Pages

Hai!
Buat anak-anak AKB, aku pinjam nama-nama dan sifat kalian!
Hahaha, xD *ketawa nista*
*di keroyok anak-anak AKB karena nggak minta izin pemakaian nama sebelumnya*
Ah, sudahlah~ nikmatin aja karyaku di bawah ini xD
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Anak-anak AKB yang aku kenal~ xD
Disclaimer : Tsu DeiNatsuMi HikaQWERTY / Hyuuga D. Muphtie xD
Genre : Silakan cari tau sendiri!#plak yang jelas nggak berbeda dengan kenyataan (AU)#plak xD
Sumarry : Namaku Kazuki Mufti, yang biasa di panggil Muphtie...

Aku duduk di beranda lantai 2 di rumahku, menatap bulir-bulir air hujan di luar sana. Tatapanku kosong. Aku menghela nafas berat. Aku menatap kosong hujan yang masih turun sedari tadi.
Tiba-tiba bahuku di tepuk oleh seseorang. Aku terlonjak dari posisiku. Nafasku memburu karena kaget. Aku menoleh ke belakang dan menatap orang itu kesal.
"Gie! Jangan ngagetin aku lagi dong!" seruku sambil mengerucutkan bibirku.
Seorang cewek berdiri menatapku sambil memberikan cengiran khasnya. Dia mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya dan menunjukkannya padaku.
"Peace~ hehehe," ujarnya sambil duduk di kursi yang kosong di sampingku.
Aku kembali duduk di kursiku. Aku menatap tajam Anggie, atau yang lebih akrab di sapa Gie.
"Cengengesan aja dari tadi," celetukku sebal.
"Aduh 'Ibu Kos'! Gitu aja sebel, biasa aja.. Biasa~ haha," ujarnya sembari ketawa.
Aku kembali mengerucutkan bibirku sebal. Oya, aku belum memperkenalkan diri ya? Namaku Kazuki Mufti, yang biasa di panggil Muphtie. Apa namaku terdengar aneh atau asing di telingamu? Itu pasti, karena aku bukan orang Indonesia asli. Papaku memang orang Indonesia, tapi Mamaku asli orang Jepang. Tapi, Papaku juga keturunan orang Jepang karena itulah nama keluargaku Kazuki. Marga (nama keluarga) yang khas dengan nama orang dari Negri Sakura.
Oya, pasti kalian berpikir kenapa Gie memanggilku dengan sebutan 'Ibu Kos'? Karena rumah ini adalah salah satu rumah keluargaku yang ada di Indonesia. Dan rumah ini di jadikan kos-kosan oleh keluargaku, mungkin karena Papa dan Mamaku ingin mencarikan orang-orang yang dapat meramaikan rumah ini? Who knows? Ngomong-ngomong, Papa, Mama, Kakak, dan Adikku tinggal di Jepang. Kenapa aku tinggal di Indonesia? Pertanyaan bagus! Karena aku ingin, mencoba mandiri kukira?
Tahun ini aku berumur 16 tahun, kelas 2 SMA. Dan sudah hampir setengah tahun aku tinggal di sini tanpa anggota keluargaku yang lain. Dan sudah setengah tahun juga rumah ini resmi jadi kos-kosan. Aku bersekolah di SMA Mutia I. Sekolah yang cukup bagus menurutku. Gie adalah anak kos-kosan di rumahku, sekaligus seniorku yang kelas 2 di sekolah. Ah, cukup untuk perkenalannya. Aku kembali menatap bulir-bulir air hujan yang sudah agak reda.
"Ada apa, kok kamu ke sini Gie?" tanyaku masih dengan nada kekesalan.
"Ehehe, biasa cuma mau ngasih jatahmu aja Muph."
Aku menoleh ke arahnya. Aku mengangkat sebelah alisku.
"Mana?" sahutku sambil menodongkan tanganku padanya.
"Ckckck, kalau urusan begini aja kamu langsung respon. Dasar," desahnya sembari mengambil sesuatu di saku jaketnya. "Nih, sama jatah bulan besok ya?" tambahnya sambil menyerahkan sebuah amplop coklat padaku.
Aku menerima amplop coklat itu dan segera memasukannya ke saku celana pendekku. Tumben sekali Gie membayar 2 bulan sekaligus? Ah, sudahlah. Aku berdiri dari posisi dudukku. Aku berjalan menuju ke dalam rumah.
"Mau kemana?" tanya Gie yang tiba-tiba sudah berada di sampingku.
"Ke dapur, kenapa?"
"Nggak apa-apa, aku ikut kalau gitu,"
"Terserah," jawabku pendek.
Kami berjalan dalam diam. Sepertinya Gie tenggelam dalam pikirannya sendiri. Aku memandang lorong lantai 2 rumahku ini. Sepi. Kemana anak-anak? Apa mereka semua pada pergi?
Aku dan Gie menuruni tangga yang menghubungkan lantai 1 dengan lantai 2. Gie masih diam memikirkan sesuatu. Saat sampai di lantai 1 aku menoleh ke arah ruang keluarga, biasanya anak-anak kumpul di ruangan itu. Em? Kenapa ruangan itu pintunya tertutup? Ah, sudahlah. Aku beranjak meninggalkan tempat itu.
Saat sampai di dapur, aku duduk di kursi di dekat meja. Di dapur itu ada seorang wanita paruh baya yang tengah membereskan peralatan dapur.
"Bi, buatin jus dong," pintaku padanya.
Wanita tua itu, Bi Sumi menoleh ke arahku. Sepertinya beliau kaget akan keberadaanku. Aneh. Tapi, sedetik kemudian Bi Sumi menghampiri kulkas dan mengambil bahan untuk memenuhi keinginanku. Aku meletakkan kepalaku di atas meja, aku menutup kelopak mataku.
Hm, hari ini kok aneh sekali ya? Gie yang tiba-tiba pendiam, padahal biasanya dia banyak omong. Bi Sumi yang terlihat kaget akan diriku. Rumah yang sepi. Anak-anak yang hilang entah kemana. Huh, sudahlah. Ngomong-ngomong, Gie kok masih diam aja ya?
Aku membuka kelopak mataku, mencari sosok Gie. Lho? Kok Gie nggak ada? Aku duduk tegap, memperhatikan sekelilingku. Aku menoleh ke arah kulkas. Bi Sumi juga hilang. Aduh, kenapa seisi rumah tiba-tiba hilang sih? Sebentar lagi kan gelap, malam. Aku takut sendirian.
Aku beranjak meninggalkan dapur. Aku berjalan menuju arah ruang keluarga. Samar-samar terdengar suara yang bersaut-sautan dari sana. Ah, pasti mereka semua berada di sana! Aku berjalan cepat menghampiri pintu yang tertutup itu. Semakin dekat. Beberapa langkah lagi. Aku segera memegang dengan erat ganggang pintu itu.
Aku akan membuka pintu ini dalam hitungan ke tiga. Satu. Aku menggertakan gigiku. Dua. Genggamanku semakin erat. TIGA! Aku membuka pintu itu dengan kasar. Dan yang aku dapati adalah...
つづく


