Pages

Karena di bulan november ada event di FFn, dan Tsu ingin ikut.in fic Tsu yang ini
Jadi Tsu akan mengerahkan segenap tenaga untuk mengupdate fic ini yaaah, minimal 5 chapter lah sebelum tanggal 1 nove 2010 nanti
Do'ain biar Tsu sanggup ya!
Ok, ini chapter 3/2 .nya!

Chapter 2 update~!
Hehe, maaf menunggu lama ya~ xD
Sebelumnya Tsu ucapkan terima kasih buat para readers yang sudi membaca fic Tsu ini, apalagi buat yang review
Oya, buat temen Tsu si gila Al #plak nikmatin nih chapter ini, biar makin penasaran! haha *tertawa nista*
Cukup basa-basinya, langsung saja
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* Tsu yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* mungkin Romance? Hurt/Comfort? Ada yang mau kasih tau Tsu genre ini fic? #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC, etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?
Mikan Sakura Destiny


Normal pov
Dua hari kemudian
Jarum jam sudah menunjuk ke angka 6 dan 3. Lantai 2 di rumah itu masih terlihat sepi dan lenggang. Tiba-tiba pintu kamar Natsume terbuka, dan terlihat sosok Natsume yang tengah tersenyum kecil. Natsume membawa selembar kertas putih yang berisi tulisan-tulisan. Natsume berjalan ke arah kamar Mii dengan bersiul-siul. Tanpa permisi dan tanpa aba-aba, di bukanya pintu kamar Mii. Tapi apa yang ia dapatkan? Hanya kamar kosong tanpa terlihat sosok Mii.
"Kemana dia? Ini kan masih pagi, masa dia udah ngilang sih?" gumam Natsume sambil celingak-celinguk mencari sosok Mii.
Beberapa detik kemudian pintu kamar mandi di kamar Mii terbuka, dan muncullah sosok Mii yang tubuhnya terlilit handuk. Natsume yang melihat Mii kaget akan sosok Mii yang, yah kalian bisa bayangkan sendiri. Reaksi pertama Mii yang baru menyadari kalau ada Natsume di kamarnya adalah cengo. Kenapa Natsume ada di sini? pikirnya. Reaksi kedua dapat di tebak, Mii langsung teriak kencang dan melemparkan segala benda yang ada di sekitanya ke arah Natsume.
"KELUAR!" jerit Mii sambil melempar buku ke arah muka Natsume.
Yak! Bingo! Buku itu berhasil menimpuk keras muka Natsume yang langsung tersadar dari kekagetannya, dan langsung berusaha melindungi diri dengan dua tangannya. Dengan terburu-buru ia menutup pintu kamar Mii, dan duduk di sofa yang ada di depan kamar Mii dan kamarnya. Natsume mengacak-acak rambutnya.
"Bagus juga tubuhnya," gumamnya sembari tersenyum miring.

