Pages


Haaaaii!! *di lempar sandal*
Nih, Tsu ada update.an fic Mikan Sakura Destiny yang chapter 2 atau 1 yang judulnya Keluarga Baru
Tsu sih niatnya update chapter ini hari sabtu ntar aja deh
Tapi karena pengen update hari ini juga, jadi Tsu update hari ini di blog aja
Hhehe
Ah, sudahlah enjoy it!

Chapter 1 update~!
Eh? bingung ya? Karena chapter 1 buat prolog jadi chapter 2 yang merupakan isi cerita terhitung jadi chapter 1!
Di fic ini Tsu belajar bikin normal pov
Harap maklum ya kalau masih agak aneh, soalnya biasanya Tsu bikin tokoh pov sih jarang bikin normal pov T^T
Oya, Tsu pikir-pikir nama 'Mii' buat Mikan aneh juga ya? #plak
Hiks, tapi Mikan udah terlanjut Tsu nama 'Mii' T^T
Ah sudahlah, baca aja fic ini!
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* Tsu yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi dan yang punya novelnya Evline Kartika! :D
Refrensi : Novel Separuh Bintang karya Evline Kartika
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* mungkin Romance? Hurt/Comfort? Ada yang mau kasih tau Tsu genre ini fic? #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC, etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?
Mikan Sakura Destiny

Normal pov
Mii duduk di kasur barunya. Ia memandang berkeliling kamar barunya itu. Kamar itu 3 kali lebih besar daripada kamarnya sebelumnya. Di kamar itu ada meja belajar berbentuk 'L' di di pojokan dan almari besar di sebelahnya. Di tengah-tengah kamar terdapat kasur berukuran Queen-size dan di kanan kirinya ada meja kecil. Di seberang kasur itu ada seperangkat televisi beserta audio dan DVD yang lengkap! Di samping kanannya ada sebuah pintu kaca buram yang merupakan kamar mandi pribadi. Di sebelah kanan kasur atau seberang pintu kamar ada sebuah pintu geser yang terbuat dari kaca yang menuju balkon kamar itu. Di lantai sekitar kasur miliknya terlapisi permadani bulu yang tebal!
Tiba-tiba pintu kamar Mii di ketuk oleh seseorang. Mii dengan segera beranjak menuju pintu itu, di bukannya pintu itu. Terlihat seorang lelaki setengah baya berdiri di hadapannya. Mii mempersilakannya masuk ke kamar itu. Lelaki itu segera memasuki kamar Mii dan langsung duduk di tepi kasur Mii, Mii pun ikut duduk di sampingnya. Di tatapnya Mii. Terukir sebuah senyum kecil di wajahnya.
"Apa kau suka dengan kamar ini?" tanyanya.
Mii memandang sekeliling kamar barunya sekali lagi. Dia tersenyum kecil.
"Ya, sangat suka! Terima kasih," jawab Mii sambil mengangguk kecil.
"Oom, sangat senang mendengarnya." Lelaki itu kembali tersenyum dambil menatap Mii.
Mii hanya tersenyum kecut, pikirannya melayang menuju beberapa bulan yang lalu.
FlashBack
Saat itu Mii berjalan gontai menuju rumahnya yang ada di ujung gang. Ia baru saja di seret pulang oleh Ruka, sahabatnya sekaligus sahabat Kyo dan juga tetangganya yang rumahnya ada di pojok lain gang. Mii memandang ke arah langit, ia teringat akan kedua orang tuanya dan Kyo. Mii tersenyum kecut dan kembali memfokuskan pandanganya kearah jalanan di depannya.
Tiba-tiba matanya menangkap sebuah mobil hitam yang terparkir tepat di depan rumahnya. Mii segera berlari mendekati mobil itu. Saat sudah ada di samping mobil itu, tiba-tiba pintu di sebelah kemudi terbuka. Dari dalam mobil itu keluar seorang lelaki separuh baya yang tak dikenalnya. Lelaki itu berjalan mendekatinya. Ia tersenyum sambil memandang Mii dari atas hingga bawah.
