan meja belajar berwarna hitam di pojokan kamar itu, ada juga sebuah sofa berwarna putih yang menghadap beranda dengan pintu kaca yang terbuka. Di dinding sebelah kanan, Mikan melihat sebuah pintu yang terbuat dari kaca yang buram, sepertinya sebuah ruangan. Mikan mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar sekali lagi.

"Sepertinya ini kamar cowok, apa mungkin ini kamar kakak Aoi? Ah, sebaiknya aku keluar dan menunggu Aoi di depan saja. Aku harus lekas keluar dari kamar ini sebelum kakak Aoi melihatku di sini, kalau memang benar ini kamar kakak Aoi sih." Ujar Mikan dalam hatinya.

Mikan membalikkan badannya, dan saat ia hendak berjalan menuju pintu yang tak jauh dari tempat dirinya berdiri. Tiba-tiba ia mendengar derit pintu yang terbuka, sepertinya pintu yang lain yang ada di kamar itu terbuka. Seketika dari dahinya keluar keringat dingin, ia tak berani untuk menoleh pada seseorang yang sepertinya tengah menatap tajam dirinya.

"Siapa kau? Kenapa kau ada di kamarku!" suara sedikit berat menyapa Mikan dengan tajam.

"Ma, maafkan aku. Aku tadi salah masuk kamar," bela Mikan sambil tetap tak mau membalikkan badannya.

"Dasar, semua cewek sama saja! Nggak di sekolah, nggak di rumah! Nggak kenal tapi malah memasuki kamar orang lain!" tutur pemilik suara tadi -yang ternyata cowok yang terlihat seumuran dengan Mikan- dengan tajam.

"Hah?" Mikan kaget mendengar penuturan cowok itu.

"Huh, kau salah satu fans-ku yang datang ke acaraku hari ini ya? Kau mau apa? Melihatku yang sedang mandi? Atau melihatku yang sedang tertidur?" tanya cowok itu dengan sinis.

Mikan mengepalkan tangannya, tanda ia sedang kesal.

"Nih cowok PD amat sih!" pikir Mikan.

Mikan membalikkan badannya dengan cepat.

"Apa? Fans kamu? Aku aja nggak kenal kamu! Ngapain juga aku pakai jadi fans kamu! Nggak sudi tau!" semprot Mikan berapi-api.

Mikan mengangkat kepalanya untuk memandang cowok yang telah ia semprot itu. Dan di lihatnya yang berdiri di depannya adalah sesosok cowok berambut raven yang tengah bertelanjang dada, badannya berkilat karena ia basah kuyup, ia memakai celana pendek, dan di pundaknya tersampir handuk yang setengah basah sepertinya dia habis mandi. Muka Mikan memerah saat menyadari dirinya tengah berada di kamar cowok dan si empunya tengah bertelanjang dada sehabis mandi. Mereka berdua bertemu pandang, hazel bertemu crimson. Seketika mereka berdua terbelalak. Inilah saat mereka bertatap muka secara langsung untuk ke dua kalinya.

"Kau!" seru ke duanya sambil saling menunjuk.

Muka Mikan seketika menjadi lebih merah dari sebelumnya, sang pemilik kamar, Natsume juga terlihat samar-samar rona merah di pipinya.

"Ke, kenapa dia bisa berada di sini? Mana lagi aku tadi telah berkata tidak pantas dengannnya!" batin hati Natsume yang tengah menjerit-jerit.

"Crimson! Ja, jadi dia Crimson? Natsume?" tanya Mikan dalam hati.

Mereka berdua saling pandang dan tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Tiba-tiba pintu yang ada di dekat Mikan terbuka, seketika dua remaja itu mengalihkan perhatiannya pada pintu yang terbuka itu. Aoi mengintip ke dalam kamar itu.

"Mikan-san, kenapa kau ada di sini?" tanya Aoi saat menyadari Mikan berada di kamar itu.

Mikan diam saja, Natsume mendengus.

"Jadi dia temanmu, Aoi? Lain kali ajari dia sopan santun, jangan masuk ke kamar orang seenaknya. Sudah lah, kalian keluar sana!" seru Natsume mengusir Mikan dan Aoi dari kamarnya.

Aoi menggandeng Mikan keluar dari kamar itu, Mikan menurut saja. Aoi langsung mengajak Mikan memasuki kamar yang ada di sebelah kiri kamar Natsume, Mikan langsung menghempaskan dirinya di sofa yang ada di kamar Aoi.