"Hah! Dasar maniak!" seru Mii sambil melipat tangannya di dada.
Natsume memberikan deathglare ke Mii. Yaampun, baru kali ini Natsume di bilang maniak. Padahal Natsume itu kesannya sangat sangat jauh dari kata maniak. Tubuh Natsume tegap, walau ototnya tak terlalu besar tapi cukup membuat kaum perempuan untuk terbelalak menatapnya. Wajahnya cakep, ah bukan tapi luar biasa ganteng. Matanya yang berwarna merah menyala itu seakan-akan menghisap siapa saja yang menatapnya. Waktu kelas 1 saja, senior-seniornya terjebak akan pesona fisiknya itu. Dan tahun lalu juga, ia di nobatkan menjadi cowok terganteng di sekolahnya, padahal dia dari kelas junior! Eh? Kok melenceng dari naskah? Kita balik ke cerita.
Memang sih tadi Natsume melihat tubuh Mii yang tanpa buasana, ah salah hanya memakai selembar handuk saja. Tapi kan itu nggak sengaja. Perlu di ulangi? NGGAK SENGAJA. So, hanya karena itu Natsume nggak harus di bilang MANIAK dong? Ya kan?
Ah, walaupun begitu tadi Natsume sempat tergoda juga oleh tubuh Mii. Tapi, itu bukan salahnya kan? Natsume kan seorang cowok normal, seorang cowok normal apalagi yang masih masa puber, pasti ada kalanya tergoda oleh tubuh lawan jenisnya. So, Natsume nggak 100% salah kan?
Yaaah, tapi Natsume salah juga sih. Dia masuk ke kamar cewek tanpa ketuk pintu dan langsung menerobos masuk. Udah gitu, dia pakai acara melihat Mii tanpa busana lagi, ah salah tapi hanya memakai selembar handuk. Cewek mana sih yang nggak ngamuk-ngamuk kalau di gituin? Hanya cewek bego yang nggak marah kalau di gituin.
"Aku bukan maniak!" seru Natsume balik.
"Huh, kalau bukan maniak ngapain kamu pake kaget gitu ngeliat aku tadi? Kaget ngeliat tubuhku yang bagus itu?" tanya Mii sedikit narsis.
Natsume melongo karena ucapan Mii yang buatnya cukup narsis untuk ukuran seorang Mii. Anak ini, aneh banget sih! pikirnya.
"Huuuh, untung tadi aku pakai handuk! Coba kalau nggak, iiih nggak banget deh!" lanjut Mii.
"Heh! Badan kaya triplek gitu! Nggak minat aku sama badan kaya gitu!" balas Natsume.
"Aaah! Udah! Sekarang kamu to the point aja deh, tadi mau ngapain kamu ke kamarku?"
"Nih,"
Natsume menyerahkan lembaran kertas yang sedari tadi ada di tangannya. Mii memandang kertas itu dengan satu alis terangkat, di ambil dan di bacanya. Kertas itu berisikan tulisan seperti di bawah.

1. Pura-pura nggak kenal di sekolah
2. Nggak akan bilang anak sekolah tentang hubungan saudara tiri
3. Nggak pergi-pulang sekolah bareng
4. Nggak bertanya hal-hal privasi
5. Nggak main masuk kamar orang seenaknya

"Buat apa ini, KuroNeko?" tanya Mii di balik selembar kertas itu.
"Jangan panggil aku KuroNeko!" seru Natsume sengit.
"Kupikir, nama itu cukup cocok untukmu."
"Aku tetap tak mau di panggil seperti itu!"
"Ah, sudahlah. Kau belum menjawab pertanyaanku, Natsume."
"Ah, ya. Kemarin, sebelum ayah pergi dia bilang kan kalau kita akan satu sekolah? Nah, karena kita akan satu sekolah dan kemungkinan kita akan satu kelas, jadi aku membuat itu. Kamu harus menyetujui yang tertulis di sana." Jelas Natsume panjang lebar dengan mood yang sudah kembali normal.
Mii mengangkat wajahnya, menatap Natsume yang tengah bersiul-siul tak jelas. Kembali satu alis Mii terangkat. Mii melempar kertas itu, dan berjalan pergi meninggalkan Natsume. Natsume yang sadar akan reaksi Mii, lansung beranjak dari posisi duduknya.
"Hey! Kamu belum menyetujuinya!" seru Natsume.
Mii berhenti di dekat tangga, ia menoleh ke arah Natsume.
"Aku tak akan menyetujuinya," ujar Mii dingin.
"Hah!" Natsume cengo dengan tak elitnya.
"Aku tak akan menyetujuinya jika kau tak memperpolehkan aku memanggilmu KuroNeko," tambah Mii sambil tersenyum licik.
Natsume terdiam sesaat, memikirkan apa yang harus ia lakukan. Dengan sedikit tak rela, dan dengan menggigit bawah bibirnya dengan keras, Ia menganggukkan kepala sembari berkata "Baiklah."
"Bagus, lagi pula tak ada keuntungan bagiku dari persetujuan itu selain memanggil namamu seperti itu," ujar Mii sedikit tak acuh.
"Hah? Maksudmu?" Natsume meminta penjelasan.
"Pertama," Mii mengangkat tangan kanannya yang jari telunjuknya berdiri, sedangkan tangan kirinya berkacang pinggang. "Aku tak perlu pura-pura mengenalmu.. Lagipula, kita juga memang tak saling mengenal."
"Ke dua," jari tengah Mii ikut berdiri. "Buat apa aku menggembar-gemborkan hubungan kita? Tak ada gunanya denganku."
"Ke tiga," jari manis Mii ikut berdiri sekarang. "Aku tak butuh tumpanganmu.. Kau pikir aku akan merengek-rengek padamu untuk sekedar pergi ke sekolah? Huh, lagipula aku akan di antar jemput oleh temanku dengan mobil. Kau pikir motor dengan mobil lebih nyaman mana? Ya tentu mobil lah!"
Sebagai catatan, Natsume pergi kemana-mana (keluar rumah) dengan mengendarai motor. Kenapa tidak memakai mobil? Dia kan kaya, pasti dia bisa beli mobil kan? Kata Natsume sih, motor lebih berseni. Entah dari mana seninya.
"Ke empat," jari kelingking Mii ikut terangkat. "Buat apa aku bertanya hal privasi padamu? Itu tak akan berguna untukku."
"Dan yang terakhir." jari terakhir Mii, ibu jari ikut terbangun dari tidurnya. "Bukannya kamu yang main masuk kamarku tadi?"
Setelah menyelesaikan ucapannya, Mii berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah meninggalkan Natsume sendirian. Natsume memandang tubuh Mii yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya. Natsume cengo kuadrat, ah mungkin pangkat tiganya? Entahlah, yang jelas ia lebih cengo dari yang tadi.
Natsume menggerundel dalam hati. Sialan, cewek itu benar-benar sialan! teriak batin Natsume kesal. Natsume seakan mati kutu akan ucapan yang telah di lontarkan Mii. Ini pertama kalinya dalam hidup Natsume, ia di permainkan oleh seorang cewek dan cewek itu tak bertekuk lutut pada pesona seorang Natsume! Sabar lah, Natsume.