"Kamu Mikan Yukihira?" tanyanya saat ada di hadapan Mii.
Mii tersenyum kecut mendengar namanya di ucapkan lelaki asing itu. Mikan, nama itu mengingatkan Mii akan Kyo dan orang tuanya yang hampir setiap saat memanggilnya. Ah, jelas saja ia di panggil seperti itu, nama kecilnya kan memang Mikan. Mii sekarang berusaha menyimpan kenangan-kenangannya dengan kedua orang tuanya dan Kyo di sebuah kotak yang ia sembunyikan di suatu tempat, dan kunci kotak itu sendiri ia patahkan agar ia sendiri tak dapat membuka kotak itu. Mii ingin menjadi dirinya yang baru.
"Iya. Tapi maaf, panggil saja saya dengan panggilan, Mii."
Sedetik raut wajah lelaki itu seakan kaget, tapi dalam detik berikutnya di wajahnya kembali terukir senyuman. Terlihat sorot kelegaan di bola matanya yang redup.
"Baiklah, Mii. Saya bernama Ioran Hyuga. Kita langsung saja ya? Maukah kau, aku angkat menjadi anak angkatku?" ujar lelaki -Ioran Hyuga langsung.
Mii seketika berwajah pucat. Dalam benaknya berseliweran dugaan-dugaan jahat. Jangan-jangan Ioran-san sebenarnya ingin menjadikan aku istri ke sekiannya? Pikir Mii pendek. Seakan-akan dapat membaca pikiran Mii, Ioran lagi-lagi tersenyum.
"Tidak, aku hanya ingin mengangkatmu menjadi anakku saja."
Mii masih ragu-ragu. Tiba-tiba dia berlari menuju rumahnya. Di bukanya gerbang rumahnya dengan kasar dan segera ia memasuki rumahnya dan mengunci pintu rumahnya ketika dia sudah berada di dalam rumah. Di intipnya dari sela-sela jendela, terlihat sosok Ioran yang menghampiri pintu rumahnya. Beberapa detik kemudian terdengar gedoran di pintu rumahnya. Mii segera masuk lebih dalam ke rumahnya, berusaha tak mendengarkan gedoran yang memekakan telinganya itu.
Ternyata tidak sampai di situ saja. Seminggu kemudian Ioran datang ke rumah Mii lagi. Tapi Mii tak memperdulikannya, ia hanya berpikir untuk menganggap Ioran itu hanya angin. Tapi ternyata dasar bebal, Ioran tetap saja datang seminggu sekali ke rumah Mii. Hingga akhirnya terhitung sudah 2 bulan sejak kedatangan awal Ioran ke rumahnya. Akhirnya Mii luluh juga.
"Aku akan menjadi anak angkat oom, tapi ada syaratnya!" jawab Mii suatu hari.
"Baik, akan aku kabulkan!" sahut Ioran dengan wajah berseri-seri.
"Jangan memaksaku memanggil oom dengan sebutan Ayah atau Papa, aku hanya akan memanggil oom dengan panggilan Oom saja! Dan aku tak mau memakai marga 'Hyuga'."
"Baiklah, itu tidak akan menjadi masalah!"
Mii mengangguk puas. Beberapa hari kemudian Mii dan Ioran mengurus surat adopsi dan segala macamnya. Lalu setengah bulan kemudian Mii resmi menjadi anak angkatnya Ioran. Di bawanya Mii ke rumahnya.
Ternyata Ioran Hyuga merupakan orang yang sangat kaya! Bayangkan saja! Rumahnya berada di sebuah perumahan elite! Dan luas rumahnya juga tak tanggung-tanggung! Lebar rumahnya mungkin 200 meter dan panjangnya sepertinya 300 meter! Luas sekali kan?
Saat Mii menginjakkan kakinya di rumah Ioran, ia segera di sambut dengan tatapan sedikit galak oleh Ibu angkatnya -Kaoru dan kakak angkatnya, Natsume. Mii sih cuek-cuek saja dengan pandangan kedua orang itu.
