Pages

Naaaah, di bawah ini fic baru Tsu/Muphtie yang awal dan inti ceritanya Tsu ambil dari novel Separuh Bintang yang kemarin lusa Tsu baca XD #plak
Di novel itu Tsu suka dengan kata-kata yang dibuat oleh sang penulis, apalagi sinopsisnya (yang di sini Tsu jadiin sebagai Summary) Tsu suka banget dengan kata-kata itu!
Hhehe, maaf Tsu nggak bisa nulis cerita tanpa ilhaman dari cerita orang laen sih (alesan!)
Ah sudahlah XP

Hai semua! *di lempar sandal*
(readers : mana chapter 7 fic Dia? *nagih*)
Maaf, maaf *bungkuk-bungkuk* Tsu lagi nggak ada ide buat fic itu T^T
(readers : alesan!)
Hiksu T^T udahlah, baca aja fic ini!
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* saya yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D
Refrensi : Novel Separuh Bintang karya Evline Kartika
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* mungkin Romance? Hurt/Comfort? Ada yang mau kasih tau Tsu genre ini fic? #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC, etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?

Prolog
Normal pov
Terlihat seorang cewek bertudung di tengah taman makam. Cewek itu diam mematung memandang sebuah nisan yang bertuliskan nama Kyosetsu Yukihira, cinta ke-duanya sekaligus kakak angkatnya. Cewek itu melepas tudung sweater yang ia pakai, terlihat rambut brunette sedikit ikal yang indah. Cewek itu bernama Mikan Yukihira. Hampir tiap hari sejak hari kematian Kyosetsu -Kyo, Mikan datang mengunjungi makam itu. Hanya diam mematung memandang batu nisan itu. Terkadang dalam bola matanya terlihat sorot kesedihan mendalam, tapi yang lebih terlihat dalam bola matanya hanya kehampaan.
Mikan, cewek berumur 16 tahun yang sebatang kara. Orang tuanya sudah pergi ke surga. 2 tahun yang lalu Ayahnya meninggal karena kecelakaan. Lalu tahun lalu Ibunya meninggal karena penyakit Jantungnya. Dan satu-satunya yang tersisa, Kyo juga telah pergi meninggalkannya bulan lalu karena tertabrak bis. Mikan tahu, dia harus tabah menghadapi ini semua. Tapi, dia hanyalah gadis yang masih rapuh. Ia butuh seseorang yang dapat membantunya. Sekarang, Mikan sendirian. Ia sudah tak memiliki siapa-siapa lagi.
Sedikit jauh dari tempatnya berdiri, terlihat seorang cowok berambut pirang yang memperhatikannya sedari tadi. Cowok itu menatap tubuh mungil Mikan dengan tatapan prihatin. Ia turut sedih akan apa yang terjadi pada Mikan, lagipula Kyo adalah sahabatnya juga.
Cowok itu menghembuskan nafas berat. Ia menegakkan tubuhnya. Tak lama kemudian ia berjalan menuju kearah Mikan yang masih diam mematung. Di tepuknya bahu Mikan yang mungil.
"Ayo pulang, Mikan..."
Sebuah tangan mungil memukul kasar tangan cowok itu hingga terlepas dari bahu Mikan. Mikan membalikkan badannya menghadap cowok itu. Mikan menatap tajam ke arahnya, alisnya bertaut. Hazel bertemu biru jernih.
"Jangan panggil aku dengan nama itu lagi!" jerit Mikan dengan intonasi yang mengancam.
Cowok itu membelalakan matanya. Ia kaget akan perubahan sikap Mikan. Mikan yang ia kenal selalu lemah lembut, baik, tak pernah marah walaupun ia di jahatin. Tapi, siapa yang sedang ada di hadapannya saat ini? Mana Mikan-nya yang dulu?
Mikan kembali menatap batu nisan Kyo. Ia kembali terdiam. Tak lama kemudian langit menjadi gelap, sepertinya akan turun hujan. Cowok itu ingin membawa Mikan ke tempat yang teduh, tapi bagaimana caranya? Ia tak mau mendapat jeritan yang memekakkan telinga seperti tadi.
"Mi... Mii, bagaimana kalau aku panggil Mii? Boleh?"
Mikan menganggukan kepalanya. Cowok itu menghela nafas lega.
"Mii, bagaimana kalau kalau kita pulang dulu? Langit sudah bertambah gelap daripada tadi,"
Mikan diam tak memberi respon. Cowok pirang itu semakin bingung akan sikap Mikan. Tiba-tiba gerimis mulai menerjang mereka. Si pirang mulai tak sabar. Dengan sedikit kasar ia menyeret Mikan pulang menuju ke rumahnya.
"Kyo..." desah Mikan pelan sambil memejamkan matanya.
Sebutir kristal bening jatuh bergulir di pipinya. Raut wajahnya menjadi sedih. Ah, langit saja menangis melihat dirinya takdir yang menimpah dirinya, apalagi dirinya. Mikan Yukihira (Sakura), kau harus bertahan dari takdir yang mempermainkanmu.
-To Be Continue-

Cukup segini untuk , maaf kalau dikit *bungkuk-bungkuk*
Di chapter depan cerita akan di mulai!
So, tunggu chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?

fic GA - Mikan Sakura Destiny - Chapter : Prolog

Naaaah, di bawah ini fic baru Tsu/Muphtie yang awal dan inti ceritanya Tsu ambil dari novel Separuh Bintang yang kemarin lusa Tsu baca XD #plak
Di novel itu Tsu suka dengan kata-kata yang dibuat oleh sang penulis, apalagi sinopsisnya (yang di sini Tsu jadiin sebagai Summary) Tsu suka banget dengan kata-kata itu!
Hhehe, maaf Tsu nggak bisa nulis cerita tanpa ilhaman dari cerita orang laen sih (alesan!)
Ah sudahlah XP