Mii duduk terdiam sambil menompang dagu di dapur. Pikirannya melayang entah kemana, meninggalkan tubuhnya yang ada di dapur yang sangat lengkap ini. Tiba-tiba sebuah suara sedikit cempreng menyadarkan Mii.
"Non Mii, kenapa ngelamun gitu?" tanya seorang pria atau wanita? Ah, lebih tepatnya pria yang berpenampilan seperti perempuan ABG.
Rui nama pria itu. Rui adalah koki atau juru masak di rumah itu. Dia bisa memasak apa saja yang rasanya, ah jangan di tanya lagi. Sangat lezat! Rui masih berumur awal 20 tahunan. Wajahnya terlihat sedikit baby face dan terlihat lebih manis dari perempuan ABG sendiri, dan hal itu membuat perempuan ABG yang menemuinya menjadi iri.
"Em? Tidak apa-apa kok Rui," jawab Mii sekenanya.
"Oh, kalau gitu cobain masakan Rui ya? Enak lho~" tawarnya sembari mengeluarkan sebuah loyang dari oven. Hmmm, wanginya menggoda perut Mii. Kue kah? tebak Mii.
"Boleh!" sahut Mii sambil menganggukkan kepalanya.
Rui tersenyum melihat gelagat Nona mudanya itu. Dengan cekatan, di pindahkan sesuatu dari loyang ke sebuah piring pipih yang lebar. Di berinya berbagai macam bahan yang ada di meja untuk melapisi sesuatu itu dan di irisnya kecil-kecil. Lalu di pindahkan piring pipih itu ke hadapan Mii.
"Waaaaah, apa ini?" tanya Mii takjub.
Ternyata yang di buat oleh Rui tadi adalah sebuah roti yang terlihat sangat menggoda perut untuk berbunyi. Roti itu terlapisi krim putih yang di atasnya di tumpahi coklat dan di taburi berbagai macam irisan kecil-kecil buah-buahan.
Mii mencomot sepotong dan langsung memakannya dengan lahab. Aaaah~ lembut sekali! batin Mii yang tengah menikmati roti potong pertamanya.
"Itu, Rui namai Rainbow Fruits. Di dalam roti itu ada banyak potongan tipis berbagai buah, seperti buah Kiwi, Straberry, Blueberry, dan lainnya. Dan di atasnya seperti Non Mii lihat-" penjelasan Rui di potong oleh Mii. "-Panggil Mii saja!"
"Baiklah, Mii. Seperti Mii lihat, di atasnya juga bertaburan berbagai macam potongan kecil buah-buahan. Karena mungkin buah itu sedikit masam, jadi aku tambahkan coklat manis yang dapat menyeimbangkan kemasaman buah-buah tadi." Lanjut Rui sambil tersenyum bangga.
"Aaah~ terlalu enak! Masakanmu selalu enak Rui!" sahut Mii yang matanya sudah berbinar-binar.
"Terima kasih, No- ah, Mii~" ujar Rui sambil tersenyum semakin bangga.
"Tapi jus bikinanmu tidak bernasib seperti itu," tambah Mii lirih.
"Apa?"
"Tidak, lupakan saja."
"Oh ya, Natsume dimana?" tanya Rui.
Sebagai catatan, Rui memanggil Natsume tanpa embel-embel 'Tuan' karena Rui adalah 'teman' dari sepupu Natsume, Tsubasa Andou. Rui dulu juga salah satu kakak kelasnya di kursus bahasa dulu.
"KuroNeko? Ada di atas dia," jawab Mii sambil mulai mengambil potongan keduanya.
"Ohh. Oya Mii, apa boleh Rui bertanya sesuatu?"
"Boleh, saja. Apa?" tanya Mii sambil mengunyah potongan keduanya.
"Kenapa Mii di panggil Mii sih? Kenapa bukan Mikan saja? Nama Mii kan jelek, lebih bagus Mikan~" ujar Rui to the point.
"Ukh!" Mii tersedak rotinya ketika mendengar pertanyaan dan pernyataan Rui. Rui yang tanggap langsung memberikan segelas air putih pada Mii yang langsung di tegaknya.
Nafas Mii tersenggal-senggal ketika berhasil menelan rotinya yang tersangkut di kerongkongannya tadi. Tiba-tiba sorot mata Mii berubah drastis. Di bola matanya hanya terlihat sebuah kehampaan.
"Karena..."
Rui menunggu dengan sabar lanjutan perkataan Mii. Entah mengapa dadanya berdengup kencang, seakan-akan itu merupakan detik-detik yang berharga.
"Karena... itu karena..."
-To Be Continue-