Mata Mii berbinar-binar saat melihat seisi rumah Ioran. Tiba-tiba Ioran memberi tahukan kamarnya yang berada di lantai dua, di sebelah kamar kakak angkatnya. Dalam sekejap, Mii segera berlari menuju kamar barunya. Waw, keren! pikirnya takjub.
End FlashBack
"Oya, besok Oom akan ke Korea untuk kembali kerja berbarengan dengan Tante," ujar Ioran yang membuyarkan pikiran Mii yang melayang-layang.
"Oh, ce-cepat sekali?" ujar Mii tergagap.
"Ya, kerjaan Oom memang sangat banyak sehingga Oom harus segera menyelesaikannya."
"Oom terlalu sibuk," desis Mii.
"Apa?"
"Tidak, bukan apa-apa." sahut Mii cepat.
"Ya sudah, Oom keluar ya. Sepertinya Oom tadi telah mengganggu kegiatanmu, maaf ya!"
Ioran beranjak keluar dari kamar Mii. Mii segera menutup rapat pintu kamarnya. Dimatikannya lampu kamarnya. Kemudian Mii menyusup kedalam selimut. Di pandanginya sebuah foto keluarga, lebih tepatnya keluarganya. Seketika dimatanya hanya terlihat kehampaan, kosong. Sebuah kristal bening bergulir di pipinya, segera ia hapus dengan tangan kirinya. Lalu ia matikan lampu kecil di atas kasurnya. Tak lama, ia terbuai ke dalam alam mimpi.

Natsume keluar dari kamarnya. Di lihatnya lampu kamar Mii telah padam (catatan : pintu kamar Mii dan Natsume terbuat dari kaca dengan gambar-gambar yang buram, sehingga memungkinkan untuk mengintip kedalam kamar tersebut). Natsume segera berjalan lurus melewati kamar Mii, ia berjalan menuruni tangga. Tiba-tiba dia melihat sesosok yang sangat di kenalnya tengah duduk di sofa dekat tangga.
"Ayah," desah Natsume.
Sepertinya Ioran mendengar desahan Natsume, karena seketika Ioran menoleh ke arah Natsume. Ioran tersenyum melihat anak lelakinya itu.
"Apa kau masih marah pada Ayah, Natsume? Seperti Ibumu itu?" tanya Ioran sembari tersenyum.
Natsume memutar bola matanya. Memang dia kesal pada Ioran karena tak meminta pendapatnya untuk mengangkat Mii menjadi adik angkatnya, Natsume merasa dia memang pantas untuk kesal pada ayahnya itu. Ioran menghela nafas berat.
"Ya. Kenapa sih, Ayah mengangkat si Mii tanpa meminta pendapatku dan Ibu? Kita kan harusnya membahasnya dulu baru memutuskannya!" seru Natsume membabi buta.
Ioran menghela nafas berat. Seperti dugaanku, pikirnya begitu.
"Ayah, mempunyai alasan yang kuat untuk mengangkat Mii sebagai anak angkat Ayah Natsume. Tapi, Ayah tak bisa memberitahumu sekarang."
Natsume mendengus sebal karena ulah Ayahnya itu yang semakin hari semakin aneh saja menurutnya.
"Jadi? Ayah sekarang main rahasia-rahasiaan gitu denganku?" dengus Natsume frustasi.
Jujur saja, Natsume memang iri pada Mii. Natsume selama 16 tahun merupakan anak tunggal. Dan tanpa sepengetahuannya, Ayahnya sendiri mengangkat seorang perempuan untuk menjadi anaknya atau bisa di bilang adik angkat Natsume! Selama ini Ayahnya jarang memberikan perhatian yang lebih padanya. Tapi, pada si Mii beliau rela mengambil cuti dari perusahaan yang di kelolanya selama hampir 3 bulan! Padahal perusahaannya merupakan perusahaan yang telah go international dan sangat terkenal di beberapa negara.