"Jadi, dia kakakmu Aoi?" tanya Mikan sambil melipat tangannya di depan dadanya.

"Iya, yang tadi itu Nii-chan, Natsume." Jawab Aoi. "Eh? Tadi, Mikan-san kenapa bisa ada di kamar Nii-chan?" tanya Aoi sambil ikut duduk di sofa empuk itu.

"Tadi aku salah masuk kamar, aku kira kamarmu yang itu!" jawab Mikan sambil menggembungkan pipinya.

"Haha, aku tadi lupa memberitahu Mikan-san kalau kamarku yang sebelah kiri. Sudahlah, jangan di pikirkan ya!" ujar Aoi sambil tertawa renyah.

"Si Natsume itu sekolah di Gakuen Alice ya, Aoi?" tanya Mikan sambil mengambil kue-kue kecil yang ada di meja kecil di depannya.

"Iya, memangnya kenapa?" tanya Aoi balik.

"Nggak apa-apa sih, kenapa kau nggak sekolah di sana juga?" tanya Mikan lagi.

"Uhm, rencananya sih sehabis libur musim gugur dan awal musim dingin ini aku akan pindah ke Gakuen Alice." Terang Aoi.

"Oooh," hanya itu yang dapat keluar dari mulut Mikan.

"Eh, gimana kalau Mikan-san juga pindah ke sana?" tanya sekaligus usul Aoi.

"Um, gimana ya?" Mikan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Ayolah, ku mohon!" pinta Aoi sambil memasang puppy eye's nya.

"Nanti aku coba tanya ke Kaa-san dan Tou-san saja deh," ujar Mikan mengalah.

"Oke!" sahut Aoi ceria.

Aoi yakin, Mikan akan ikut pindah ke Gakuen Alice menemani dirinya. Mereka berdua mengobrol tentang bermacam-macam hal, sampai mereka sadar langit telah menjadi gelap. Mikan dan Aoi segera keluar dari kamar Aoi dan berjalan menuju halaman belakang yang merupakan tempat acara yang akan berlangsung. Saat melihat keluarganya, Mikan segera menghampiri mereka.

"Kaa-san, Tou-san.. Boleh tidak aku pindah ke sekolah Nii-chan?" tanya Mikan sambil meremas tangannya sendiri.

"Ke Gakuen Alice?" tanya Izumi.

"Boleh-boleh aja sih," jawab Yuka.

"Yaudah, nanti biar Tou-san yang urus semuanya.. Jadi nanti waktu udah masuk sekolah, kamu bareng Tsubasa ya." Ujar Izumi sambil tersenyum.

"Ok!" sahut Mikan.

"Kenapa kau ingin pindah ke sana, Chibi?" tanya Tsubasa pada Mikan.

"Nggak apa-apa, hanya menepati janji pada seseorang!" jawab Mikan.

"Apa dia telah menyadari dengan 'itu'nya ya?" tanya Yuka sambil berbisik pada Izumi dan Tsubasa.

"Entahlah, apa itu tak apa-apa Kaa-san, Tou-san?" tanya Tsubasa.

"Tak apa-apa, lagian itu juga baik buat dia.. Nanti di sana dia kan bakal di ajarkan untuk menggunakan 'itu'nya," jawab Izumi.

"Baguslah kalau dia sudah menyadari 'itu'nya sebagai penerus Yukihira Corp." sahut Yuka.

"Ya sudahlah," ujar Tsubasa. "Ah, itu Misaki dan yang lain. Kalau begitu, sampai jumpa semua!" sahut Tsubasa sambil berjalan menjauhi anggota keluarganya.

End Normal pov

Mikan pov

"Haaaah," aku menghembuskan nafas panjang.

Acara ulang tahun Natsume -Crimson-, anak Kaoru-san sudah berlangsung selama 1 jam. Kaa-san dan Tou-san sedang berbincang-bincang dengan Kaoru-san dan Ioran-san, dan Nii-chan sedang bersama gerombolan teman sekolahnya yang datang ke acara ini. Sedang kan aku? Aku tengah duduk di bawah salah satu pohon yang ada di halaman belakang rumah ini, dengan maksud menikmati acara ini. Aku menyenderkan kepalaku pada batang pohon yang besar ini.

"Huuuh, aku bosaaan! Kaa-san dan Tou-san sedang mengobrol dengan Kaoru-san dan Ioran-san, dan Nii-chan sedang bersama teman-temannya. Aku yang tak mengenal mereka hanya bisa berdiam diri! Huuuuh! Menyebalkan!" ujarku sedikit keras. Untung aku sedang berada di tempat yang sedikit jauh dari tempat orang-orang bergerombol di sana, kalau tidak mereka pasti akan memandangku dengan pandangan yang menyebalkan. Aku memukul-mukul tanah berumput yang kududuki, tanda aku sedang kesal.