Hahaha, *tertawa nista*
Akhir chapter ini ngegantung ya?
Hehe, sengaja Tsu buat gitu~
Biar pada penasaran xD
Perasaan, chapter ini kok lebih pendek dari chapter sebelumnya ya? =="
Ah sudahlah xD
Tunggu kelanjutannya di chapter-chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?

fic GA - Mikan Sakura Destiny - Chapter : Sebuah Persetujuan

Karena di bulan november ada event di FFn, dan Tsu ingin ikut.in fic Tsu yang ini
Jadi Tsu akan mengerahkan segenap tenaga untuk mengupdate fic ini yaaah, minimal 5 chapter lah sebelum tanggal 1 nove 2010 nanti
Do'ain biar Tsu sanggup ya!
Ok, ini chapter 3/2 .nya!

Chapter 2 update~!
Hehe, maaf menunggu lama ya~ xD
Sebelumnya Tsu ucapkan terima kasih buat para readers yang sudi membaca fic Tsu ini, apalagi buat yang review
Oya, buat temen Tsu si gila Al #plak nikmatin nih chapter ini, biar makin penasaran! haha *tertawa nista*
Cukup basa-basinya, langsung saja
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* Tsu yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* mungkin Romance? Hurt/Comfort? Ada yang mau kasih tau Tsu genre ini fic? #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC, etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?
Mikan Sakura Destiny


Normal pov
Dua hari kemudian
Jarum jam sudah menunjuk ke angka 6 dan 3. Lantai 2 di rumah itu masih terlihat sepi dan lenggang. Tiba-tiba pintu kamar Natsume terbuka, dan terlihat sosok Natsume yang tengah tersenyum kecil. Natsume membawa selembar kertas putih yang berisi tulisan-tulisan. Natsume berjalan ke arah kamar Mii dengan bersiul-siul. Tanpa permisi dan tanpa aba-aba, di bukanya pintu kamar Mii. Tapi apa yang ia dapatkan? Hanya kamar kosong tanpa terlihat sosok Mii.
"Kemana dia? Ini kan masih pagi, masa dia udah ngilang sih?" gumam Natsume sambil celingak-celinguk mencari sosok Mii.
Beberapa detik kemudian pintu kamar mandi di kamar Mii terbuka, dan muncullah sosok Mii yang tubuhnya terlilit handuk. Natsume yang melihat Mii kaget akan sosok Mii yang, yah kalian bisa bayangkan sendiri. Reaksi pertama Mii yang baru menyadari kalau ada Natsume di kamarnya adalah cengo. Kenapa Natsume ada di sini? pikirnya. Reaksi kedua dapat di tebak, Mii langsung teriak kencang dan melemparkan segala benda yang ada di sekitanya ke arah Natsume.
"KELUAR!" jerit Mii sambil melempar buku ke arah muka Natsume.
Yak! Bingo! Buku itu berhasil menimpuk keras muka Natsume yang langsung tersadar dari kekagetannya, dan langsung berusaha melindungi diri dengan dua tangannya. Dengan terburu-buru ia menutup pintu kamar Mii, dan duduk di sofa yang ada di depan kamar Mii dan kamarnya. Natsume mengacak-acak rambutnya.
"Bagus juga tubuhnya," gumamnya sembari tersenyum miring.