Apalagi sifat Mii yang Natsume anggap sangat kekanak-kanakan. Bagaimana tidak? Coba kita lihat FlashBack yang tengah di pikirkan Natsume
FlashBack
Natsume sangat tersentuh saat mendengarkan cerita Mii yang mengenaskan dalam 2 tahun ia harus merelakan semua anggota keluarganya meninggalkannya. Natsume kira Mii pastilah anak perempuan yang bertampang sedikit lusuh dengan kantong mata sebesar kantong semar karena banyak menangis. Tapi ternyata apa? Penampilan Mii sangat di luar bayangannya! Mii yang ia lihat di rumahnya memakai baju berupa tank top putih yang dilapisi oleh jaket berwarna pink tipis dan di padukannya dengan rok lipit putih yang manis. Penampilannya sangat mirip remaja perempuan di kotanya! Dan saat sampai di rumah Mii malah terkagum-kagum oleh rumah ini, dan di matanya tak terlihat kantung mata!
"Waaah, ini guci keramik yang antik! Motifnya sangat indah! Apa ini dari India?" celoteh Mii riang sambil memandang sebuah guci yang berada di dekat pintu utama.
Oh, Natsume yang sudah tinggal 16 tahun di rumah itu saja baru tahu kalau itu guci dari India! Ugh, dia seakan-akan telah di permalukan oleh Mii. Natsume heran, apa Mii benar-benar telah kehilangan anggota keluarganya itu dalam waktu 2 tahun dengan kematian yang menyayat hati? Natsume tidak percaya!
End FlashBack

Sejak itulah Natsume menaruh rasa dendam kesumat pada adik angkatnya itu. Natsume mendecakkan lidah sebal.
"Natsume, rukun dan akrab lah dengan Mii. Oya, besok Ayah dan Ibu akan pergi ke Korea untuk melanjutkan kerjaan yang tertunda," ujar Ioran.
Natsume melipat tangannya di dada. Mulutnya mengerucut.
"Yah sudah!"
"Natsume, jangan seperti anak kecil begitu."
"Aku sudah besar, Ayah!"
"Ya, Ayah tau itu. Tapi sifatmu itu masih kekanak-kanakan sekali,"
"Sudah lah, terserah Ayah saja!"
"Yah sudah, Ayah tidur dulu ya. Kau lekas tidur sana Natsume. Jangan ganggu Mii ya?"
"Iya!"
Natsume dengan sebal beranjak menuju ke lantai dua. Kembali menuju kamarnya. Saat melewati pintu kamar Mii, Natsume membisikkan sesuatu.
"Baka! Lenyap saja sana!"
Kemudian Natsume berjalan masuk ke kamarnya dan mengunci rapat pintu kamarnya. Di bawah, Ioran tengah mengelus dadanya mencoba sabar dengan sifat anaknya itu.
-To Be Continue-

Woeeeeeee, chapter 1 selesai!
Pendek ya? Haha, Tsu sengaja bikin pendek aja dulu sih xD
Bagaimana pendapat kalian? Memuaskan kah? Atau masih kurang?
Hahaha, Natsume OOC banget! Masa' Natsume bisa cemburu sih dengan Mikan yang mendapat limpahan perhatian dari ayahnya sendiri (natsume)? xD
Yaampun! Masa Natsume yang paling pinter jadi kalah pinter dengan Mikan? Ckckck
Tapi, tetep saja sifat lebay dan ceroboh Mikan masih ada kok! Eh? Lebaynya udah ada ya? Cerobohnya belum? Ah, ntar liat deh di chapter yang akan datang apa Mikan masih ceroboh atau nggak *author nggak kepikiran sih! xD *jitaked*
Ok, lupakan author nista di atas hahaha
Oya, di sini Natsume adalah anak tunggal sebelum Mikan di angkat anak oleh Ioran jadi di fic ini nggak ada T^T
Uhm, di sini nggak ada Alice ya! Tapi Gakuen masih ada kok! xD
Sudahlah, tunggu chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?