Hai semua! *di lempar sandal*
(readers : mana chapter 7 fic Dia? *nagih*)
Maaf, maaf *bungkuk-bungkuk* Tsu lagi nggak ada ide buat fic itu T^T
(readers : alesan!)
Hiksu T^T udahlah, baca aja fic ini!
Selamat menikmati! (emang makanan? ==") xD

Pemeran : Tachibana-sensei, Tsu pinjam tokoh-tokoh karya anda! xD
Disclaimer : Tsu! *mengacungkan tangan sambil lompat-lompat* saya yang punya nih fanfic, tapi yang punya komiknya Tachibana Higuchi :D
Refrensi : Novel Separuh Bintang karya Evline Kartika
Genre : Silakan cari tau sendiri *di jitak* mungkin Romance? Hurt/Comfort? Ada yang mau kasih tau Tsu genre ini fic? #plak
Warning : AU, Typo(s), OOC, OC, etc
Summary : Cinta itu nggak butuh alasan. Jika cinta membutuhkan alasan, ketika alasan itu hilang, cinta juga akan hilang bersamanya... Lalu ketika seseorang yang kita cintai itu menghilang, apakah kita juga harus hilang bersamanya?

Prolog
Normal pov
Terlihat seorang cewek bertudung di tengah taman makam. Cewek itu diam mematung memandang sebuah nisan yang bertuliskan nama Kyosetsu Yukihira, cinta ke-duanya sekaligus kakak angkatnya. Cewek itu melepas tudung sweater yang ia pakai, terlihat rambut brunette sedikit ikal yang indah. Cewek itu bernama Mikan Yukihira. Hampir tiap hari sejak hari kematian Kyosetsu -Kyo, Mikan datang mengunjungi makam itu. Hanya diam mematung memandang batu nisan itu. Terkadang dalam bola matanya terlihat sorot kesedihan mendalam, tapi yang lebih terlihat dalam bola matanya hanya kehampaan.
Mikan, cewek berumur 16 tahun yang sebatang kara. Orang tuanya sudah pergi ke surga. 2 tahun yang lalu Ayahnya meninggal karena kecelakaan. Lalu tahun lalu Ibunya meninggal karena penyakit Jantungnya. Dan satu-satunya yang tersisa, Kyo juga telah pergi meninggalkannya bulan lalu karena tertabrak bis. Mikan tahu, dia harus tabah menghadapi ini semua. Tapi, dia hanyalah gadis yang masih rapuh. Ia butuh seseorang yang dapat membantunya. Sekarang, Mikan sendirian. Ia sudah tak memiliki siapa-siapa lagi.
Sedikit jauh dari tempatnya berdiri, terlihat seorang cowok berambut pirang yang memperhatikannya sedari tadi. Cowok itu menatap tubuh mungil Mikan dengan tatapan prihatin. Ia turut sedih akan apa yang terjadi pada Mikan, lagipula Kyo adalah sahabatnya juga.
Cowok itu menghembuskan nafas berat. Ia menegakkan tubuhnya. Tak lama kemudian ia berjalan menuju kearah Mikan yang masih diam mematung. Di tepuknya bahu Mikan yang mungil.
"Ayo pulang, Mikan..."
Sebuah tangan mungil memukul kasar tangan cowok itu hingga terlepas dari bahu Mikan. Mikan membalikkan badannya menghadap cowok itu. Mikan menatap tajam ke arahnya, alisnya bertaut. Hazel bertemu biru jernih.
"Jangan panggil aku dengan nama itu lagi!" jerit Mikan dengan intonasi yang mengancam.
Cowok itu membelalakan matanya. Ia kaget akan perubahan sikap Mikan. Mikan yang ia kenal selalu lemah lembut, baik, tak pernah marah walaupun ia di jahatin. Tapi, siapa yang sedang ada di hadapannya saat ini? Mana Mikan-nya yang dulu?
Mikan kembali menatap batu nisan Kyo. Ia kembali terdiam. Tak lama kemudian langit menjadi gelap, sepertinya akan turun hujan. Cowok itu ingin membawa Mikan ke tempat yang teduh, tapi bagaimana caranya? Ia tak mau mendapat jeritan yang memekakkan telinga seperti tadi.
"Mi... Mii, bagaimana kalau aku panggil Mii? Boleh?"
Mikan menganggukan kepalanya. Cowok itu menghela nafas lega.
"Mii, bagaimana kalau kalau kita pulang dulu? Langit sudah bertambah gelap daripada tadi,"
Mikan diam tak memberi respon. Cowok pirang itu semakin bingung akan sikap Mikan. Tiba-tiba gerimis mulai menerjang mereka. Si pirang mulai tak sabar. Dengan sedikit kasar ia menyeret Mikan pulang menuju ke rumahnya.
"Kyo..." desah Mikan pelan sambil memejamkan matanya.
Sebutir kristal bening jatuh bergulir di pipinya. Raut wajahnya menjadi sedih. Ah, langit saja menangis melihat dirinya takdir yang menimpah dirinya, apalagi dirinya. Mikan Yukihira (Sakura), kau harus bertahan dari takdir yang mempermainkanmu.
-To Be Continue-

Cukup segini untuk , maaf kalau dikit *bungkuk-bungkuk*
Di chapter depan cerita akan di mulai!
So, tunggu chapter selanjutnya ya!
REVIEW, please?