"Hah! Dasar maniak!" seru Mii sambil melipat tangannya di dada.
Natsume memberikan deathglare ke Mii. Yaampun, baru kali ini Natsume di bilang maniak. Padahal Natsume itu kesannya sangat sangat jauh dari kata maniak. Tubuh Natsume tegap, walau ototnya tak terlalu besar tapi cukup membuat kaum perempuan untuk terbelalak menatapnya. Wajahnya cakep, ah bukan tapi luar biasa ganteng. Matanya yang berwarna merah menyala itu seakan-akan menghisap siapa saja yang menatapnya. Waktu kelas 1 saja, senior-seniornya terjebak akan pesona fisiknya itu. Dan tahun lalu juga, ia di nobatkan menjadi cowok terganteng di sekolahnya, padahal dia dari kelas junior! Eh? Kok melenceng dari naskah? Kita balik ke cerita.
Memang sih tadi Natsume melihat tubuh Mii yang tanpa buasana, ah salah hanya memakai selembar handuk saja. Tapi kan itu nggak sengaja. Perlu di ulangi? NGGAK SENGAJA. So, hanya karena itu Natsume nggak harus di bilang MANIAK dong? Ya kan?
Ah, walaupun begitu tadi Natsume sempat tergoda juga oleh tubuh Mii. Tapi, itu bukan salahnya kan? Natsume kan seorang cowok normal, seorang cowok normal apalagi yang masih masa puber, pasti ada kalanya tergoda oleh tubuh lawan jenisnya. So, Natsume nggak 100% salah kan?
Yaaah, tapi Natsume salah juga sih. Dia masuk ke kamar cewek tanpa ketuk pintu dan langsung menerobos masuk. Udah gitu, dia pakai acara melihat Mii tanpa busana lagi, ah salah tapi hanya memakai selembar handuk. Cewek mana sih yang nggak ngamuk-ngamuk kalau di gituin? Hanya cewek bego yang nggak marah kalau di gituin.
"Aku bukan maniak!" seru Natsume balik.
"Huh, kalau bukan maniak ngapain kamu pake kaget gitu ngeliat aku tadi? Kaget ngeliat tubuhku yang bagus itu?" tanya Mii sedikit narsis.
Natsume melongo karena ucapan Mii yang buatnya cukup narsis untuk ukuran seorang Mii. Anak ini, aneh banget sih! pikirnya.
"Huuuh, untung tadi aku pakai handuk! Coba kalau nggak, iiih nggak banget deh!" lanjut Mii.
"Heh! Badan kaya triplek gitu! Nggak minat aku sama badan kaya gitu!" balas Natsume.
"Aaah! Udah! Sekarang kamu to the point aja deh, tadi mau ngapain kamu ke kamarku?"
"Nih,"
Natsume menyerahkan lembaran kertas yang sedari tadi ada di tangannya. Mii memandang kertas itu dengan satu alis terangkat, di ambil dan di bacanya. Kertas itu berisikan tulisan seperti di bawah.