fic GA - Mikan Sakura Destiny - Chapter : Keluarga Baru


Haaaaii!! *di lempar sandal*
Nih, Tsu ada update.an fic Mikan Sakura Destiny yang chapter 2 atau 1 yang judulnya Keluarga Baru
Tsu sih niatnya update chapter ini hari sabtu ntar aja deh
Tapi karena pengen update hari ini juga, jadi Tsu update hari ini di blog aja
Hhehe
Ah, sudahlah enjoy it!

Chapter 1 update~!
Eh? bingung ya? Karena chapter 1 buat prolog jadi chapter 2 yang merupakan isi cerita terhitung jadi chapter 1!
Di fic ini Tsu belajar bikin normal pov
Harap maklum ya kalau masih agak aneh, soalnya biasanya Tsu bikin tokoh pov sih jarang bikin normal pov T^T
Oya, Tsu pikir-pikir nama 'Mii' buat Mikan aneh juga ya? #plak
Hiks, tapi Mikan udah terlanjut Tsu nama 'Mii' T^T
Ah sudahlah, baca aja fic ini!
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* Tsu yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi dan yang punya novelnya Evline Kartika! :D
Refrensi : Novel Separuh Bintang karya Evline Kartika
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* mungkin Romance? Hurt/Comfort? Ada yang mau kasih tau Tsu genre ini fic? #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC, etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?
Mikan Sakura Destiny

Normal pov
Mii duduk di kasur barunya. Ia memandang berkeliling kamar barunya itu. Kamar itu 3 kali lebih besar daripada kamarnya sebelumnya. Di kamar itu ada meja belajar berbentuk 'L' di di pojokan dan almari besar di sebelahnya. Di tengah-tengah kamar terdapat kasur berukuran Queen-size dan di kanan kirinya ada meja kecil. Di seberang kasur itu ada seperangkat televisi beserta audio dan DVD yang lengkap! Di samping kanannya ada sebuah pintu kaca buram yang merupakan kamar mandi pribadi. Di sebelah kanan kasur atau seberang pintu kamar ada sebuah pintu geser yang terbuat dari kaca yang menuju balkon kamar itu. Di lantai sekitar kasur miliknya terlapisi permadani bulu yang tebal!
Tiba-tiba pintu kamar Mii di ketuk oleh seseorang. Mii dengan segera beranjak menuju pintu itu, di bukannya pintu itu. Terlihat seorang lelaki setengah baya berdiri di hadapannya. Mii mempersilakannya masuk ke kamar itu. Lelaki itu segera memasuki kamar Mii dan langsung duduk di tepi kasur Mii, Mii pun ikut duduk di sampingnya. Di tatapnya Mii. Terukir sebuah senyum kecil di wajahnya.
"Apa kau suka dengan kamar ini?" tanyanya.
Mii memandang sekeliling kamar barunya sekali lagi. Dia tersenyum kecil.
"Ya, sangat suka! Terima kasih," jawab Mii sambil mengangguk kecil.
"Oom, sangat senang mendengarnya." Lelaki itu kembali tersenyum dambil menatap Mii.
Mii hanya tersenyum kecut, pikirannya melayang menuju beberapa bulan yang lalu.
FlashBack
Saat itu Mii berjalan gontai menuju rumahnya yang ada di ujung gang. Ia baru saja di seret pulang oleh Ruka, sahabatnya sekaligus sahabat Kyo dan juga tetangganya yang rumahnya ada di pojok lain gang. Mii memandang ke arah langit, ia teringat akan kedua orang tuanya dan Kyo. Mii tersenyum kecut dan kembali memfokuskan pandanganya kearah jalanan di depannya.
Tiba-tiba matanya menangkap sebuah mobil hitam yang terparkir tepat di depan rumahnya. Mii segera berlari mendekati mobil itu. Saat sudah ada di samping mobil itu, tiba-tiba pintu di sebelah kemudi terbuka. Dari dalam mobil itu keluar seorang lelaki separuh baya yang tak dikenalnya. Lelaki itu berjalan mendekatinya. Ia tersenyum sambil memandang Mii dari atas hingga bawah.