Tiba-tiba aku mendengar ring tone handphone-ku, segera aku obrak-abrik tas tanganku untuk mengambil handphone-ku.

"Hmm? Kira-kira siapa ya?"

Aku membuka flat handphone-ku dan ku pandang layar handphone-ku. Terlihat sebuah gambar amplop menandakan ada e-mail masuk, segera ku buka e-mail itu. Dan.. Taraaa! Ternyata itu e-mail dari salah satu teman sekelasku yang ingin meminjam buku tugasku.

"Sial! Ngapain juga aku mengerjakan tugas itu kalau dia dengan mudah menconteknya!"

Aku menutup flat handphone-ku dan segera ku lempar ke arah belakangku.

Dug!

Eh? bunyi apa itu?. Aku menoleh ke arah belakang pohon, dan yang kulihat adalah handphone-ku yang berada tepat di depan mukaku.

"Eh?"

"Ini punyamu kan? Nih, baka!" ujarnya sambil melepaskan handphone-ku dari tangannya.

Handphone-ku terjatuh, dan dengan spontan aku menangkapnya.

"Ah, arigatou Natsume." ucapku sambil memasukkan handphone-ku ke dalam tas tanganku.

"Aku tak butuh ucapan terima kasih dari orang sepertimu, baka!" sahutnya sambil memanjat pohon yang sekarang ada di sampingku.

Urat nadi di dahiku berkedut.

"Namaku bukan baka! Mikan! Panggil aku Mikan, Natsume baka!" seruku padanya.

Ia mengacuhkanku. Dengan kesal aku berjalan menjauhi Natsume. Dasar sial, tiba-tiba aku terjatuh karena tersandung akar pohon yang menonjok.

"Ugh!" aku meringis.

Tiba-tiba aku merasa bagian pantatku terasa dingin. Astaga! Tidak mungkin!. Aku segera duduk dan merapikan gaunku. Mukaku merah padam. Aku memejamkan mataku. Semoga dia tak melihatnya.

"Kalau begitu, aku akan memanggilmu... Pulkadot!" celetuk Natsume tiba-tiba.

Tidak! Ternyata dia melihatnya! Aaaah, aku sudah tak bisa menikah lagi!.

Aku segera berlari menjauhinya. Mencoba melupakan kejadian ini.

Aku menghentikan langkahku, mencoba mengatur nafasku yang mulai naik turun.

Aku haus! Aku perlu minum!

Seorang pelayan berjalan melewatiku, ia membawa nampan berisikan gelas-gelas berisi minuman. Aku segera menghampirinya dan kuambil 1 gelas darinya. Kulihat raut wajah pelayan itu yang kaget, takku hiraukan pelayan itu dan segera kuminum minuman di gelas itu. Dan seketika pandanganku mengabur.

End Mikan pov

Normal pov

Tubuh Mikan ambruk, gelas yang di bawanya ikut terjatuh. Orang-orang di sekeliling Mikan memandangi tubuh Mikan mencari tahu ada apa.

"Eh, eh? ada apaan di sana?" tanya Misaki pada Tsubasa yang bersamanya.

Tsubasa mengangkat bahunya tanda tak tahu. Misaki dan Tsubasa pun memutuskan melihat apa yang terjadi. Saat melihat tubuh Mikan tergeletak, spontan mereka melotot.

"Mi, Mikan-chan kenapa?" gumam Misaki khawatir.

Tsubasa segera menerobos gerombolan orang-orang yang mengerubuti tubuh adik tersayangnya itu. Di gendongnya tubuh adiknya, terlihat raut khawatir di wajahnya. Ia mendekati pelayan yang ada di dekat tubuh Mikan.

"Anak ini kenapa?" tanya Tsubasa padanya.

"Ano, tadi dia tak sengaja meminum gelas yang berisi anggur yang sedikit keras."

Tsubasa mengangguk dan kemudian berjalan meninggalkan tempat itu menuju ke dalam rumah tuan rumah. Misaki segera berlari kecil menyusul langkah Tsubasa. Saat Tsubasa dan Misaki berjalan tak jauh dari Yuka, Yuka melihat mereka.

"Eh? Mereka kenapa?" tanya Yuka pada Izumi.