1. Pura-pura nggak kenal di sekolah
2. Nggak akan bilang anak sekolah tentang hubungan saudara tiri
3. Nggak pergi-pulang sekolah bareng
4. Nggak bertanya hal-hal privasi
5. Nggak main masuk kamar orang seenaknya

"Buat apa ini, KuroNeko?" tanya Mii di balik selembar kertas itu.
"Jangan panggil aku KuroNeko!" seru Natsume sengit.
"Kupikir, nama itu cukup cocok untukmu."
"Aku tetap tak mau di panggil seperti itu!"
"Ah, sudahlah. Kau belum menjawab pertanyaanku, Natsume."
"Ah, ya. Kemarin, sebelum ayah pergi dia bilang kan kalau kita akan satu sekolah? Nah, karena kita akan satu sekolah dan kemungkinan kita akan satu kelas, jadi aku membuat itu. Kamu harus menyetujui yang tertulis di sana." Jelas Natsume panjang lebar dengan mood yang sudah kembali normal.
Mii mengangkat wajahnya, menatap Natsume yang tengah bersiul-siul tak jelas. Kembali satu alis Mii terangkat. Mii melempar kertas itu, dan berjalan pergi meninggalkan Natsume. Natsume yang sadar akan reaksi Mii, lansung beranjak dari posisi duduknya.
"Hey! Kamu belum menyetujuinya!" seru Natsume.
Mii berhenti di dekat tangga, ia menoleh ke arah Natsume.
"Aku tak akan menyetujuinya," ujar Mii dingin.
"Hah!" Natsume cengo dengan tak elitnya.
"Aku tak akan menyetujuinya jika kau tak memperpolehkan aku memanggilmu KuroNeko," tambah Mii sambil tersenyum licik.
Natsume terdiam sesaat, memikirkan apa yang harus ia lakukan. Dengan sedikit tak rela, dan dengan menggigit bawah bibirnya dengan keras, Ia menganggukkan kepala sembari berkata "Baiklah."
"Bagus, lagi pula tak ada keuntungan bagiku dari persetujuan itu selain memanggil namamu seperti itu," ujar Mii sedikit tak acuh.
"Hah? Maksudmu?" Natsume meminta penjelasan.
"Pertama," Mii mengangkat tangan kanannya yang jari telunjuknya berdiri, sedangkan tangan kirinya berkacang pinggang. "Aku tak perlu pura-pura mengenalmu.. Lagipula, kita juga memang tak saling mengenal."
"Ke dua," jari tengah Mii ikut berdiri. "Buat apa aku menggembar-gemborkan hubungan kita? Tak ada gunanya denganku."
"Ke tiga," jari manis Mii ikut berdiri sekarang. "Aku tak butuh tumpanganmu.. Kau pikir aku akan merengek-rengek padamu untuk sekedar pergi ke sekolah? Huh, lagipula aku akan di antar jemput oleh temanku dengan mobil. Kau pikir motor dengan mobil lebih nyaman mana? Ya tentu mobil lah!"
Sebagai catatan, Natsume pergi kemana-mana (keluar rumah) dengan mengendarai motor. Kenapa tidak memakai mobil? Dia kan kaya, pasti dia bisa beli mobil kan? Kata Natsume sih, motor lebih berseni. Entah dari mana seninya.
"Ke empat," jari kelingking Mii ikut terangkat. "Buat apa aku bertanya hal privasi padamu? Itu tak akan berguna untukku."
"Dan yang terakhir." jari terakhir Mii, ibu jari ikut terbangun dari tidurnya. "Bukannya kamu yang main masuk kamarku tadi?"
Setelah menyelesaikan ucapannya, Mii berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah meninggalkan Natsume sendirian. Natsume memandang tubuh Mii yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya. Natsume cengo kuadrat, ah mungkin pangkat tiganya? Entahlah, yang jelas ia lebih cengo dari yang tadi.
Natsume menggerundel dalam hati. Sialan, cewek itu benar-benar sialan! teriak batin Natsume kesal. Natsume seakan mati kutu akan ucapan yang telah di lontarkan Mii. Ini pertama kalinya dalam hidup Natsume, ia di permainkan oleh seorang cewek dan cewek itu tak bertekuk lutut pada pesona seorang Natsume! Sabar lah, Natsume.