"Kamu Mikan Yukihira?" tanyanya saat ada di hadapan Mii.
Mii tersenyum kecut mendengar namanya di ucapkan lelaki asing itu. Mikan, nama itu mengingatkan Mii akan Kyo dan orang tuanya yang hampir setiap saat memanggilnya. Ah, jelas saja ia di panggil seperti itu, nama kecilnya kan memang Mikan. Mii sekarang berusaha menyimpan kenangan-kenangannya dengan kedua orang tuanya dan Kyo di sebuah kotak yang ia sembunyikan di suatu tempat, dan kunci kotak itu sendiri ia patahkan agar ia sendiri tak dapat membuka kotak itu. Mii ingin menjadi dirinya yang baru.
"Iya. Tapi maaf, panggil saja saya dengan panggilan, Mii."
Sedetik raut wajah lelaki itu seakan kaget, tapi dalam detik berikutnya di wajahnya kembali terukir senyuman. Terlihat sorot kelegaan di bola matanya yang redup.
"Baiklah, Mii. Saya bernama Ioran Hyuga. Kita langsung saja ya? Maukah kau, aku angkat menjadi anak angkatku?" ujar lelaki -Ioran Hyuga langsung.
Mii seketika berwajah pucat. Dalam benaknya berseliweran dugaan-dugaan jahat. Jangan-jangan Ioran-san sebenarnya ingin menjadikan aku istri ke sekiannya? Pikir Mii pendek. Seakan-akan dapat membaca pikiran Mii, Ioran lagi-lagi tersenyum.
"Tidak, aku hanya ingin mengangkatmu menjadi anakku saja."
Mii masih ragu-ragu. Tiba-tiba dia berlari menuju rumahnya. Di bukanya gerbang rumahnya dengan kasar dan segera ia memasuki rumahnya dan mengunci pintu rumahnya ketika dia sudah berada di dalam rumah. Di intipnya dari sela-sela jendela, terlihat sosok Ioran yang menghampiri pintu rumahnya. Beberapa detik kemudian terdengar gedoran di pintu rumahnya. Mii segera masuk lebih dalam ke rumahnya, berusaha tak mendengarkan gedoran yang memekakan telinganya itu.
Ternyata tidak sampai di situ saja. Seminggu kemudian Ioran datang ke rumah Mii lagi. Tapi Mii tak memperdulikannya, ia hanya berpikir untuk menganggap Ioran itu hanya angin. Tapi ternyata dasar bebal, Ioran tetap saja datang seminggu sekali ke rumah Mii. Hingga akhirnya terhitung sudah 2 bulan sejak kedatangan awal Ioran ke rumahnya. Akhirnya Mii luluh juga.
"Aku akan menjadi anak angkat oom, tapi ada syaratnya!" jawab Mii suatu hari.
"Baik, akan aku kabulkan!" sahut Ioran dengan wajah berseri-seri.
"Jangan memaksaku memanggil oom dengan sebutan Ayah atau Papa, aku hanya akan memanggil oom dengan panggilan Oom saja! Dan aku tak mau memakai marga 'Hyuga'."
"Baiklah, itu tidak akan menjadi masalah!"
Mii mengangguk puas. Beberapa hari kemudian Mii dan Ioran mengurus surat adopsi dan segala macamnya. Lalu setengah bulan kemudian Mii resmi menjadi anak angkatnya Ioran. Di bawanya Mii ke rumahnya.
Ternyata Ioran Hyuga merupakan orang yang sangat kaya! Bayangkan saja! Rumahnya berada di sebuah perumahan elite! Dan luas rumahnya juga tak tanggung-tanggung! Lebar rumahnya mungkin 200 meter dan panjangnya sepertinya 300 meter! Luas sekali kan?
Saat Mii menginjakkan kakinya di rumah Ioran, ia segera di sambut dengan tatapan sedikit galak oleh Ibu angkatnya -Kaoru dan kakak angkatnya, Natsume. Mii sih cuek-cuek saja dengan pandangan kedua orang itu.