"Apa?" tanya Izumi balik sambil mengikuti arah pandangan Yuka.

Izumi melihat seseorang yang di gendong anak lelakinya, dan seseorang itu adalah Mikan.

"Itu Mikan!" seru Izumi sambil berjalan menyusul Tsubasa dan Misaki.

Yuka, Ioran, dan Kaoru segera berjalan menyusul mereka kedalam rumah.

Tsubasa dengan hati-hati membaringkan tubuh Mikan di sofa terdekat.

"Mikan kenapa, Tsubasa?" tanya Izumi khawatir.

"Iya Tsubasa, Mikan kenapa? Sakit?" tambah Yuka.

"Tenang Tou-san, Kaa-san. Mikan cuma nggak kuat minum aja," jawab Tsubasa.

"Ha? Minum! Mikan Minum?" seru Yuka sambil membelalakkan matanya.

"Iya, dia tadi nggak sengaja ngambil gelas yang isinya anggur keras." Terang Tsubasa.

"Anggur?" gumam Yuka.

"Kaa-san sih, ultah anak di bawah umur malah menyediakan anggur keras." celetuk Natsume yang datang tiba-tiba.

Seketika semua memandang Kaoru, kecuali Mikan dan Natsume tentunya.

"Ehehe, maaf ya~" Kaoru cengengesan.

"Kaoru-san!" seru Yuka sambil mengelurkan aura yang 'mematikan'.

Kaoru mengkerut di hadapan Yuka, ia celingak-celinguk mencari pertolongan. Begini-begini Yuka kalau ngamuk nyeremin, seperti setan yang turun (bukannya naik?) dari neraka.

"Um, sebaiknya Mikan-chan di apa kan sekarang?" tanya Misaki memecahkan aura yang tak mengenakkan itu.

"Tidurkan saja dulu di situ," sahut Yuka. "Kaoru-san. Mari. Kita. Selesaikan. Urusan. Kita." Tambah Yuka sambil menyeret Kaoru pergi. Kaoru hanya pasrah akan nasibnya.

"Tabahkan dirimu, Kaoru-san." Batin semua yang ada di sana.

End Normal pov

Mikan pov

Ku buka kelopak mataku pelan-pelan. Secerca sinar matahari yang terpantul dari kaca di pintu beranda, menimpa ke dua bola mataku. Silau! Tunggu! Sejak kapan kamarku mempunyai beranda sendiri?. Ku sipitkan mataku mencoba melihat sekeliling tanpa terhalau sinar matahari. Loh? Kenapa dinding kamarku berwarna hitam-putih? Sejak kapan kamarku di renovasi?. Uhm, sepertinya aku pernah ke ruangan seperti ini deh.

"Kau sudah bangun... Mikan?"

sebuah suara sedikit berat menyapaku. Suara itu! Aku menoleh ke arah sumber suara itu. Dia ...

"Crim, ah Natsume!" pekikku tertahan.

Ah! Pantas aku merasa pernah ke ruangan ini, ini kan kamar Natsume!. Tunggu! Kenapa aku bisa berada di sini?.

Tiba-tiba aku merasa ke dinginan. Aku menaikkan selimut hingga sampai di daguku.

Eh? A, apa ini? Ke, kenapa seperti ini? Ke, kenapa tubuhku telanjang di bawah selimut?. Tidaaak!.

"Semalam sangat menyenangkan ya," suara Natsume seolah menggelitik telingaku.

Aku menoleh lagi kepadanya. Aku menatapnya dengan tatapan setengah menangis sambil berusaha memberikan death glare terbaikku padanya.

"Ekspresi-mu sekarang seperti anak kucing yang ingin di pungut saja, apa kau ingin ku pungut?" tanyanya sambil mencium beberapa helai rambutku.

Hiks, Kaa-san, Tou-san, Nii-chan!

"TIIIDDDAAAAAKKK!"

-TBC-


Hue hue, aku sedikit merinding waktu bikin bagian akhir" ini XD

Hiks, padahal awal di chapter ini seharusnya udah tamat

Tapi seiring saat aku ngetik ide-ide lain berseliweran

Akhirnya malah ngebikin nih fanfic masih berlanjut

Seperti yang tertulis di atas, nanti di chapter-chapter yang akan datang aku bikin Mikan dan Aoi pindah sekolah ke Gakuen Alice

Tapi Aoi ntar cuma jadi pemeran pembantu (Aoi : hiks hiks)

Pokoknya tunggu chapter selanjutnya ya! XD

REVIEW, please?!