Nah, nah, nah~!!
Cukup untuk permulaannya~ xD
Aku akuin alurnya terlalu cepat -__-"
Ah, sudahlah udah terlanjur xd #plak
Bagaimana pendapat kalian?? O.o

AKB_1

Hai!
Buat anak-anak AKB, aku pinjam nama-nama dan sifat kalian!
Hahaha, xD *ketawa nista*
*di keroyok anak-anak AKB karena nggak minta izin pemakaian nama sebelumnya*
Ah, sudahlah~ nikmatin aja karyaku di bawah ini xD
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Anak-anak AKB yang aku kenal~ xD
Disclaimer : Tsu DeiNatsuMi HikaQWERTY / Hyuuga D. Muphtie xD
Genre : Silakan cari tau sendiri!#plak yang jelas nggak berbeda dengan kenyataan (AU)#plak xD
Sumarry : Namaku Kazuki Mufti, yang biasa di panggil Muphtie...

Aku duduk di beranda lantai 2 di rumahku, menatap bulir-bulir air hujan di luar sana. Tatapanku kosong. Aku menghela nafas berat. Aku menatap kosong hujan yang masih turun sedari tadi.
Tiba-tiba bahuku di tepuk oleh seseorang. Aku terlonjak dari posisiku. Nafasku memburu karena kaget. Aku menoleh ke belakang dan menatap orang itu kesal.
"Gie! Jangan ngagetin aku lagi dong!" seruku sambil mengerucutkan bibirku.
Seorang cewek berdiri menatapku sambil memberikan cengiran khasnya. Dia mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya dan menunjukkannya padaku.
"Peace~ hehehe," ujarnya sambil duduk di kursi yang kosong di sampingku.
Aku kembali duduk di kursiku. Aku menatap tajam Anggie, atau yang lebih akrab di sapa Gie.
"Cengengesan aja dari tadi," celetukku sebal.
"Aduh 'Ibu Kos'! Gitu aja sebel, biasa aja.. Biasa~ haha," ujarnya sembari ketawa.
Aku kembali mengerucutkan bibirku sebal. Oya, aku belum memperkenalkan diri ya? Namaku Kazuki Mufti, yang biasa di panggil Muphtie. Apa namaku terdengar aneh atau asing di telingamu? Itu pasti, karena aku bukan orang Indonesia asli. Papaku memang orang Indonesia, tapi Mamaku asli orang Jepang. Tapi, Papaku juga keturunan orang Jepang karena itulah nama keluargaku Kazuki. Marga (nama keluarga) yang khas dengan nama orang dari Negri Sakura.
Oya, pasti kalian berpikir kenapa Gie memanggilku dengan sebutan 'Ibu Kos'? Karena rumah ini adalah salah satu rumah keluargaku yang ada di Indonesia. Dan rumah ini di jadikan kos-kosan oleh keluargaku, mungkin karena Papa dan Mamaku ingin mencarikan orang-orang yang dapat meramaikan rumah ini? Who knows? Ngomong-ngomong, Papa, Mama, Kakak, dan Adikku tinggal di Jepang. Kenapa aku tinggal di Indonesia? Pertanyaan bagus! Karena aku ingin, mencoba mandiri kukira?
Tahun ini aku berumur 16 tahun, kelas 2 SMA. Dan sudah hampir setengah tahun aku tinggal di sini tanpa anggota keluargaku yang lain. Dan sudah setengah tahun juga rumah ini resmi jadi kos-kosan. Aku bersekolah di SMA Mutia I. Sekolah yang cukup bagus menurutku. Gie adalah anak kos-kosan di rumahku, sekaligus seniorku yang kelas 2 di sekolah. Ah, cukup untuk perkenalannya. Aku kembali menatap bulir-bulir air hujan yang sudah agak reda.