Mata Mii berbinar-binar saat melihat seisi rumah Ioran. Tiba-tiba Ioran memberi tahukan kamarnya yang berada di lantai dua, di sebelah kamar kakak angkatnya. Dalam sekejap, Mii segera berlari menuju kamar barunya. Waw, keren! pikirnya takjub.
End FlashBack
"Oya, besok Oom akan ke Korea untuk kembali kerja berbarengan dengan Tante," ujar Ioran yang membuyarkan pikiran Mii yang melayang-layang.
"Oh, ce-cepat sekali?" ujar Mii tergagap.
"Ya, kerjaan Oom memang sangat banyak sehingga Oom harus segera menyelesaikannya."
"Oom terlalu sibuk," desis Mii.
"Apa?"
"Tidak, bukan apa-apa." sahut Mii cepat.
"Ya sudah, Oom keluar ya. Sepertinya Oom tadi telah mengganggu kegiatanmu, maaf ya!"
Ioran beranjak keluar dari kamar Mii. Mii segera menutup rapat pintu kamarnya. Dimatikannya lampu kamarnya. Kemudian Mii menyusup kedalam selimut. Di pandanginya sebuah foto keluarga, lebih tepatnya keluarganya. Seketika dimatanya hanya terlihat kehampaan, kosong. Sebuah kristal bening bergulir di pipinya, segera ia hapus dengan tangan kirinya. Lalu ia matikan lampu kecil di atas kasurnya. Tak lama, ia terbuai ke dalam alam mimpi.

Natsume keluar dari kamarnya. Di lihatnya lampu kamar Mii telah padam (catatan : pintu kamar Mii dan Natsume terbuat dari kaca dengan gambar-gambar yang buram, sehingga memungkinkan untuk mengintip kedalam kamar tersebut). Natsume segera berjalan lurus melewati kamar Mii, ia berjalan menuruni tangga. Tiba-tiba dia melihat sesosok yang sangat di kenalnya tengah duduk di sofa dekat tangga.
"Ayah," desah Natsume.
Sepertinya Ioran mendengar desahan Natsume, karena seketika Ioran menoleh ke arah Natsume. Ioran tersenyum melihat anak lelakinya itu.
"Apa kau masih marah pada Ayah, Natsume? Seperti Ibumu itu?" tanya Ioran sembari tersenyum.
Natsume memutar bola matanya. Memang dia kesal pada Ioran karena tak meminta pendapatnya untuk mengangkat Mii menjadi adik angkatnya, Natsume merasa dia memang pantas untuk kesal pada ayahnya itu. Ioran menghela nafas berat.
"Ya. Kenapa sih, Ayah mengangkat si Mii tanpa meminta pendapatku dan Ibu? Kita kan harusnya membahasnya dulu baru memutuskannya!" seru Natsume membabi buta.
Ioran menghela nafas berat. Seperti dugaanku, pikirnya begitu.
"Ayah, mempunyai alasan yang kuat untuk mengangkat Mii sebagai anak angkat Ayah Natsume. Tapi, Ayah tak bisa memberitahumu sekarang."
Natsume mendengus sebal karena ulah Ayahnya itu yang semakin hari semakin aneh saja menurutnya.
"Jadi? Ayah sekarang main rahasia-rahasiaan gitu denganku?" dengus Natsume frustasi.
Jujur saja, Natsume memang iri pada Mii. Natsume selama 16 tahun merupakan anak tunggal. Dan tanpa sepengetahuannya, Ayahnya sendiri mengangkat seorang perempuan untuk menjadi anaknya atau bisa di bilang adik angkat Natsume! Selama ini Ayahnya jarang memberikan perhatian yang lebih padanya. Tapi, pada si Mii beliau rela mengambil cuti dari perusahaan yang di kelolanya selama hampir 3 bulan! Padahal perusahaannya merupakan perusahaan yang telah go international dan sangat terkenal di beberapa negara.