Mii duduk terdiam sambil menompang dagu di dapur. Pikirannya melayang entah kemana, meninggalkan tubuhnya yang ada di dapur yang sangat lengkap ini. Tiba-tiba sebuah suara sedikit cempreng menyadarkan Mii.
"Non Mii, kenapa ngelamun gitu?" tanya seorang pria atau wanita? Ah, lebih tepatnya pria yang berpenampilan seperti perempuan ABG.
Rui nama pria itu. Rui adalah koki atau juru masak di rumah itu. Dia bisa memasak apa saja yang rasanya, ah jangan di tanya lagi. Sangat lezat! Rui masih berumur awal 20 tahunan. Wajahnya terlihat sedikit baby face dan terlihat lebih manis dari perempuan ABG sendiri, dan hal itu membuat perempuan ABG yang menemuinya menjadi iri.
"Em? Tidak apa-apa kok Rui," jawab Mii sekenanya.
"Oh, kalau gitu cobain masakan Rui ya? Enak lho~" tawarnya sembari mengeluarkan sebuah loyang dari oven. Hmmm, wanginya menggoda perut Mii. Kue kah? tebak Mii.
"Boleh!" sahut Mii sambil menganggukkan kepalanya.
Rui tersenyum melihat gelagat Nona mudanya itu. Dengan cekatan, di pindahkan sesuatu dari loyang ke sebuah piring pipih yang lebar. Di berinya berbagai macam bahan yang ada di meja untuk melapisi sesuatu itu dan di irisnya kecil-kecil. Lalu di pindahkan piring pipih itu ke hadapan Mii.
"Waaaaah, apa ini?" tanya Mii takjub.
Ternyata yang di buat oleh Rui tadi adalah sebuah roti yang terlihat sangat menggoda perut untuk berbunyi. Roti itu terlapisi krim putih yang di atasnya di tumpahi coklat dan di taburi berbagai macam irisan kecil-kecil buah-buahan.
Mii mencomot sepotong dan langsung memakannya dengan lahab. Aaaah~ lembut sekali! batin Mii yang tengah menikmati roti potong pertamanya.
"Itu, Rui namai Rainbow Fruits. Di dalam roti itu ada banyak potongan tipis berbagai buah, seperti buah Kiwi, Straberry, Blueberry, dan lainnya. Dan di atasnya seperti Non Mii lihat-" penjelasan Rui di potong oleh Mii. "-Panggil Mii saja!"
"Baiklah, Mii. Seperti Mii lihat, di atasnya juga bertaburan berbagai macam potongan kecil buah-buahan. Karena mungkin buah itu sedikit masam, jadi aku tambahkan coklat manis yang dapat menyeimbangkan kemasaman buah-buah tadi." Lanjut Rui sambil tersenyum bangga.
"Aaah~ terlalu enak! Masakanmu selalu enak Rui!" sahut Mii yang matanya sudah berbinar-binar.
"Terima kasih, No- ah, Mii~" ujar Rui sambil tersenyum semakin bangga.
"Tapi jus bikinanmu tidak bernasib seperti itu," tambah Mii lirih.
"Apa?"
"Tidak, lupakan saja."
"Oh ya, Natsume dimana?" tanya Rui.
Sebagai catatan, Rui memanggil Natsume tanpa embel-embel 'Tuan' karena Rui adalah 'teman' dari sepupu Natsume, Tsubasa Andou. Rui dulu juga salah satu kakak kelasnya di kursus bahasa dulu.
"KuroNeko? Ada di atas dia," jawab Mii sambil mulai mengambil potongan keduanya.
"Ohh. Oya Mii, apa boleh Rui bertanya sesuatu?"
"Boleh, saja. Apa?" tanya Mii sambil mengunyah potongan keduanya.
"Kenapa Mii di panggil Mii sih? Kenapa bukan Mikan saja? Nama Mii kan jelek, lebih bagus Mikan~" ujar Rui to the point.
"Ukh!" Mii tersedak rotinya ketika mendengar pertanyaan dan pernyataan Rui. Rui yang tanggap langsung memberikan segelas air putih pada Mii yang langsung di tegaknya.
Nafas Mii tersenggal-senggal ketika berhasil menelan rotinya yang tersangkut di kerongkongannya tadi. Tiba-tiba sorot mata Mii berubah drastis. Di bola matanya hanya terlihat sebuah kehampaan.
"Karena..."
Rui menunggu dengan sabar lanjutan perkataan Mii. Entah mengapa dadanya berdengup kencang, seakan-akan itu merupakan detik-detik yang berharga.
"Karena... itu karena..."
-To Be Continue-

Hahaha, *tertawa nista*
Akhir chapter ini ngegantung ya?
Hehe, sengaja Tsu buat gitu~
Biar pada penasaran xD
Perasaan, chapter ini kok lebih pendek dari chapter sebelumnya ya? =="
Ah sudahlah xD
Tunggu kelanjutannya di chapter-chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?