"Ada apa, kok kamu ke sini Gie?" tanyaku masih dengan nada kekesalan.
"Ehehe, biasa cuma mau ngasih jatahmu aja Muph."
Aku menoleh ke arahnya. Aku mengangkat sebelah alisku.
"Mana?" sahutku sambil menodongkan tanganku padanya.
"Ckckck, kalau urusan begini aja kamu langsung respon. Dasar," desahnya sembari mengambil sesuatu di saku jaketnya. "Nih, sama jatah bulan besok ya?" tambahnya sambil menyerahkan sebuah amplop coklat padaku.
Aku menerima amplop coklat itu dan segera memasukannya ke saku celana pendekku. Tumben sekali Gie membayar 2 bulan sekaligus? Ah, sudahlah. Aku berdiri dari posisi dudukku. Aku berjalan menuju ke dalam rumah.
"Mau kemana?" tanya Gie yang tiba-tiba sudah berada di sampingku.
"Ke dapur, kenapa?"
"Nggak apa-apa, aku ikut kalau gitu,"
"Terserah," jawabku pendek.
Kami berjalan dalam diam. Sepertinya Gie tenggelam dalam pikirannya sendiri. Aku memandang lorong lantai 2 rumahku ini. Sepi. Kemana anak-anak? Apa mereka semua pada pergi?
Aku dan Gie menuruni tangga yang menghubungkan lantai 1 dengan lantai 2. Gie masih diam memikirkan sesuatu. Saat sampai di lantai 1 aku menoleh ke arah ruang keluarga, biasanya anak-anak kumpul di ruangan itu. Em? Kenapa ruangan itu pintunya tertutup? Ah, sudahlah. Aku beranjak meninggalkan tempat itu.
Saat sampai di dapur, aku duduk di kursi di dekat meja. Di dapur itu ada seorang wanita paruh baya yang tengah membereskan peralatan dapur.
"Bi, buatin jus dong," pintaku padanya.
Wanita tua itu, Bi Sumi menoleh ke arahku. Sepertinya beliau kaget akan keberadaanku. Aneh. Tapi, sedetik kemudian Bi Sumi menghampiri kulkas dan mengambil bahan untuk memenuhi keinginanku. Aku meletakkan kepalaku di atas meja, aku menutup kelopak mataku.
Hm, hari ini kok aneh sekali ya? Gie yang tiba-tiba pendiam, padahal biasanya dia banyak omong. Bi Sumi yang terlihat kaget akan diriku. Rumah yang sepi. Anak-anak yang hilang entah kemana. Huh, sudahlah. Ngomong-ngomong, Gie kok masih diam aja ya?
Aku membuka kelopak mataku, mencari sosok Gie. Lho? Kok Gie nggak ada? Aku duduk tegap, memperhatikan sekelilingku. Aku menoleh ke arah kulkas. Bi Sumi juga hilang. Aduh, kenapa seisi rumah tiba-tiba hilang sih? Sebentar lagi kan gelap, malam. Aku takut sendirian.
Aku beranjak meninggalkan dapur. Aku berjalan menuju arah ruang keluarga. Samar-samar terdengar suara yang bersaut-sautan dari sana. Ah, pasti mereka semua berada di sana! Aku berjalan cepat menghampiri pintu yang tertutup itu. Semakin dekat. Beberapa langkah lagi. Aku segera memegang dengan erat ganggang pintu itu.
Aku akan membuka pintu ini dalam hitungan ke tiga. Satu. Aku menggertakan gigiku. Dua. Genggamanku semakin erat. TIGA! Aku membuka pintu itu dengan kasar. Dan yang aku dapati adalah...
つづく


Nah, nah, nah~!!
Cukup untuk permulaannya~ xD
Aku akuin alurnya terlalu cepat -__-"
Ah, sudahlah udah terlanjur xd #plak
Bagaimana pendapat kalian?? O.o