Apalagi sifat Mii yang Natsume anggap sangat kekanak-kanakan. Bagaimana tidak? Coba kita lihat FlashBack yang tengah di pikirkan Natsume
FlashBack
Natsume sangat tersentuh saat mendengarkan cerita Mii yang mengenaskan dalam 2 tahun ia harus merelakan semua anggota keluarganya meninggalkannya. Natsume kira Mii pastilah anak perempuan yang bertampang sedikit lusuh dengan kantong mata sebesar kantong semar karena banyak menangis. Tapi ternyata apa? Penampilan Mii sangat di luar bayangannya! Mii yang ia lihat di rumahnya memakai baju berupa tank top putih yang dilapisi oleh jaket berwarna pink tipis dan di padukannya dengan rok lipit putih yang manis. Penampilannya sangat mirip remaja perempuan di kotanya! Dan saat sampai di rumah Mii malah terkagum-kagum oleh rumah ini, dan di matanya tak terlihat kantung mata!
"Waaah, ini guci keramik yang antik! Motifnya sangat indah! Apa ini dari India?" celoteh Mii riang sambil memandang sebuah guci yang berada di dekat pintu utama.
Oh, Natsume yang sudah tinggal 16 tahun di rumah itu saja baru tahu kalau itu guci dari India! Ugh, dia seakan-akan telah di permalukan oleh Mii. Natsume heran, apa Mii benar-benar telah kehilangan anggota keluarganya itu dalam waktu 2 tahun dengan kematian yang menyayat hati? Natsume tidak percaya!
End FlashBack

Sejak itulah Natsume menaruh rasa dendam kesumat pada adik angkatnya itu. Natsume mendecakkan lidah sebal.
"Natsume, rukun dan akrab lah dengan Mii. Oya, besok Ayah dan Ibu akan pergi ke Korea untuk melanjutkan kerjaan yang tertunda," ujar Ioran.
Natsume melipat tangannya di dada. Mulutnya mengerucut.
"Yah sudah!"
"Natsume, jangan seperti anak kecil begitu."
"Aku sudah besar, Ayah!"
"Ya, Ayah tau itu. Tapi sifatmu itu masih kekanak-kanakan sekali,"
"Sudah lah, terserah Ayah saja!"
"Yah sudah, Ayah tidur dulu ya. Kau lekas tidur sana Natsume. Jangan ganggu Mii ya?"
"Iya!"
Natsume dengan sebal beranjak menuju ke lantai dua. Kembali menuju kamarnya. Saat melewati pintu kamar Mii, Natsume membisikkan sesuatu.
"Baka! Lenyap saja sana!"
Kemudian Natsume berjalan masuk ke kamarnya dan mengunci rapat pintu kamarnya. Di bawah, Ioran tengah mengelus dadanya mencoba sabar dengan sifat anaknya itu.
-To Be Continue-

Woeeeeeee, chapter 1 selesai!
Pendek ya? Haha, Tsu sengaja bikin pendek aja dulu sih xD
Bagaimana pendapat kalian? Memuaskan kah? Atau masih kurang?
Hahaha, Natsume OOC banget! Masa' Natsume bisa cemburu sih dengan Mikan yang mendapat limpahan perhatian dari ayahnya sendiri (natsume)? xD
Yaampun! Masa Natsume yang paling pinter jadi kalah pinter dengan Mikan? Ckckck
Tapi, tetep saja sifat lebay dan ceroboh Mikan masih ada kok! Eh? Lebaynya udah ada ya? Cerobohnya belum? Ah, ntar liat deh di chapter yang akan datang apa Mikan masih ceroboh atau nggak *author nggak kepikiran sih! xD *jitaked*
Ok, lupakan author nista di atas hahaha
Oya, di sini Natsume adalah anak tunggal sebelum Mikan di angkat anak oleh Ioran jadi di fic ini nggak ada T^T
Uhm, di sini nggak ada Alice ya! Tapi Gakuen masih ada kok! xD
Sudahlah, tunggu chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?